Media Belanda Bongkar Biang Kerok Hancurnya Kluivert di Timnas Indonesia, Bukan Sekadar Gagal Lolos
- IG/@erickthohir
Gadget – Kegagalan Timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026 berbuntut panjang. Patrick Kluivert resmi diberhentikan dari jabatannya sebagai pelatih kepala usai serangkaian hasil mengecewakan di babak keempat kualifikasi zona Asia. Dua kekalahan beruntun melawan Arab Saudi (2-3) dan Irak (0-1) menjadi titik balik yang memicu gelombang kritik dari publik, hingga akhirnya membuat PSSI mengambil langkah tegas.
Tak hanya Kluivert, jajaran pelatih asal Belanda lainnya seperti Danny Landzaat, Alex Pastoor, Frank van Kempen, dan Gerald Vanenburg juga didepak dari struktur kepelatihan Timnas Indonesia, termasuk dari kelompok usia U20 dan U23. Langkah ini menandai berakhirnya era kepelatihan Belanda di skuad Garuda yang baru berjalan beberapa bulan.
Ekspektasi dan Tekanan Disebut Jadi Biang Kerok
Media-media Belanda langsung bereaksi atas kabar pemecatan tersebut. Salah satunya adalah Voetbalzone, yang menulis bahwa akar dari kegagalan Kluivert bukan semata karena performa di lapangan, melainkan ekspektasi publik yang tidak realistis terhadap Timnas Indonesia.
“Federasi sepak bola Indonesia (PSSI) awalnya masih ingin melanjutkan kerja sama dengan Kluivert meski gagal lolos ke Piala Dunia. Namun tekanan besar dari media dan suporter memaksa mereka untuk membatalkan keputusan itu,” tulis Voetbalzone.
Media tersebut juga menyoroti bahwa bukan hanya Kluivert yang terkena imbas, tetapi seluruh staf pelatih asal Belanda juga dipaksa angkat kaki. “Patrick Kluivert bukan satu-satunya yang keluar dari timnas negara kepulauan itu. Para asistennya, Danny Landzaat, Gerald Vanenburg, dan Alex Pastoor juga mundur,” lanjut laporan itu.
Media besar lain, De Telegraaf, turut mengulas penyebab di balik kehancuran Timnas Indonesia di bawah Kluivert. Dalam artikelnya, mereka menilai ekspektasi yang melambung setelah performa positif di sejumlah laga sebelumnya justru menjadi bumerang.
“Ekspektasi terhadap Timnas Indonesia meningkat begitu tinggi karena hasil-hasil positif yang diraih baru-baru ini. Mereka tampil cukup baik melawan Irak, tetapi karena gagal ke Piala Dunia, semuanya berubah menjadi gelombang negatif,” tulis De Telegraaf.
Bagi media-media Belanda, tekanan besar dari publik dan pemberitaan yang intens dianggap menjadi pemicu utama rusaknya atmosfer kerja Kluivert di Indonesia. Tekanan itu bukan hanya datang dari luar, tapi juga dari internal federasi yang disebut terlalu mudah terpengaruh oleh opini publik.