Media Vietnam Tegas: Timnas Indonesia Jangan Pilih Van Persie atau Ten Hag, Ini Sosok yang Lebih Tepat
- tvonenews.com
Gadget – Desakan agar Patrick Kluivert mundur dari kursi pelatih Timnas Indonesia terus bergema setelah kegagalan skuad Garuda menembus Piala Dunia 2026. Dua kekalahan beruntun di putaran keempat kualifikasi—melawan Arab Saudi (2-3) dan Irak (0-1)—membuat publik kecewa berat.
Gelombang kritik terhadap Kluivert pun tak terbendung. Banyak pendukung meminta PSSI segera mengambil tindakan tegas, bahkan jika harus memutus kontrak sang pelatih yang berlaku hingga 2026.
Beberapa nama pun mulai dikaitkan sebagai kandidat pengganti. Mulai dari Shin Tae-yong, Giovanni van Bronckhorst, Frank Rijkaard, Robin van Persie, hingga Erik ten Hag. Namun, media Vietnam, The Thao 247, justru menilai dua nama terakhir itu sebaiknya tidak dipilih oleh PSSI.
“Indonesia sebaiknya tidak memilih Van Persie atau Ten Hag untuk menggantikan Kluivert,” tulis The Thao 247 dalam artikelnya yang menyoroti situasi Timnas Indonesia pasca kegagalan tersebut.
Menurut media Vietnam itu, pandangan tersebut merujuk pada analisis pengamat sepak bola Indonesia, Gusnul Yakin, yang menilai Van Persie dan Ten Hag bukan sosok yang sesuai dengan karakter pemain Garuda.
Van Bronckhorst Dinilai Lebih Cocok Pimpin Garuda
Gusnul Yakin menilai, jika memang PSSI berniat mengganti Kluivert, maka pelatih penggantinya sebaiknya tetap berasal dari Belanda. Namun, ia menekankan pentingnya kehati-hatian agar kesalahan yang sama tak terulang kembali.
“PSSI sudah punya kerja sama resmi dengan federasi sepak bola Belanda (KNVB), jadi secara logis penerus Kluivert juga dari Belanda. Tapi harus hati-hati dalam memilih, karena banyak pelatih bagus di sana,” ujar Gusnul, dikutip The Thao 247.
Dari sekian nama, Gusnul menilai Giovanni van Bronckhorst adalah kandidat paling ideal. Pelatih keturunan Indonesia itu dianggap memiliki pengalaman dan rekam jejak yang jauh lebih impresif dibanding Kluivert maupun Van Persie.
“Van Bronckhorst pernah melatih Feyenoord, Guangzhou, Rangers, dan Besiktas. Dia punya filosofi yang jelas, pengalaman luas, dan orang tuanya berasal dari Indonesia. Jadi ada koneksi emosional yang lebih kuat,” ujarnya.
Mantan kapten Timnas Belanda itu memang dikenal berpengalaman memimpin tim besar dan memiliki karakter kepemimpinan yang tegas namun fleksibel. Filosofi sepak bolanya dinilai lebih cocok diterapkan di Asia Tenggara karena menekankan keseimbangan antara taktik dan adaptasi fisik pemain.
Gaya Eropa Kaku Dinilai Tidak Cocok untuk Pemain Indonesia
Dalam pandangan Gusnul Yakin, kegagalan Kluivert bukan hanya karena hasil di lapangan, tetapi juga karena pendekatan taktiknya yang terlalu kaku. Ia menilai pelatih asal Belanda itu terlalu memaksakan gaya Eropa yang tidak sesuai dengan karakteristik pemain Indonesia.
“PSSI harus mencari pelatih yang memahami jati diri sepak bola Asia—mengandalkan kecepatan, disiplin, dan kekuatan kolektif. Kluivert gagal karena terlalu memaksakan pola Eropa yang tidak cocok,” ujar Gusnul.
Ia menambahkan bahwa pelatih baru nanti harus mampu membangun tim berdasarkan keunggulan khas pemain Indonesia, bukan memaksa mereka bermain dengan sistem yang tidak sesuai.
Warisan Shin Tae-yong Masih Bernilai
Selain membahas calon pelatih baru, Gusnul juga menyoroti pentingnya meneruskan fondasi yang telah dibangun oleh Shin Tae-yong. Menurutnya, apa yang dilakukan pelatih asal Korea Selatan itu masih relevan dan berharga untuk perkembangan Timnas Indonesia.
“Warisan Shin Tae-yong harus diteruskan. Kegagalan Kluivert membuktikan bahwa pola kerja yang diterapkan STY masih menjadi pondasi terbaik. Tim ini butuh pelatih yang mampu beradaptasi dengan Indonesia, bukan yang menuntut Indonesia beradaptasi dengannya,” tegas Gusnul.
Pernyataan ini memperkuat pandangan bahwa PSSI perlu lebih bijak dalam menentukan arah proyek jangka panjang sepak bola nasional. Sosok pelatih yang memahami kultur Asia dan karakter pemain Indonesia menjadi kunci untuk membawa Garuda bangkit kembali.
PSSI Didesak Lakukan Reformasi Besar
Hingga kini, PSSI belum mengumumkan keputusan resmi terkait nasib Patrick Kluivert. Namun, tekanan publik terus meningkat, terlebih setelah hasil buruk di dua laga terakhir. Situasi ini memunculkan kemungkinan adanya reformasi besar di jajaran kepelatihan Timnas Indonesia dalam waktu dekat.
Dengan banyaknya pandangan dari pengamat hingga media asing seperti Vietnam, publik menanti langkah konkret federasi sepak bola Indonesia. Apakah Kluivert tetap diberi kesempatan memperbaiki performa, atau PSSI memilih jalan baru dengan pelatih yang lebih memahami DNA sepak bola Garuda?
Satu hal yang pasti, kegagalan kali ini menjadi momentum besar bagi PSSI untuk mengevaluasi arah pengembangan sepak bola nasional agar tidak kembali jatuh pada siklus yang sama.
| Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
|---|---|
| @gadgetvivacoid | |
| Gadget VIVA.co.id | |
| X (Twitter) | @gadgetvivacoid | 
| Whatsapp Channel | Gadget VIVA | 
| Google News | Gadget |