3 Mobil Impor Terlaris di Indonesia 2025, BYD Geser Toyota
- BYD
Gadget – Industri otomotif Indonesia masih bergantung pada impor mobil sepanjang 2024 hingga memasuki 2025. Berdasarkan catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), ada tiga merek besar yang mendominasi pasar impor, yakni BYD, Toyota, dan Suzuki.
Dominasi BYD di Pasar Mobil Impor
Pabrikan asal Tiongkok, BYD, menjadi pemimpin dengan lebih dari 20 ribu unit mobil impor dalam periode Januari hingga Juli 2025. Semua model BYD saat ini masih berstatus Completely Built-Up (CBU), artinya didatangkan utuh dari luar negeri.
Beberapa model populer yang dibawa BYD antara lain:
BYD M6 dengan catatan lebih dari 4 ribu unit,
Sealion 7, SUV listrik yang makin digemari,
Atto 3 dan Dolphin, yang mengisi segmen mobil listrik kompak,
Seal, sedan listrik dengan teknologi baterai Blade.
Tren ini menunjukkan bahwa konsumen Indonesia semakin terbuka dengan mobil listrik, terutama dari merek yang menawarkan kombinasi harga kompetitif dan fitur modern.
Toyota Fokus di Mobil Premium
Toyota tetap kokoh di posisi kedua dengan sekitar 18 ribu unit mobil impor. Kontribusi terbesar datang dari segmen mobil premium yang belum diproduksi di dalam negeri.
Beberapa model favorit meliputi:
Alphard dan Vellfire untuk pasar MPV mewah,
Voxy untuk keluarga yang mencari kenyamanan lebih,
Land Cruiser yang terkenal di segmen SUV besar.
Toyota memanfaatkan reputasinya sebagai brand yang identik dengan kualitas dan kemewahan, sehingga konsumen kelas menengah atas masih rela menunggu unit impor.
Suzuki Bertahan Lewat Model Kompak
Meski skalanya lebih kecil, Suzuki tetap masuk tiga besar dengan kisaran 5 ribu unit. Merek asal Jepang ini mengandalkan mobil kompak yang punya basis penggemar setia.
Beberapa model andalannya adalah:
Suzuki Jimny dengan desain ikonik,
Baleno yang mengisi pasar hatchback,
S-Presso, mobil mungil dengan harga terjangkau.
Ketiganya masih harus diimpor karena keterbatasan produksi lokal, namun tetap memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen Indonesia.
Mengapa Mobil Impor Masih Mendominasi?
Ada beberapa alasan mengapa mobil impor tetap tinggi di Indonesia:
Keterbatasan produksi lokal – Banyak model, khususnya mobil listrik dan premium, belum dirakit di dalam negeri.
Preferensi konsumen – Pasar Indonesia masih menyukai mobil dengan fitur canggih, desain mewah, atau varian spesial yang hanya tersedia dari luar negeri.
Segmen khusus – Mobil SUV besar, MPV mewah, hingga mobil listrik masih lebih banyak hadir dalam bentuk impor.
Namun, faktor harga tetap menjadi tantangan. Mobil impor harus menanggung bea masuk, pajak, dan biaya distribusi yang membuat harganya lebih mahal dibanding mobil rakitan lokal. Selain itu, kebijakan pemerintah terkait insentif mobil listrik serta fluktuasi nilai tukar rupiah ikut memengaruhi harga jual di pasar.
Prospek Industri Mobil Impor di Indonesia
Meski impor diprediksi masih berlanjut, tren ke depan menunjukkan adanya upaya untuk mengurangi ketergantungan. BYD tengah membangun pabrik di Subang yang ditargetkan rampung akhir 2025. Jika pabrik ini beroperasi, angka impor BYD bisa berkurang signifikan.
Di sisi lain, Toyota dan Suzuki kemungkinan tetap mengimpor model khusus yang tidak diproduksi lokal. Pemerintah Indonesia mendorong investasi otomotif agar produsen global lebih serius mengembangkan basis produksi dalam negeri.
Apabila strategi ini berhasil, Indonesia bukan hanya menjadi pasar, tetapi juga pusat produksi mobil di Asia Tenggara. Hal ini bisa mengurangi impor, membuka lapangan kerja baru, sekaligus memperkuat daya saing industri otomotif nasional.
| Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
|---|---|
| @gadgetvivacoid | |
| Gadget VIVA.co.id | |
| X (Twitter) | @gadgetvivacoid |
| Whatsapp Channel | Gadget VIVA |
| Google News | Gadget |