Setelah Viral diSidak Dedi Mulyadi, Aqua Rilis 5 Poin Penting yang Belum Diketahui Publik

Aqua
Sumber :
  • Aqua

Yang paling penting: air diambil dari lapisan akuifer dalam pada kedalaman 60–140 meter, bukan dari lapisan tanah dangkal yang digunakan masyarakat untuk sumur rumah tangga.

Menurut Aqua, lapisan akuifer ini dilindungi oleh batuan kedap air (impermeable layer) yang mencegah kontaminasi dari permukaan. Artinya, tidak ada interaksi hidrologis antara sumber air Aqua dan sumber air warga.

Klaim ini didukung oleh kajian independen dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Padjadjaran (Unpad), yang menyimpulkan bahwa pengambilan air oleh Aqua tidak mengganggu ketersediaan air bagi masyarakat sekitar.

Produksi Tanpa Sentuhan Tangan: Standar Keamanan Internasional

Selain soal sumber, Aqua juga menekankan proses produksi yang ketat dan higienis:

  • Seluruh alur produksi otomatis 100%, tanpa sentuhan tangan manusia.
  • Air dialirkan melalui pipa stainless steel food-grade yang memenuhi standar keamanan pangan global.
  • Setiap batch diuji terhadap lebih dari 400 parameter—fisika, kimia, dan mikrobiologi.
  • Produk telah memenuhi standar BPOM, SNI, dan ISO 22000.

Perusahaan menegaskan bahwa kualitas air tidak hanya aman, tetapi juga konsisten secara mineral dan rasa, berkat kontrol ketat sejak sumber hingga kemasan.

Izin Resmi dan Transparansi Regulasi: Semua Dilaporkan ke Pemerintah

Menanggapi tuduhan bahwa perusahaan beroperasi tanpa pengawasan, Aqua menegaskan komitmennya terhadap kepatuhan hukum:

  • Memiliki Surat Izin Pengusahaan Air Tanah (SIPA) yang berlaku dan diperbarui secara berkala untuk setiap titik sumber.
  • Volume pengambilan air dilaporkan bulanan dan diaudit oleh Badan Geologi Kementerian ESDM.
  • Tidak ada manipulasi data, karena sistem pelaporan terintegrasi dengan instansi pemerintah.
  • Membayar pajak air bawah tanah dan retribusi lingkungan sesuai ketentuan daerah.

Faktanya, Kementerian ESDM sendiri telah mengumumkan akan mengevaluasi ulang seluruh izin pengambilan air tanah di Indonesia, termasuk milik Aqua—sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas publik.

Komitmen Lingkungan: Aqua Klaim Kembalikan Lebih Banyak Air daripada yang Diambil

Salah satu isu paling sensitif dalam polemik ini adalah dampak ekologis. Dedi Mulyadi bahkan mempertanyakan apakah pengeboran bisa memicu longsor atau pergeseran tanah.

Menjawab kekhawatiran itu, Aqua merujuk pada studi bersama UGM yang menyatakan: