Aura Farming Pacu Jalur Kuansing yang Mengguncang Dunia
- Istimewa
Tak ingin momentum ini berlalu begitu saja, Pemerintah Provinsi Riau dan Kabupaten Kuansing bergerak cepat. Gubernur Riau, Abdul Wahid, menyatakan bahwa Aura Farming adalah contoh nyata bagaimana budaya bisa tumbuh di era digital. Ia menekankan bahwa modernisasi bukan berarti meninggalkan akar budaya.
Dinas Pariwisata Riau juga meluncurkan berbagai program untuk memperluas promosi Festival Pacu Jalur, baik ke skala nasional maupun internasional. Salah satunya adalah mendaftarkan Pacu Jalur sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO, sekaligus memperluas akses wisatawan ke lokasi acara.
Budaya dan Ekonomi Kreatif: Sinergi yang Menguntungkan
Aura Farming tidak hanya sukses secara budaya, tapi juga membuka peluang besar di sektor ekonomi kreatif. Anak-anak muda Kuansing mulai membuat merchandise bertema Pacu Jalur, dari kaus hingga aksesoris. Bahkan beberapa sanggar lokal menggelar pelatihan tari dan membuat konten edukatif di YouTube dan Instagram.
Dalam waktu singkat, industri kreatif lokal tumbuh. Kreativitas generasi muda yang awalnya terpendam, kini menemukan wadah baru yang menguntungkan. Banyak yang menyebut ini sebagai bentuk “modernisasi tanpa melupakan tradisi”—sebuah formulasi ideal dalam membangun budaya yang relevan di masa kini.
Mengubah Citra Budaya Lokal Menjadi Global
Fenomena ini membuktikan satu hal penting: budaya lokal memiliki kekuatan luar biasa jika dikemas dengan strategi yang tepat. Lewat pendekatan digital, keberadaan Aura Farming mengangkat Pacu Jalur Kuansing dari sebuah festival tradisional menjadi simbol budaya nasional, bahkan global.