Ingat Note 7? Galaxy S25+ Kini Alami Insiden Serupa—Pengguna Alami Luka Bakar

Bukan Saat Charging, Galaxy S25+ Terbakar Saat Digunakan! Samsung Selidiki
Sumber :
  • sammobile

Gadget – Sebuah insiden mengejutkan kembali mengguncang reputasi Samsung di dunia smartphone. Galaxy S25+, flagship terbaru raksasa teknologi Korea Selatan, dilaporkan terbakar saat sedang digunakan—bukan saat sedang di-charge. Kejadian ini memicu kekhawatiran luas di kalangan konsumen dan menghidupkan kembali trauma kolektif atas tragedi Galaxy Note 7 pada 2016, yang berujung pada penarikan global dan kerugian miliaran dolar.

Namun kali ini, ancamannya justru lebih mengkhawatirkan: ledakan terjadi dalam kondisi normal, tanpa adanya aktivitas pengisian daya, kabel pihak ketiga, atau benturan fisik. Artinya, potensi cacat bisa jadi terletak pada sistem inti perangkat—baterai, manajemen termal, atau bahkan chipset.

Artikel ini mengupas tuntas kronologi insiden, respons Samsung, analisis teknis awal, serta langkah pencegahan yang harus diambil pengguna Galaxy S25+ di seluruh dunia.

Kronologi Insiden: Ponsel Meledak di Tangan Pengguna

Insiden terjadi di Korea Selatan, negara asal Samsung, dan pertama kali dilaporkan oleh pemilik perangkat melalui forum komunitas resmi Samsung. Dalam unggahannya, pengguna menggambarkan momen mencekam ketika Galaxy S25+ tiba-tiba menjadi sangat panas saat dipegang.

“Saya sedang memegang ponsel, lalu tiba-tiba terasa panas luar biasa. Sebelum sempat bereaksi, terdengar suara pop keras. Saya langsung melemparkannya ke lantai,” tulis sang pengguna. 

Meski berhasil melempar ponsel tepat waktu, pengguna tetap mengalami luka bakar ringan di jari-jarinya akibat panas ekstrem sebelum api benar-benar menyala. Foto-foto yang dibagikan di forum menunjukkan kondisi Galaxy S25+ yang sangat rusak: bingkai hangus, layar melengkung, dan bagian belakang meleleh.

Samsung telah mengambil perangkat tersebut untuk investigasi internal. Namun, pusat layanan Samsung awalnya hanya menyatakan penyebab insiden sebagai “tidak diketahui”—sebuah jawaban yang justru memperdalam kekhawatiran publik.

Mengapa Insiden Ini Lebih Mengkhawatirkan dari Note 7?

Pada kasus Galaxy Note 7, kebakaran umumnya terjadi selama pengisian daya, dan akar masalahnya terletak pada desain baterai yang terlalu rapat, menyebabkan korsleting internal. Samsung akhirnya mengakui kesalahan desain dan menarik jutaan unit secara global.

Namun, dalam kasus Galaxy S25+, tidak ada aktivitas charging sama sekali. Ponsel sedang digunakan untuk aktivitas ringan—kemungkinan besar hanya browsing atau chatting. Ini berarti:

  • Sistem manajemen baterai (BMS) mungkin gagal mendeteksi kenaikan suhu abnormal.
  • Chipset Snapdragon 8 Gen 4 (atau Exynos versi global) bisa mengalami thermal runaway akibat bug firmware atau desain pendinginan yang tidak memadai.
  • Baterai lithium-ion mungkin memiliki cacat produksi tersembunyi yang baru muncul setelah beberapa siklus penggunaan.

Fakta bahwa insiden terjadi di luar skenario berisiko tinggi (seperti fast charging atau gaming berat) menjadikannya ancaman laten yang lebih sulit diprediksi.

Respons Samsung: Refund Penuh, Tapi Belum Ada Recall

Sebagai bentuk tanggung jawab, Samsung telah memberikan pengembalian dana penuh kepada pengguna yang terdampak. Namun, hingga kini, perusahaan belum mengumumkan penarikan (recall) atau peringatan resmi kepada pemilik Galaxy S25+ lainnya.

Dalam pernyataan singkat, juru bicara Samsung menyatakan:

“Kami sedang menyelidiki laporan tersebut secara menyeluruh. Keamanan pelanggan adalah prioritas utama kami.” 

Namun, ketiadaan transparansi tentang temuan awal—apalagi jika ini ternyata bukan kasus tunggal—berpotensi merusak kepercayaan konsumen, terutama di tengah persaingan ketat dengan Apple dan merek Tiongkok seperti Xiaomi dan OnePlus.

Analisis Teknis: Di Mana Potensi Cacat Berada?

