PSSI Di Persimpangan: Pilih Shin Tae-yong atau Bojan Hodak Demi Efisiensi Anggaran Timnas Indonesia?

Timnas Indonesia
Sumber :
  • AFC

Isu efisiensi kembali menjadi sorotan publik Indonesia. Setelah pemerintah menyerukan penghematan di berbagai sektor, kini muncul pertanyaan: apakah prinsip itu juga berlaku dalam urusan sepak bola, khususnya bagi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI)? Federasi sepak bola nasional itu tengah dihadapkan pada keputusan penting, yakni menentukan pelatih baru Timnas Indonesia setelah kepergian Patrick Kluivert. Dua nama mencuat ke permukaan: Shin Tae-yong dan Bojan Hodak. Menariknya, kedua sosok ini punya daya tarik masing-masing—dan juga kaitan erat dengan isu efisiensi.

PSSI Masih Bayar Kompensasi untuk Shin Tae-yong

Shin Tae-yong, pelatih asal Korea Selatan yang pernah membawa Timnas Indonesia tampil impresif di berbagai ajang internasional, ternyata masih memiliki hubungan finansial dengan PSSI. Meskipun telah berpisah, federasi masih harus menanggung kompensasi pemecatannya hingga tahun 2027. Hal ini berarti, setiap bulan masih ada aliran dana ke rekening Shin Tae-yong, meski ia tidak lagi duduk di kursi pelatih Garuda.

Pengamat sepak bola Tanah Air, Haris Pardede, menilai kondisi ini bisa menjadi peluang bagi PSSI untuk berhemat. Menurutnya, dengan kembali menunjuk Shin Tae-yong, federasi tidak perlu mengeluarkan dana tambahan untuk membayar “signing fee” atau uang kontrak baru.

“PSSI sebenarnya bisa hemat besar. Karena gaji Shin Tae-yong masih dicicil, federasi tidak perlu keluar uang lagi kalau dia dipekerjakan kembali. Ibaratnya seperti orang yang sudah terlanjur digaji, tapi belum bekerja lagi,” ujar Haris dalam kanal YouTube-nya, Bung Harpa, Minggu, 19 Oktober 2025.

Ia menambahkan, penghematan itu juga bisa berlaku dari sisi adaptasi tim. Sebab, mayoritas pemain Timnas Indonesia saat ini merupakan anak asuh Shin Tae-yong sebelumnya. Artinya, mereka sudah memahami gaya bermain, filosofi, dan standar kedisiplinan yang diterapkan sang pelatih Korea Selatan tersebut.

Namun, tantangan terbesar bukan soal teknis, melainkan keberanian PSSI untuk melakukan rekonsiliasi. Mengingat hubungan antara Shin Tae-yong dan federasi sempat dikabarkan merenggang di penghujung masa jabatannya. Di sisi lain, fakta bahwa pemerintah mendorong efisiensi keuangan bisa menjadi alasan kuat bagi PSSI untuk mempertimbangkan opsi ini secara rasional.

Sebagai informasi, Shin Tae-yong terakhir kali menerima gaji sekitar Rp23,6 miliar per tahun saat menukangi skuad Garuda. Angka ini memang besar, namun jika dibandingkan dengan potensi biaya pelatih baru, perhitungannya bisa jadi berbeda ketika memperhitungkan faktor kompensasi dan adaptasi tim.

Bojan Hodak, Opsi Efisien dengan Catatan Gemilang

Di sisi lain, nama Bojan Hodak mencuat sebagai kandidat kuat. Pelatih asal Kroasia itu kini masih terikat kontrak dengan Persib Bandung hingga pertengahan 2026. Namun, rekam jejak dan prestasinya yang menonjol membuat banyak pihak menilai ia layak memimpin Timnas Indonesia.

Berdasarkan laporan yang beredar, Hodak menerima bayaran sekitar Rp10 miliar per tahun di Persib—angka yang jauh lebih rendah dibandingkan gaji Shin Tae-yong. Dari sisi efisiensi anggaran, tentu Bojan menjadi pilihan yang lebih ringan bagi kas PSSI.

Meski lebih murah, kualitas Hodak tidak bisa dianggap remeh. Ia punya rekam jejak cemerlang di Asia Tenggara. Hodak pernah membawa Johor Darul Ta’zim dan Kelantan FC menjuarai Liga Malaysia. Di level klub internasional, ia juga sukses bersama Phnom Penh Crown di Kamboja. Sementara di Indonesia, Hodak berhasil menorehkan prestasi gemilang dengan mengantarkan Persib Bandung meraih gelar juara Liga Indonesia dua musim berturut-turut—sebuah pencapaian langka di era modern sepak bola Tanah Air.

Tak berhenti di situ, pelatih berusia 53 tahun ini juga pernah membawa Kuala Lumpur City FC lolos ke final AFC Cup 2022. Prestasi itu menunjukkan kemampuannya membangun tim yang solid dan konsisten, bahkan dengan sumber daya yang terbatas.

Dengan rekam jejak tersebut, Bojan Hodak bisa menjadi pilihan ideal bagi PSSI, terutama jika federasi ingin melanjutkan program pembangunan jangka panjang dengan biaya yang lebih terukur.

PSSI dan Pemerintah Siapkan Keputusan Besar

Keputusan terkait siapa yang akan menjadi pelatih Timnas Indonesia berikutnya kabarnya akan segera diumumkan. Menurut Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga, Taufik Hidayat, rapat final antara Kemenpora dan PSSI dijadwalkan berlangsung pada Selasa, 21 Oktober 2025.

“Pak Menpora (Erick Thohir) langsung berkomunikasi dengan PSSI karena beliau juga menjabat sebagai ketua umum. Jadi, keputusan akhir akan dibahas besok dalam rapat,” kata Taufik kepada awak media, Senin, 20 Oktober 2025.

Dengan rapat tersebut, publik Indonesia kini menunggu dua kemungkinan besar: apakah PSSI akan kembali menggandeng Shin Tae-yong demi efisiensi dan kesinambungan tim, atau justru memberikan kepercayaan baru kepada Bojan Hodak sebagai pelatih dengan kinerja impresif namun lebih hemat anggaran.

Keduanya memiliki kelebihan masing-masing. Shin Tae-yong unggul dalam kontinuitas dan kedekatan emosional dengan pemain, sementara Bojan Hodak menawarkan stabilitas, prestasi, dan efisiensi anggaran.

Kini, keputusan ada di tangan PSSI dan Menpora Erick Thohir. Apakah mereka akan memilih efisiensi dengan memanggil kembali pelatih lama, atau membuka lembaran baru bersama sosok yang lebih segar dan hemat biaya?

Yang jelas, siapa pun yang akhirnya duduk di kursi pelatih Timnas Indonesia, tantangan besarnya tetap sama: membawa Garuda terbang lebih tinggi di kancah Asia dan dunia, dengan dukungan yang kuat namun tetap efisien.