Calvin Verdonk Menangis di Jeddah: Pengakuan Jujur soal Kegagalan Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026
- ig/thehayeway
“Rasanya menyakitkan. Tapi kami harus tetap berjalan. Kami belajar banyak dari sini,” tutur Verdonk kepada media Belanda, The Haye Way, usai pertandingan.
Pelajaran Berharga untuk Piala Asia 2027
Meski kecewa, Verdonk mencoba mengambil sisi positif dari kegagalan ini. Menurutnya, level permainan Timnas Indonesia kini telah meningkat pesat dan bisa menjadi modal berharga untuk turnamen berikutnya.
“Sekarang kami harus membawa standar ini ke masa depan. Kami telah berjuang keras untuk pulih dan bermain di laga ini, dan saya rasa ini adalah langkah maju bagi kami,” ujar pemain berusia 27 tahun itu.
Verdonk juga menegaskan bahwa semua pemain kini fokus menatap Piala Asia 2027. Ia berharap pengalaman berharga di kualifikasi ini bisa menjadi motivasi untuk tampil lebih matang di level kontinental.
“Setiap orang kini fokus ke depan. Piala Asia adalah target berikutnya. Tapi jujur, kegagalan ini sangat menyakitkan,” tambahnya.
Kegagalan menuju Piala Dunia menjadi momen refleksi besar bagi seluruh elemen Timnas Indonesia. Pelatih Patrick Kluivert dihadapkan pada banyak evaluasi, mulai dari efektivitas strategi hingga penentuan komposisi pemain.
Beberapa pemain seperti Maarten Paes, Jay Idzes, Sandy Walsh, hingga Thom Haye menunjukkan perkembangan positif, sementara pemain lokal seperti Rizky Ridho dan Marselino Ferdinan semakin matang menghadapi tekanan di level internasional.
Meskipun langkah ke Piala Dunia 2026 terhenti, semangat juang skuad Garuda tetap menjadi sorotan di Asia. Banyak pengamat menilai bahwa Indonesia kini memiliki pondasi kuat untuk bersaing di masa depan, terutama jika mampu mempertahankan performa dan kekompakan tim.
Kisah air mata Calvin Verdonk bukan sekadar simbol kekecewaan, tetapi juga bukti betapa besar rasa cinta dan tanggung jawab para pemain terhadap Merah Putih.
Mereka sadar, perjalanan menuju level tertinggi sepak bola dunia tidak bisa ditempuh dengan instan. Dibutuhkan proses panjang, konsistensi, dan dukungan dari seluruh pihak.
“Ini baru permulaan. Kami tahu harus bekerja lebih keras lagi,” kata Verdonk menutup wawancaranya.
Meski gagal ke Piala Dunia 2026, perjuangan Timnas Indonesia tetap layak diapresiasi. Dari lapangan panas di Jeddah hingga atmosfer keras di Basra, skuad Garuda telah membuktikan bahwa mereka bukan lagi tim penggembira di Asia.