Kisah Haru Ibu di Lebak Ganti Meja Sekolah Anaknya, Akhirnya Dapat Respons Bupati
- Istimewa
Tak lama setelah video aksi Arta beredar luas di media sosial, Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak pun angkat suara. Hadi Mulya, Kepala Bidang Sekolah Dasar di dinas tersebut, menyatakan bahwa kejadian ini murni akibat kesalahpahaman komunikasi antara pihak sekolah dan orangtua murid.
“Kepala sekolah sebenarnya hanya menyampaikan imbauan. Tidak ada paksaan untuk mengganti,” ujar Hadi.
Untuk menyelesaikan konflik ini, dilakukan mediasi antara kedua pihak. Dalam mediasi tersebut, turut hadir Bupati Lebak Hasbi Asyidiki Jayabaya yang langsung menggantikan uang pembelian meja dan kursi yang dikeluarkan Arta.
Meja dan Kursi Dikembalikan, Anak Dijamin Tidak Didiskriminasi
Setelah mediasi, meja dan kursi yang dibawa oleh Arta pun dikembalikan kepadanya. Selain itu, Dinas Pendidikan memastikan bahwa anak Arta tidak akan mendapatkan perlakuan diskriminatif di sekolah akibat peristiwa ini.
“Kami sudah sampaikan agar pihak sekolah tidak lagi menyampaikan teguran melalui grup WhatsApp. Ke depan harus menggunakan surat resmi agar tidak menimbulkan salah tafsir,” jelas Hadi.
Refleksi: Ketika Komunikasi Buruk Memicu Konflik yang Tak Perlu
Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi dunia pendidikan, khususnya dalam hal komunikasi antara sekolah dan orangtua murid. Di era digital seperti sekarang, penggunaan grup WhatsApp memang memudahkan koordinasi, namun tanpa etika komunikasi yang tepat, bisa memicu kesalahpahaman serius.
Alih-alih menegur secara pribadi atau resmi, penyampaian imbauan di grup justru bisa menimbulkan tekanan sosial dan rasa malu, seperti yang dirasakan oleh Arta.
Respek untuk Arta: Keteguhan Ibu dalam Menjaga Nama Baik Anak
Tindakan Arta mungkin terlihat sederhana, namun ia berhasil menyampaikan pesan kuat: bahwa sebagai orangtua, ia tidak akan membiarkan anaknya menanggung beban sendirian, apalagi dalam situasi yang belum sepenuhnya jelas.
Meskipun anaknya mengaku bahwa meja dan kursi sudah rusak sebelumnya, Arta memilih untuk menyelesaikannya dengan tanggung jawab dan ketenangan. Keputusannya mengganti furnitur sekolah dengan uang pribadi adalah cerminan dari ketulusan yang patut diapresiasi.
Penutup: Keteladanan dari Kasus yang Tak Disangka
Kisah Arta Grace Monica menjadi refleksi bagi semua pihak—baik sekolah, orangtua, maupun masyarakat umum. Dari kasus ini, kita belajar bahwa penyelesaian konflik memerlukan empati, komunikasi yang baik, dan kehati-hatian dalam mengambil keputusan, terutama jika melibatkan anak-anak.