Langkah Baru Korea Selatan: Stop Siaran Propaganda ke Korea Utara, Ini Alasannya!
- Wikimedia
Hubungan antara kedua Korea saat ini berada di salah satu titik terendah dalam beberapa tahun terakhir. Tegangan meningkat setelah Korea Selatan memulai siaran propaganda melalui pengeras suara tahun lalu sebagai respons terhadap balon-balon yang diterbangkan oleh Korea Utara, membawa sampah dan benda-benda provokatif lainnya ke wilayah selatan.
Pesan-pesan propaganda yang disiarkan oleh Korea Selatan sering kali mencakup lagu-lagu populer dari industri hiburan K-pop, sebuah bentuk "perang budaya" yang dirancang untuk menyulut emosi di Pyongyang. Namun, pemerintahan Kim Jong Un sedang gencar melakukan kampanye untuk membasmi pengaruh budaya pop Korea Selatan di kalangan masyarakatnya guna memperkuat kontrol dinasti keluarga Kim.
Konflik ini semakin rumit dengan perkembangan program nuklir Korea Utara dan upaya Korea Selatan untuk memperluas latihan militer bersama dengan Amerika Serikat serta kerja sama keamanan trilateral dengan Jepang.
Pendekatan Baru Presiden Lee Jae-myung
Presiden Korea Selatan, Lee Jae-myung, yang baru saja terpilih setelah pendahulunya dimakzulkan atas deklarasi darurat militer yang gagal, telah memerintahkan militer untuk menghentikan siaran propaganda sebagai bagian dari upaya "memulihkan kepercayaan" dengan Korea Utara.
Dalam pidatonya, Lee berjanji untuk mengambil pendekatan diplomatik tanpa prasyarat guna memperbaiki hubungan dengan Pyongyang. Meski begitu, Korea Utara tampaknya belum tertarik untuk berdialog.
"Saudara perempuan pemimpin Korea Utara, Kim Yo Jong, baru-baru ini menyatakan bahwa Korea Selatan tidak dapat membalikkan hasil buruk hanya dengan kata-kata sentimental," ujarnya pekan lalu, menunjukkan sikap dingin Pyongyang terhadap tawaran dialog baru.