Lebih Cepat OxygenOS atau Lebih Canggih HyperOS? Hasil Perbandingan Tak Terduga!

OxygenOS vs HyperOS: Pertarungan Dua Antarmuka Populer
Sumber :
  • lifeworks

Persaingan antarmuka Android kustom semakin ketat. Setelah bertahun-tahun mengandalkan MIUI, Xiaomi kini memperkenalkan HyperOS sebagai wajah baru untuk perangkatnya. Di sisi lain, OxygenOS milik OnePlus tetap mempertahankan reputasi sebagai sistem yang ringan, cepat, dan dekat dengan Android murni. Perbandingan keduanya menjadi menarik karena menawarkan filosofi berbeda, namun sama-sama berambisi memberi pengalaman terbaik bagi pengguna.

Sekilas tentang Keduanya

OxygenOS dikembangkan oleh OnePlus dan pertama kali dirancang untuk memberikan pengalaman Android yang bersih, sederhana, tetapi tetap kaya fitur. Filosofi yang diusung jelas: minimalis namun tetap responsif, sehingga pengguna bisa merasakan ponsel yang ringan tanpa kehilangan fungsi penting.

Sementara itu, HyperOS hadir sebagai penerus MIUI. Xiaomi membangunnya bukan hanya sebagai antarmuka ponsel, tetapi juga pusat integrasi bagi seluruh ekosistem perangkat pintar mereka, mulai dari smart TV, smartwatch, hingga perangkat rumah tangga. Fokusnya terletak pada visual yang dinamis, kustomisasi luas, serta kecerdasan buatan yang menempel di berbagai aspek.

Saat ini OxygenOS sudah mencapai versi 15 dengan berbagai pembaruan pada animasi, ukuran sistem yang lebih ramping, serta penambahan fitur AI. Di sisi lain, HyperOS terus melaju hingga versi 3.0, membawa perbaikan antarmuka dan fitur pintar yang semakin canggih.

Desain dan Pengalaman Pengguna

Bicara soal tampilan, OxygenOS dikenal lebih bersih dan sederhana. Banyak yang menilai desainnya mirip Android asli, dengan animasi mulus dan nuansa minimalis. Keunggulan ini membuatnya terasa ringan bahkan di perangkat kelas menengah. Namun, ada sebagian pengguna yang menganggap tampilannya terlalu polos dan kurang “wah”.

Sebaliknya, HyperOS tampil mencolok dengan desain lebih berwarna, ikon yang bisa diganti sesuka hati, serta animasi transisi yang hidup. Bagi pengguna yang menyukai tampilan atraktif dan banyak pilihan personalisasi, HyperOS jelas lebih unggul. Tetapi konsekuensinya, antarmuka ini kadang terasa berat, terutama pada perangkat dengan spesifikasi lebih rendah.

Performa dan Kecepatan

Dalam hal performa, OxygenOS sering mendapat pujian karena responsif dan stabil. Multitasking berjalan lancar, animasi terasa halus, dan jarang ditemui lag. Ini menjadi alasan mengapa banyak penggemar Android lebih memilih OnePlus, terutama bagi yang mencari kecepatan.

Di sisi lain, HyperOS menekankan pengelolaan sumber daya berbasis AI. Sistem ini dapat mengatur RAM dengan cerdas, mengalokasikan memori sesuai kebutuhan, hingga menutup aplikasi yang jarang digunakan. Meskipun efektif menjaga performa, strategi agresif ini kadang merugikan. Ada laporan bahwa aplikasi penting di latar belakang bisa tiba-tiba tertutup, termasuk alarm atau aplikasi otomatisasi.

Efisiensi Baterai

Dari sisi daya tahan, OxygenOS unggul dengan desain sistem yang ringan dan tidak banyak proses tambahan. Hasilnya, baterai cenderung lebih hemat dalam penggunaan sehari-hari.

HyperOS memang memiliki mode hemat daya pintar dan kontrol dinamis pada aplikasi yang boros energi. Namun, ketika pengguna sering membuka aplikasi berat atau bermain gim, konsumsi baterai bisa lebih cepat terkuras, terutama jika mode performa tinggi aktif.

