Kasus Rahim dalam Kresek Hebohkan Netizen, Ini Fakta Medis di Baliknya

Kasus Rahim dalam Kresek Hebohkan Netizen, Ini Fakta Medis di Baliknya
Sumber :
  • Halodoc

Dan inilah akar masalahnya.

Penyebab Utama: Penanganan Plasenta oleh Dukun Beranak

Dalam kasus inversio uteri yang pernah ditangani di Garut, penyebab utamanya adalah penarikan paksa plasenta (ari-ari) oleh paraji (dukun beranak).

Normalnya, plasenta akan keluar sendiri 5–30 menit setelah bayi lahir, didorong oleh kontraksi rahim. Jika plasenta tidak kunjung keluar (retensi plasenta), tenaga medis tidak akan menariknya dengan kekuatan penuh. Mereka menggunakan teknik manual hati-hati atau obat oksitosin untuk merangsang lepasnya plasenta.

Tapi dukun beranak, tanpa pelatihan medis, sering menarik tali pusat sekuat tenaga untuk “mengeluarkan ari-ari yang bandel”. Tarikan ini bisa menarik rahim ikut turun, apalagi jika plasenta melekat sangat erat (plasenta akreta).

“Kalau tidak dipotong atau dipelintir-pelintir, sepertinya tidak mungkin bisa putus pada kondisi normal,” tegas dr. Yeni. 

Dr. Christofani, yang kini bertugas di Siloam Hospitals Lippo Village, menegaskan hal serupa:

“Pada kasus kami di Garut, penyebabnya adalah tindakan yang tidak memiliki dasar medis yang dilakukan paraji.” 

Kasus di Garut: Rahim dalam Kantong Kresek, Benarkah?

Dalam sebuah podcast, dr. Gia Pratama menceritakan pengalaman mengejutkan saat bertugas di IGD RSUD Garut: seorang pria datang membawa kantong kresek berisi organ yang diduga rahim.

Saat itu, dr. Gia masih koas (dokter muda), dan dr. Christofani adalah dokter residen yang memimpin penanganan. Mereka bersama dua dokter lain dr. Jonas Nara Baringbing dan dr. Agus Pribadi menangani pasien gawat darurat tersebut.

“Rahim terlepas dari tubuh karena tindakan paraji. Kami lakukan bleeding control, buang sisa jaringan hingga leher rahim, lalu transfusi darah,” jelas dr. Christofani. 

Organ yang dibawa dalam kantong kresek memang adalah bagian rahim, namun tidak bisa dipasang kembali karena jaringannya sudah rusak parah. Pasien selamat, tetapi kehilangan fungsi reproduksinya.

Ini adalah kasus ekstrem akibat praktik persalinan tidak aman bukan risiko alami dari melahirkan.

Apakah Ini Bisa Terjadi Saat Persalinan Normal?
Tidak.

dr. Yeni menegaskan berulang kali:

“Rahim tidak mungkin lepas jika persalinan ditangani oleh bidan atau dokter yang kompeten.”