Google Sulap Konten 2D Jadi 3D dengan Autospatialization di Android XR!

Google Sulap Konten 2D Jadi 3D dengan Autospatialization di Android XR!
Sumber :
  • Android Developer

Gadget – Bayangkan menonton video YouTube bukan sebagai “layar datar mengambang” di depan mata, melainkan sebagai panggung hidup yang bisa Anda kelilingi. Atau bermain Cities: Skylines di headset XR, di mana antarmuka permainan melayang di depan Anda, sementara kota virtual terbentang di latar belakang semua dalam kedalaman spasial yang alami.

Itu bukan khayalan lagi.

Google baru saja memperkenalkan Autospatialization, fitur revolusioner berbasis kecerdasan buatan (AI) yang mampu mengubah konten dua dimensi (2D) menjadi tampilan tiga dimensi (3D) secara real-time tanpa perlu pengembang aplikasi mengubah satu baris kode pun.

Diumumkan dalam acara The Android Show: XR Edition, teknologi ini menjadi bagian inti dari Android XR, sistem operasi Google untuk perangkat extended reality (XR) seperti kacamata pintar dan headset realitas campuran.

Artikel ini mengupas cara kerja Autospatialization, dampaknya terhadap pengalaman pengguna, integrasi di ekosistem Android XR, serta implikasinya bagi masa depan komputasi imersif.

Apa Itu Autospatialization? Teknologi yang “Memahami” Kedalaman dari Konten Datar

Autospatialization bukan sekadar efek visual ia adalah sistem AI canggih yang berjalan di level sistem operasi. Berbeda dengan solusi sebelumnya yang memerlukan upscaling manual atau dukungan khusus dari pengembang, Autospatialization otomatis menganalisis konten 2D dan memecahnya menjadi lapisan spasial berbeda berdasarkan konteks visual.

Misalnya, saat Anda membuka YouTube:

  • Latar belakang video menjadi “dinding virtual” di kejauhan
  • Panel komentar dan tombol like mengambang di lapisan tengah
  • Judul dan antarmuka navigasi muncul di lapisan depan, dekat wajah

Hasilnya? Ilusi kedalaman yang realistis, membuat konten terasa lebih hidup dan nyaman dilihat dalam jangka waktu lama mengurangi kelelahan mata yang sering terjadi saat menatap “layar datar” di lingkungan 3D.

Cara Kerja: Satu Tombol, Semua Aplikasi Jadi Imersif

Salah satu keunggulan terbesar Autospatialization adalah kemudahan akses. Pengguna cukup:

  • Buka aplikasi apa pun (YouTube, Instagram, game, browser web)
  • Masuk ke menu pengaturan aplikasi di Android XR
  • Tekan tombol “Enable Spatial Mode”

Dalam hitungan detik, konten yang semula datar langsung “meledak” menjadi ruang tiga dimensi. Tidak ada pembaruan aplikasi, tidak ada plugin, tidak ada konfigurasi rumit.

Google menekankan bahwa fitur ini bekerja di hampir semua aplikasi, termasuk:

  • Game 2D (seperti puzzle atau strategi)
  • Video streaming (YouTube, Netflix, Disney+)
  • Aplikasi produktivitas (Google Docs, Zoom, Gmail)
  • Situs web yang biasanya ditampilkan sebagai jendela browser

Dalam demo resmi, Google menunjukkan Cities: Skylines yang di-stream dari PC. Meski game tersebut tidak dirancang untuk VR/XR, Autospatialization berhasil:

  • Memisahkan UI game (tombol, panel) sebagai objek depan
  • Menjadikan kota simulasi sebagai lanskap 3D di latar belakang
  • Memungkinkan pengguna “masuk” ke dalam dunia game secara spasial

Arsitektur Teknis: Didukung Chipset XR2+ Gen 2

Proses spatialization real-time membutuhkan daya komputasi tinggi. Untungnya, Google merancang Autospatialization untuk berjalan optimal di chipset Qualcomm XR2+ Gen 2 prosesor khusus untuk perangkat XR generasi terbaru.