Fitur AI yang Semakin Dominan

OxygenOS 15 menghadirkan beberapa fitur AI menarik. Misalnya, AI Unblur untuk memperbaiki foto buram, serta AI Reflection Eraser yang mampu menghapus pantulan tidak diinginkan. Kehadiran fitur ini membuat pengguna merasa mendapat nilai tambah tanpa harus memasang aplikasi pihak ketiga.

Sementara itu, HyperOS juga gencar memanfaatkan AI. Mulai dari prediksi penggunaan sumber daya, rekomendasi cerdas, hingga integrasi dengan perangkat ekosistem Xiaomi. Meski begitu, perlu dicatat bahwa beberapa fitur AI hanya berjalan optimal pada perangkat flagship. Di ponsel kelas menengah, kinerjanya kadang terasa kurang maksimal.

Kustomisasi dan Tema

Jika berbicara soal kebebasan mengatur tampilan, HyperOS jelas lebih unggul. Pengguna bisa mengganti tema, ikon, hingga animasi transisi sesuai selera. Hal ini membuat ponsel terasa lebih personal. Namun, terlalu banyak pilihan juga berisiko menyebabkan konflik antar tema atau justru membingungkan bagi pengguna baru.

OxygenOS tetap menyediakan opsi kustomisasi, seperti mengganti warna aksen dan mode gelap. Hanya saja, pilihannya tidak sebanyak HyperOS. Filosofi minimalis tetap dijaga, sehingga pengguna tidak tenggelam dalam terlalu banyak pengaturan.

Ekosistem dan Integrasi

Kelebihan utama HyperOS ada pada integrasi ekosistem Xiaomi. Dengan sistem ini, pengguna bisa mengontrol berbagai perangkat pintar langsung dari ponsel, mulai dari lampu rumah, penyedot debu robot, hingga TV.

Sebaliknya, OxygenOS memang berjalan optimal di perangkat OnePlus, tetapi integrasinya terbatas. Sistem ini tidak dirancang untuk menghubungkan ekosistem besar seperti yang dimiliki Xiaomi.

Privasi dan Keamanan

OxygenOS sudah dilengkapi fitur keamanan seperti App Locker untuk mengunci aplikasi serta pengaturan izin yang mudah dikontrol. Di sisi lain, HyperOS menawarkan fitur tambahan seperti notifikasi tersembunyi, folder aman, dan enkripsi tingkat lanjut.

Namun, beberapa pengguna menilai fitur keamanan yang terlalu ketat kadang mengurangi kenyamanan, misalnya saat harus berulang kali memberikan izin pada aplikasi.

Stabilitas dan Pembaruan

OnePlus dikenal cukup rajin memberi pembaruan perangkat lunak, terutama untuk lini flagship. Meski begitu, sejak berbagi basis kode dengan ColorOS milik Oppo, ada sebagian penggemar yang khawatir identitas OxygenOS akan semakin kabur.

Xiaomi juga agresif dalam merilis pembaruan HyperOS, termasuk membawa Android versi terbaru. Hanya saja, pada masa transisi dari versi lama ke baru, bug atau ketidakstabilan sering muncul.

Suara dari Komunitas

Banyak testimoni dari komunitas memperkuat perbedaan keduanya. Seorang pengguna di forum Reddit menyebut bahwa animasi OxygenOS terasa “butter smooth” dibanding HyperOS. Forum OnePlus pun penuh komentar positif soal stabilitas dan kelancaran sistem ini.

Di sisi lain, artikel teknologi menilai HyperOS unggul di kustomisasi dan fitur AI, meskipun manajemen RAM yang agresif kadang jadi keluhan. Secara umum, pengguna menilai OxygenOS lebih seimbang, sementara HyperOS lebih cocok untuk mereka yang menyukai tampilan mewah dan fitur melimpah.

Pada akhirnya, pilihan antara OxygenOS dan HyperOS bergantung pada prioritas masing-masing. Jika kamu lebih mementingakan kecepatan, stabilitas, dan pengalaman mendekati Android murni, OxygenOS adalah opsi tepat. Sebaliknya, bila kamu menyukai tampilan atraktif, ingin banyak kustomisasi, serta terhubung dengan ekosistem Xiaomi, maka HyperOS layak dipilih.

Satu hal yang pasti, baik OxygenOS maupun HyperOS terus berkembang. Dengan pembaruan yang rutin, keduanya akan terus bersaing untuk memikat hati pengguna Android di seluruh dunia.