Desakan Ferry Irwandi: Harus Ada yang Mundur Usai Gagalnya Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026

Patrick Kluivert bersama staf pelatih
Sumber :
  • ig/@dennylandzaat

Kekecewaan Publik dan Harapan Akan Perubahan

Lebih jauh, Ferry Irwandi mengakui bahwa kekalahan Timnas Indonesia di babak penentuan menuju Piala Dunia membawa kesedihan mendalam bagi para pendukung. Namun, ia mengingatkan agar masyarakat tetap bijak dalam menyalurkan kekecewaannya.

“Jangan sampai melakukan hal-hal yang sifatnya destruktif atau malah menimbulkan masalah baru. Sudahlah Indonesia tidak lolos, jangan menambah masalah lain,” ujarnya.

Meski demikian, Ferry menegaskan perlunya langkah konkret untuk memperbaiki kondisi sepak bola nasional. Menurutnya, tanggung jawab tidak bisa hanya berhenti pada wacana, tetapi harus diwujudkan melalui keputusan tegas.

“Harus ada perubahan, harus ada yang bertanggung jawab. Bentuk tanggung jawabnya ya dengan mundur. Saya tidak menemukan alasan kenapa Patrick Kluivert harus dipertahankan,” tegas Ferry Irwandi.


Tekanan Publik terhadap Federasi dan Pelatih

Kritik terhadap kinerja pelatih Patrick Kluivert tidak hanya datang dari Ferry Irwandi. Sejumlah tokoh publik dan anggota DPR pun menyuarakan hal serupa. Komisi X DPR RI sebelumnya juga menilai bahwa desakan publik agar Kluivert mundur adalah hal yang wajar mengingat besarnya kekecewaan masyarakat.

Kegagalan di dua laga penting—terutama melawan Irak dan Arab Saudi—menjadi titik balik yang membuka mata banyak pihak. Timnas Indonesia dinilai tampil tanpa arah dan kehilangan ciri khas permainan agresif yang selama ini diharapkan publik.

Dalam konteks yang lebih luas, kegagalan ini juga memperlihatkan perlunya evaluasi menyeluruh di tubuh PSSI dan Timnas Indonesia. Bukan hanya soal pelatih, tetapi juga mengenai sistem pembinaan, strategi jangka panjang, hingga komunikasi internal tim yang dinilai belum solid.


Meskipun kritik mengalir deras, Ferry Irwandi tetap menyerukan agar masyarakat tidak berhenti mencintai Timnas Indonesia. Ia mengingatkan bahwa perjalanan menuju Piala Dunia bukanlah hal yang mudah dan setiap kegagalan seharusnya menjadi pelajaran berharga.

Namun, ia menegaskan kembali bahwa perubahan hanya bisa terjadi jika ada kesadaran untuk bertanggung jawab. Menurutnya, keputusan untuk mundur bukan sekadar bentuk kegagalan, melainkan tindakan terhormat yang dapat membuka jalan bagi perbaikan.