5 Bahaya Tersembunyi Jika Terlalu Banyak Mengandalkan AI
- information week
Gadget – Semakin pesat perkembangan kecerdasan buatan (AI), semakin mudah pula hidup kita di bantu oleh alat digital. Banyak tugas seperti menulis, menganalisis data, atau bahkan membuat desain bisa dilakukan dengan cepat menggunakan bantuan mesin cerdas.
Tapi, tahukah kamu? Di balik segala kemudahan yang ditawarkan, ada risiko tak terlihat yang mulai mencuat: dampak negatif dari ketergantungan berlebih pada AI.
Berikut adalah beberapa bahaya yang perlu diperhatikan:
Penurunan Kemampuan Berpikir Mandiri
Begitu banyak orang yang mulai menyerahkan proses pengambilan keputusan atau analisa penting kepada mesin. Padahal, Gary Marcus, seorang ahli AI dan Profesor dari New York University mengatakan bahwa tujuan awal dibuatnya AI adalah untuk menjadi pendukung, bukan pengganti manusia dalam berpikir.
Jika kita biarkan, otak kita bisa lama-lama jarang digunakan secara optimal. Hal ini sudah mulai terlihat dari cara pelajar dan mahasiswa yang sering memanfaatkan AI untuk membuat skripsi tanpa memahami isinya secara mendalam.
Menghilangnya Gairah Berkreasi
Sebenarnya, AI juga memiliki kemampuan untuk menciptakan konten kreatif, mulai dari puisi hingga lukisan digital. Namun Dr. Kate Crawford menjelaskan bahwa hal itu hanyalah hasil rekomputasi dari pola-pola yang sudah pernah diproses sistem sebelumnya.
Manusia punya daya imajinasi unik yang lahir dari pengalaman, emosi, serta insting. Sesuatu yang belum bisa dimiliki oleh sistem buatan apapun.
Potensi Penyebaran Informasi Salah
Tidak semua jawaban dari AI akurat. Menurut studi dari MIT pada tahun 2024, sekitar 1 dari 5 informasi yang dihasilkan AI bisa berisi data yang tidak tepat atau cenderung bias.
Beberapa sistem seperti DeepSeek diketahui sengaja menghindari topik tertentu karena batasan regulasi politik di negara asalnya. Hal ini membuktikan bahwa AI ternyata tidak sepenuhnya objektif.
Timbulnya Ketimpangan Digital
Di satu sisi, mereka yang menguasai dan memanfaatkan teknologi AI bisa berkembang lebih cepat. Namun di sisi lain, masyarakat yang kurang akses teknologi justru akan semakin tertinggal.
Bahkan di bidang pekerjaan, penggunaan AI mulai menggeser peran manusia di sektor layanan pelanggan, HRD, dan berita otomatis—yang berpotensi menciptakan kecemasan sosial baru.