Chipset ini mampu:

  • Menjalankan sistem operasi Android XR lengkap
  • Memproses AI inference real-time untuk pemisahan lapisan visual
  • Menjaga latensi rendah agar pengalaman tetap responsif

Menurut Google, ini adalah pertama kalinya kemampuan semacam ini tersedia di headset XR mainstream, bukan hanya di perangkat eksperimental atau smart glasses niche seperti Viture.

Dampak pada Multitasking & Kolaborasi Virtual

Autospatialization tidak hanya untuk hiburan ia juga mentransformasi cara kita bekerja di ruang virtual.

Dengan fitur ini:

  • Jendela aplikasi bisa diatur seperti benda fisik di ruang kerja virtual: browser di kiri, spreadsheet di kanan, Zoom meeting di depan
  • Dalam meeting online, avatar 3D lawan bicara bisa muncul dengan kedalaman alami, bukan sekadar kotak video datar

Presentasi PowerPoint bisa “diproyeksikan” ke dinding virtual, sementara catatan berada di papan samping
Ini membuka jalan bagi kantor virtual yang benar-benar imersif, di mana ruang kerja digital meniru intuisi manusia dalam mengatur objek fisik.

Kapan Tersedia? Rencana Peluncuran & Mitra Strategis

Google mengonfirmasi bahwa Autospatialization akan mulai digulirkan pada 2026 sebagai bagian dari Android XR versi stabil.

Salah satu mitra utama adalah Samsung, yang dikabarkan akan mengintegrasikan teknologi ini ke dalam:

  • One UI XR (antarmuka khusus XR dari Samsung)
  • Galaxy XR, headset realitas campuran pertama Samsung yang direncanakan rilis tak lama setelah Android XR resmi

Selain itu, Google juga mengumumkan Xreal Project Aura kacamata pintar ringan yang akan diluncurkan pada 2026 dan didukung penuh oleh fitur ini.

Mengapa Ini Penting? Menutup Celah antara Konten dan Realitas Imersif

Selama ini, salah satu hambatan terbesar adopsi XR adalah kelangkaan konten asli 3D. Sebagian besar aplikasi dan media masih berbasis 2D, sehingga pengguna XR sering merasa seperti “menonton TV di ruang kosong” bukan benar-benar berada di dalam pengalaman.

Autospatialization menghapus hambatan itu. Dengan satu teknologi, seluruh ekosistem digital yang sudah ada miliaran jam video, jutaan aplikasi, miliaran situs web langsung menjadi kompatibel dengan realitas campuran.

Ini bukan sekadar peningkatan ini adalah akselerator adopsi massal untuk XR.

Tantangan dan Pertanyaan yang Belum Terjawab

Meski menjanjikan, beberapa tantangan tetap ada:

  • Akurasi AI: Apakah sistem selalu memisahkan lapisan dengan benar?
  • Efek pada baterai: Pemrosesan AI real-time bisa menguras daya
  • Kompatibilitas perangkat: Hanya bekerja di perangkat berbasis chipset XR2+ Gen 2

Google belum memberikan detail tentang batasan konten misalnya, apakah foto lama di Google Photos juga bisa “dihidupkan” menjadi 3D? Atau apakah teks panjang di situs berita akan tetap nyaman dibaca?

Namun, potensi jangka panjangnya jelas: membuat dunia digital terasa sealam mungkin tanpa menunggu dunia digital berubah dulu.

Kesimpulan: Langkah Raksasa Menuju Komputasi Imersif yang Universal

Dengan Autospatialization, Google tidak hanya meluncurkan fitur ia mengubah aturan main.

Alih-alih memaksa dunia untuk beradaptasi ke realitas campuran, Google justru membawa realitas campuran ke dunia yang sudah ada.

Bagi pengguna, ini berarti pengalaman XR yang langsung bermanfaat sejak hari pertama, tanpa menunggu ekosistem 3D matang.

Bagi industri, ini adalah sinyal kuat bahwa masa depan komputasi bukan lagi tentang layar tapi tentang ruang, kedalaman, dan kehadiran.

Dan semuanya bisa dimulai dari satu tombol: “Make it 3D.”

 

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram@gadgetvivacoid
FacebookGadget VIVA.co.id
X (Twitter)@gadgetvivacoid
Whatsapp ChannelGadget VIVA
Google NewsGadget