Efek Domino PSSI Pecat Patrick Kluivert: Tiga Timnas Sekaligus Tanpa Pelatih

Patrick Kluivert
Sumber :
  • IG/@erickthohir

Pemecatan Patrick Kluivert diyakini berakar dari rentetan hasil negatif yang diderita Timnas Indonesia di bawah asuhannya. Sejak resmi menakhodai tim pada awal 2025, eks pemain Barcelona itu gagal memperlihatkan peningkatan performa yang signifikan.

Puncak kekecewaan terjadi ketika Indonesia tersingkir dari Kualifikasi Piala Dunia 2026 usai kalah 0–1 dari Irak pada Minggu (12/10/2025) dini hari WIB. Gol tunggal Zidane Iqbal pada menit ke-75 menjadi penentu kekalahan, setelah memanfaatkan celah di sisi kiri pertahanan yang dijaga Maarten Paes.

Kekalahan itu memperpanjang tren buruk Indonesia yang sebelumnya takluk 2–3 dari Arab Saudi. Hasil tersebut menempatkan skuad Garuda di posisi terbawah klasemen Grup B putaran keempat tanpa satu pun poin.


Catatan Suram Kluivert Bersama Garuda

Selama enam laga di bawah asuhannya, Patrick Kluivert hanya mampu mencatat dua kemenangan — masing-masing atas China dan Bahrain. Empat pertandingan lainnya berakhir dengan kekalahan, termasuk saat dibantai Jepang dan Australia, serta dua laga terakhir menghadapi Arab Saudi dan Irak.

Dalam periode tersebut, Timnas Indonesia hanya mampu mencetak enam gol dan kebobolan 14 kali. Angka itu memperlihatkan kelemahan mendasar di dua sektor vital: rapuhnya lini pertahanan dan minimnya efektivitas serangan.

Catatan itu menjadi sinyal kuat bahwa arah permainan yang dibawa Kluivert tidak berjalan sesuai ekspektasi publik maupun federasi.


Kini, dengan tiga kursi pelatih yang sama-sama kosong, PSSI dihadapkan pada pekerjaan besar: mencari sosok baru yang mampu membawa perubahan nyata. Federasi tak hanya dituntut menambal posisi pelatih senior, tetapi juga membangun sistem pelatihan berkelanjutan dari level usia muda.

Langkah cepat dibutuhkan agar program jangka panjang tidak terhenti. Apalagi, Indonesia sudah menatap sejumlah agenda penting seperti SEA Games 2025 dan Kualifikasi Piala Asia U-23.

PSSI diharapkan bisa belajar dari pengalaman ini — bahwa stabilitas di level kepelatihan menjadi kunci keberlanjutan prestasi. Pemecatan Kluivert mungkin menjadi akhir dari satu babak, tapi juga membuka peluang bagi federasi untuk menata ulang fondasi sepak bola nasional dengan arah yang lebih jelas.

 

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram@gadgetvivacoid
FacebookGadget VIVA.co.id
X (Twitter)@gadgetvivacoid
Whatsapp ChannelGadget VIVA
Google NewsGadget