Media Arab Saudi Sindir Timnas Indonesia: Banyak Pemain Naturalisasi Tapi Masih Gagal Kompak

Patrick Kluivert dan Dany Lanzart
Sumber :
  • tvonenews.com

Gadget – Menjelang putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, sorotan terhadap Timnas Indonesia tak hanya datang dari dalam negeri. Media asing mulai mengangkat berbagai persoalan yang bisa memengaruhi performa skuad Garuda di bawah pelatih baru Patrick Kluivert.

Salah satu media olahraga terkemuka Arab Saudi, Arriyadiyah.com, menulis laporan khusus tentang tim Merah Putih. Mereka menilai, meskipun Indonesia kini diperkuat banyak pemain naturalisasi, masih ada satu masalah klasik yang belum terselesaikan — komunikasi antar pemain.

“Komunikasi antarpemain tim nasional Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi para pemainnya,” tulis Arriyadiyah.

Menurut media itu, skuad Garuda kini diisi oleh sejumlah pemain keturunan yang besar di luar negeri, terutama di Belanda. Hal ini menimbulkan tantangan tersendiri karena sebagian dari mereka lebih nyaman berbicara dalam bahasa Belanda atau Inggris, bukan bahasa Indonesia.

Akibatnya, muncul jarak komunikasi antara pemain lokal dan pemain naturalisasi. Masalah ini bukan hal baru, melainkan sudah berlangsung lama dan bahkan disebut-sebut sebagai salah satu penyebab pecatnya pelatih Shin Tae-yong awal tahun 2025 lalu.


Penyebab Shin Tae-yong Dipecat, Komunikasi Jadi Sorotan

Dalam laporan yang sama, Arriyadiyah menyinggung bahwa kurangnya komunikasi internal membuat hubungan antarpemain dan pelatih menjadi renggang.

“Kurangnya komunikasi di dalam tim nasional Indonesia begitu menonjol, sehingga hal itu menjadi alasan pemecatan pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, dari kepemimpinan teknis tim Garuda di awal tahun ini,” tulis media tersebut.

Shin memang dikenal tegas dan memiliki gaya komunikasi langsung. Namun, dengan banyaknya pemain yang tumbuh di lingkungan berbeda, gaya tersebut sering kali tak tersampaikan secara maksimal. Hal ini berdampak pada strategi di lapangan yang tak berjalan mulus karena miskomunikasi antar lini.

Setelah kepergian Shin Tae-yong, PSSI pun menunjuk Patrick Kluivert, pelatih asal Belanda yang dianggap mampu menyesuaikan diri dengan mayoritas pemain keturunan Eropa Barat di tim nasional.

“Asal-usul Kluivert membuatnya ditunjuk mengambil alih tim, karena ia fasih berbahasa Belanda, sama dengan sebagian besar pemain di tim,” tulis Arriyadiyah menambahkan.


Marc Klok Jadi Jembatan Bahasa di Ruang Ganti

Di tengah kondisi yang belum sepenuhnya harmonis, ada satu sosok yang dianggap mampu menjaga keseimbangan dalam skuad: Marc Klok.

Pemain Persib Bandung itu disebut sebagai figur penting yang tidak hanya berperan di lapangan, tetapi juga di luar lapangan. Arriyadiyah menyebut Klok sebagai “penerjemah tidak resmi” di dalam tim.

“Kendala bahasa dalam komunikasi di Timnas Indonesia, dengan satu pemain mengambil alih sebagai penerjemah,” tulis media tersebut.

Kemampuan Klok dalam tiga bahasa — Indonesia, Inggris, dan Belanda — membuatnya menjadi jembatan penting yang menghubungkan pemain lokal dengan pemain naturalisasi. Ia membantu menyatukan berbagai latar budaya agar komunikasi di ruang ganti tetap lancar.

Klok pun dikenal memiliki kedekatan dengan pemain lokal maupun pemain keturunan seperti Jay Idzes, Calvin Verdonk, dan Rafael Struick. Dengan caranya yang tenang dan terbuka, ia mampu menjaga suasana tim tetap solid meski perbedaan budaya begitu kuat.


Kluivert dan Tantangan Harmoni Garuda

Pelatih baru Patrick Kluivert kini memikul tanggung jawab besar untuk memperbaiki harmoni tim. Latar belakangnya sebagai mantan pemain top Eropa dan kemampuannya berbicara bahasa Belanda diharapkan bisa menjadi modal penting untuk memecahkan masalah komunikasi yang sudah berlangsung lama.

Di sisi lain, media Arab Saudi menilai bahwa kekompakan menjadi faktor kunci yang sering diabaikan oleh publik Indonesia. Banyak yang terpesona oleh kehadiran pemain naturalisasi berlabel Eropa, tapi lupa bahwa sepak bola tetap permainan tim.

Tanpa komunikasi yang efektif, strategi sehebat apa pun sulit dijalankan dengan sempurna.

Arriyadiyah mengingatkan, “Keberhasilan tim nasional tidak hanya ditentukan oleh kualitas teknik atau fisik. Kemampuan berkomunikasi dan membangun koneksi antarpemain menjadi kunci utama.”


Situasi yang dihadapi Timnas Indonesia menjadi refleksi bahwa sepak bola modern bukan hanya tentang skill dan taktik, tetapi juga tentang rasa saling memahami.

Meski kini dihuni oleh banyak pemain naturalisasi berbakat, tanpa komunikasi dan koneksi emosional yang kuat, performa tim sulit mencapai puncak.

Dalam hal ini, peran Marc Klok menjadi sangat penting. Ia bukan hanya sosok yang berlari di tengah lapangan, tetapi juga “penyatu bahasa dan budaya” di balik keberagaman skuad Garuda.

Sementara Patrick Kluivert diharapkan mampu melanjutkan peran itu dalam skala lebih besar, membangun tim yang benar-benar satu hati dan satu visi menjelang laga-laga berat di Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Dengan tantangan besar di depan mata, Timnas Indonesia kini dituntut untuk membuktikan bahwa banyaknya pemain naturalisasi bukan alasan untuk gagal kompak, tetapi justru peluang untuk menjadi lebih kuat — jika mampu berbicara dalam satu bahasa: bahasa kemenangan.

 

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram@gadgetvivacoid
FacebookGadget VIVA.co.id
X (Twitter)@gadgetvivacoid
Whatsapp ChannelGadget VIVA
Google NewsGadget