Tanpa Alat Canggih! Begini Cara Bikin Kompos Sendiri di Rumah

Ubah Jadi Pupuk Kompos Super Subur di Rumah
Sumber :
  • lifeworks

Di tengah meningkatnya volume sampah rumah tangga, banyak orang mulai mencari cara sederhana untuk mengurangi limbah sekaligus memberi manfaat baru. Salah satu solusi yang ramah lingkungan adalah membuat pupuk kompos. Menariknya, proses ini tidak membutuhkan peralatan canggih atau biaya mahal. Dengan memanfaatkan sisa makanan dan bahan organik sehari-hari, kita bisa menghasilkan pupuk yang bermanfaat bagi tanaman di rumah.

Lantas, bagaimana cara membuat pupuk kompos dengan mudah? Berikut panduan langkah demi langkah yang bisa dipraktikkan siapa saja.


Menyiapkan Bahan yang Tepat

Langkah pertama dalam membuat kompos adalah memilih bahan yang benar. Sampah organik menjadi bahan utama karena sifatnya mudah terurai. Misalnya, sisa potongan sayur dan buah, daun kering yang gugur di halaman, rumput yang sudah dipangkas, hingga ampas kopi atau teh yang sering kita buang begitu saja. Bahkan kulit telur pun bisa dijadikan bahan tambahan setelah dihancurkan terlebih dahulu.

Namun, ada beberapa bahan yang sebaiknya dihindari. Limbah seperti minyak goreng bekas, plastik, kaca, daging, tulang, maupun produk susu tidak disarankan. Selain sulit terurai, bahan tersebut juga bisa menimbulkan bau tidak sedap yang mengganggu proses pengomposan. Dengan memilih bahan yang tepat sejak awal, kualitas kompos yang dihasilkan akan jauh lebih baik.


Menentukan Wadah Pengomposan

Setelah bahan tersedia, langkah selanjutnya adalah menyiapkan wadah. Tidak perlu membeli alat khusus, karena ember bekas, tong plastik, atau kotak kayu bisa digunakan. Hal yang terpenting, wadah tersebut memiliki lubang kecil di bagian samping atau bawah. Lubang ini berfungsi sebagai jalur sirkulasi udara sekaligus saluran pembuangan air lindi, yaitu cairan yang muncul dari hasil pembusukan bahan organik.

Dengan adanya sirkulasi udara yang cukup, proses pengomposan akan berjalan lebih cepat dan tidak menimbulkan bau menyengat. Jadi, jangan lupa memastikan wadah memiliki ventilasi yang baik sebelum mulai mengisi bahan.


Menyusun Lapisan Bahan

Ketika wadah sudah siap, tahap berikutnya adalah menyusun bahan secara berlapis. Tujuannya agar proses pembusukan berjalan seimbang dan merata. Susunan lapisan dimulai dengan bagian dasar berupa ranting kecil atau potongan kardus. Fungsi lapisan ini adalah menjaga sirkulasi udara dari bawah.

Setelah itu, masukkan lapisan organik yang terdiri atas sampah dapur, seperti sisa sayuran atau buah. Di atasnya, tambahkan lapisan cokelat berupa daun kering, sekam padi, atau sobekan kertas. Lapisan cokelat ini sangat penting karena berfungsi menyeimbangkan kadar karbon dalam proses pengomposan.

Agar hasilnya maksimal, gunakan perbandingan dua banding satu. Artinya, dua bagian bahan cokelat dipadukan dengan satu bagian bahan hijau (organik segar). Rasio ini membuat kompos tidak terlalu basah dan mempercepat proses pelapukan.


Menjaga Kelembapan dan Sirkulasi Udara

Setelah bahan tersusun, tugas berikutnya adalah memastikan kondisi kompos tetap ideal. Salah satu kunci utama adalah menjaga kelembapan dan ketersediaan oksigen. Caranya sederhana, cukup dengan mengaduk campuran setiap tiga hingga lima hari sekali. Aksi ini membantu oksigen masuk ke dalam tumpukan kompos sehingga mikroorganisme dapat bekerja lebih efektif.

Jika kompos terlihat terlalu kering, percikkan sedikit air untuk menambah kelembapan. Sebaliknya, jika terlihat terlalu basah dan mulai berbau menyengat, tambahkan daun kering atau serbuk gergaji untuk menyeimbangkan kadar air. Dengan pengawasan rutin, proses pengomposan bisa berjalan lancar tanpa masalah.


Menunggu Proses Pengomposan

Kesabaran menjadi kunci pada tahap ini. Umumnya, kompos membutuhkan waktu sekitar empat hingga delapan minggu untuk benar-benar matang. Tentu, lamanya waktu bisa berbeda-beda, tergantung pada jenis bahan, ukuran potongan, hingga seberapa rajin kita mengaduk dan mengontrol kelembapan.

Bagaimana cara mengenali kompos yang sudah siap pakai? Tandanya cukup jelas. Warna kompos akan berubah menjadi cokelat gelap, teksturnya gembur, dan aroma yang keluar menyerupai bau tanah segar, bukan lagi bau busuk. Jika sudah mencapai kondisi tersebut, kompos bisa langsung dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan.


Memanfaatkan Kompos di Rumah

Kompos hasil olahan sampah rumah tangga memiliki banyak manfaat. Bagi pecinta tanaman hias, kompos bisa digunakan sebagai media tanam tambahan agar tanaman tumbuh subur. Bagi yang gemar berkebun, kompos bisa dicampurkan ke dalam tanah sebagai pupuk dasar untuk sayuran atau buah-buahan. Bahkan, kompos juga mampu memperbaiki struktur tanah yang keras sehingga lebih gembur dan kaya nutrisi.

Dengan memanfaatkan kompos, kita tidak hanya mengurangi jumlah sampah rumah tangga, tetapi juga membantu menjaga lingkungan sekaligus menghemat biaya membeli pupuk kimia.


Tips Agar Kompos Lebih Cepat Jadi

Bagi yang ingin mempercepat proses pengomposan, ada trik sederhana yang bisa dicoba. Gunakan larutan EM4 (Effective Microorganisms) atau campuran air dengan gula merah sebagai aktivator. Cairan ini berfungsi menambah jumlah mikroorganisme yang bekerja dalam proses pembusukan sehingga kompos lebih cepat matang.

Selain itu, pastikan bahan yang dimasukkan ke dalam wadah dipotong kecil-kecil. Semakin kecil ukurannya, semakin cepat pula bahan tersebut terurai. Dengan sedikit usaha tambahan, hasil kompos bisa didapatkan lebih singkat dan kualitasnya tetap terjaga.

Membuat pupuk kompos dari sampah rumah tangga ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Hanya dengan memanfaatkan sisa bahan organik, wadah sederhana, serta sedikit kesabaran, kita sudah bisa menghasilkan pupuk alami yang bermanfaat. Proses ini bukan hanya mengurangi sampah, tetapi juga memberikan solusi ramah lingkungan bagi keberlanjutan bumi.

Selain itu, hasil kompos bisa digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari menanam sayuran hingga merawat tanaman hias di rumah. Jadi, tidak ada alasan untuk membiarkan sampah organik terbuang begitu saja. Dengan langkah sederhana ini, kita bisa berkontribusi menjaga lingkungan sekaligus menciptakan kebun yang lebih subur dan sehat.