Nova Arianto Kukuh Pakai Tiga Bek di Piala Dunia U-17 2025, Ini Alasannya

Gadget – Pelatih Timnas Indonesia U-17, Nova Arianto, menegaskan tidak akan mengubah formasi tiga bek yang menjadi ciri khas timnya menjelang Piala Dunia U-17 2025 di Qatar. Meskipun tim nasional level senior dan U-23 telah menerapkan sistem empat bek sesuai arahan federasi, Nova menilai stabilitas dan karakter permainan lebih penting untuk dipertahankan.

Piala Dunia U-17 2025 akan berlangsung di Qatar pada 3–27 November 2025. Indonesia tergabung di Grup H bersama Brasil, Honduras, dan Zambia, grup yang jelas tidak mudah bagi skuad Garuda Muda. Menyongsong turnamen itu, Nova telah mempersiapkan tim dengan matang.

Setelah menyelesaikan latihan penutup di Stadion Madya Gelora Bung Karno pada 15 Oktober 2025, tim akan bertolak ke Dubai, Uni Emirat Arab, untuk menjalani pemusatan latihan tahap akhir mulai 17 Oktober. Fokus latihan bukan lagi soal teknik dasar, melainkan menjaga kekompakan dan pemahaman taktik yang sudah dibangun sejak setahun terakhir.

Alasan Nova Arianto Tak Ubah Sistem Permainan

Menurut Nova, sistem tiga bek sudah menjadi identitas taktik Timnas U-17 Indonesia sejak ia mengambil alih tim. Skema ini pertama kali diterapkan saat Piala AFF U-16 2024 dan terus digunakan di Piala Asia U-17 2025 serta serangkaian laga uji coba internasional, termasuk di Bulgaria pada September lalu.

“Formasi ini sudah kami jalankan sejak Piala AFF dan menjadi dasar permainan menuju Piala Dunia. Mengubah sistem di saat-saat akhir hanya akan mengganggu keseimbangan tim,” ujar Nova saat ditemui di Jakarta.

Keputusan Nova dianggap berani karena tidak sejalan dengan filosofi baru PSSI yang menekankan keseragaman taktik antarlevel usia. PSSI, di bawah kepemimpinan Erick Thohir, mendorong semua tim nasional dari U-16 hingga senior menggunakan sistem empat bek agar memiliki identitas permainan yang sama: penguasaan bola dan serangan cepat.

Dalam pernyataannya, Erick Thohir menyebut bahwa sistem empat bek dipilih karena sesuai dengan pola modern sepak bola menyerang. Ia mencontohkan penerapan itu di tim U-23 dan senior yang kini sama-sama diarahkan untuk bermain agresif dan proaktif di lini depan.

Namun bagi Nova, sistem bukan soal tren, melainkan hasil pembentukan karakter tim. Ia menilai stabilitas, chemistry, dan pemahaman antar pemain jauh lebih penting menjelang kompetisi besar sekelas Piala Dunia.

“Soal formasi, yang terpenting adalah konsistensi dan fokus pemain di setiap pertandingan. Saat uji coba di Bulgaria, ada momen ketika fokus pemain lengah dan itu berujung gol yang seharusnya bisa dihindari,” jelas pelatih asal Semarang itu.

Fokus pada Konsistensi dan Mentalitas Pemain

Nova percaya bahwa dengan fondasi yang kuat dan gaya bermain yang sudah terbentuk, Garuda Muda bisa tampil kompetitif di Qatar. Ia menegaskan seluruh pemain sudah memahami peran masing-masing di lapangan, terutama dalam menjaga keseimbangan antara bertahan dan menyerang.

Selain itu, Nova menilai formasi tiga bek memberikan fleksibilitas yang dibutuhkan untuk menghadapi tim-tim kuat seperti Brasil dan Zambia. Sistem ini memungkinkan wing-back untuk naik membantu serangan sekaligus cepat kembali ke posisi bertahan ketika kehilangan bola.

Meski tidak menutup mata terhadap perkembangan taktik modern, Nova memilih fokus pada peningkatan intensitas latihan, komunikasi, dan transisi permainan. Menurutnya, adaptasi di level internasional bukan hanya soal sistem, tetapi juga soal disiplin dan mental bertanding.

“Target kami jelas: tampil maksimal di setiap laga dan memberikan permainan terbaik untuk Indonesia,” tegasnya.

Dengan keyakinan dan konsistensi tersebut, langkah Nova Arianto mempertahankan formasi tiga bek diharapkan bisa menjadi pembeda bagi Timnas Indonesia U-17 di panggung Piala Dunia U-17 2025 Qatar. Meski berbeda jalur dengan tim senior, semangat dan filosofi kerja keras tetap menjadi identitas utama Garuda Muda di bawah asuhan sang pelatih muda berkarakter kuat ini.