Para ahli keamanan perangkat mobile menyoroti tiga area kritis yang mungkin menjadi akar masalah:

1. Baterai Lithium-Ion Generasi Baru

  • Galaxy S25+ menggunakan baterai berkapasitas tinggi (diperkirakan 5.000 mAh) dengan teknologi pengisian cepat 45W. Jika lapisan pemisah (separator) dalam sel baterai cacat, arus pendek bisa terjadi tanpa pemicu eksternal.

2. Sistem Pendinginan yang Kurang Optimal

  • Samsung mengklaim S25+ memiliki sistem pendinginan canggih berbasis vapor chamber. Namun, jika desainnya tidak mampu menangani panas dari chipset generasi terbaru—terutama dalam suhu lingkungan tinggi—maka suhu internal bisa melonjak drastis.

3. Bug pada Firmware atau AI Thermal Management

  • Beberapa flagship kini menggunakan AI untuk mengatur distribusi daya dan pendinginan. Jika algoritma ini gagal, perangkat bisa terus memompa daya ke komponen meski suhu sudah kritis.

Apa yang Harus Dilakukan Pengguna Galaxy S25+?

Meski Samsung menyebut ini sebagai kasus terisolasi, pengguna disarankan tetap waspada. Berikut langkah-langkah pencegahan:

  • Perhatikan suhu perangkat: Jika ponsel terasa panas tidak wajar (di atas 45°C), segera matikan.
  • Hindari penggunaan dalam suhu ekstrem: Jangan gunakan di bawah terik matahari atau di dalam mobil panas.
  • Perbarui perangkat lunak: Pastikan sistem operasi dan firmware selalu dalam versi terbaru—Samsung mungkin merilis patch darurat.
  • Hubungi layanan resmi: Jika Anda mengalami gejala serupa (panas berlebih, bau terbakar, atau restart otomatis), segera bawa ke service center.
  • Jangan gunakan casing tebal: Casing berbahan karet atau silikon tebal bisa menghambat disipasi panas.

Reaksi Publik dan Dampak pada Reputasi Samsung

Di media sosial, tagar #S25Fire mulai muncul di X (Twitter) dan Reddit. Banyak pengguna membandingkan insiden ini dengan Note 7, meski jumlah laporan masih sangat kecil.

Namun, di era informasi instan, satu insiden viral bisa merusak citra merek selama berbulan-bulan. Investor pun mulai waspada—saham Samsung Electronics sempat turun 1,2% dalam perdagangan Asia pasca-laporan ini.

Yang jadi pertaruhan bukan hanya penjualan Galaxy S25+, tapi juga kepercayaan terhadap seluruh ekosistem Samsung, termasuk Galaxy Watch, Galaxy Buds, dan perangkat IoT lainnya.

Pelajaran dari Masa Lalu: Apakah Samsung Sudah Belajar dari Note 7?

Setelah krisis Note 7, Samsung memperkenalkan 8-Point Battery Safety Check, sistem pengujian baterai paling ketat di industri. Perusahaan juga membangun laboratorium baterai khusus dan meningkatkan kolaborasi dengan pemasok seperti ATL dan Samsung SDI.

Namun, teknologi terus berkembang. Baterai berkepadatan lebih tinggi, chipset lebih cepat, dan desain lebih tipis menciptakan tantangan keamanan baru yang mungkin belum sepenuhnya terantisipasi.

Jika investigasi mengungkap adanya cacat sistemik, Samsung mungkin terpaksa melakukan recall parsial atau pembaruan firmware darurat—langkah yang mahal, tapi penting untuk menjaga kepercayaan publik.

Kesimpulan: Waspada, Tapi Jangan Panik

Saat ini, hanya ada satu laporan resmi tentang Galaxy S25+ yang terbakar. Belum ada bukti bahwa ini adalah masalah massal. Namun, sifat insidennya—terjadi saat digunakan secara normal—menjadikannya peringatan dini yang serius.

Samsung memiliki sumber daya dan pengalaman untuk menangani krisis seperti ini. Tapi transparansi dan kecepatan respons akan menentukan apakah perusahaan bisa menghindari bayang-bayang Note 7 atau justru terjebak di dalamnya lagi.

Bagi pengguna: tetap tenang, tapi waspada. Pantau perangkat Anda, laporkan gejala mencurigakan, dan jangan ragu menghubungi layanan pelanggan. Karena dalam dunia teknologi, keamanan bukanlah fitur opsional—melainkan hak dasar.

 

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram@gadgetvivacoid
FacebookGadget VIVA.co.id
X (Twitter)@gadgetvivacoid
Whatsapp ChannelGadget VIVA
Google NewsGadget