Perubahan Besar di Piala Dunia U-17 2025, Manajer Timnas Indonesia U-17 Ungkap Tantangan Baru
- Kitagaruda
Ringkasan Berita:
Ahmed Zaki Iskandar memastikan Timnas Indonesia U-17 sudah terbiasa dengan kondisi latihan yang menyerupai lapangan Aspire Academy, tempat Piala Dunia U-17 2025 berlangsung.
Piala Dunia U-17 2025 akan berlangsung dengan konsep festival sepak bola, diikuti 48 tim dan hanya final yang digelar di Stadion Internasional Khalifa.
Indonesia dijadwalkan menghadapi Zambia dan Brasil di Lapangan 7 Aspire Academy yang menampung 2.000 penonton.
Gadget – Manajer Timnas Indonesia U-17, Ahmed Zaki Iskandar, menegaskan skuad Garuda Muda sudah mempersiapkan diri menghadapi Piala Dunia U-17 2025 yang digelar di Aspire Academy, Doha, Qatar. Turnamen edisi kali ini membawa banyak perubahan signifikan dibanding edisi 2023 di Indonesia, terutama dari sisi konsep dan lokasi pertandingan.
Menurut Zaki, format baru yang diterapkan FIFA akan lebih terasa seperti festival sepak bola dunia. “Kami sudah melakukan pemusatan latihan di Bali dan Dubai dengan kondisi yang mirip seperti di Aspire. Jadi anak-anak sudah terbiasa dengan atmosfer latihan seperti ini,” ujarnya saat ditemui di lapangan latihan Stadion Al Thumama, Doha.
Latihan itu, lanjut Zaki, juga dimaksudkan untuk membiasakan para pemain menghadapi suasana pertandingan yang lebih terbuka. “Di sini bisa saja ada orang yang lalu-lalang di belakang, jadi pemain harus fokus dan siap menghadapi situasi seperti itu,” tambahnya.
Konsep Festival dan Penambahan Peserta
FIFA menetapkan perubahan besar untuk Piala Dunia U-17 2025, dengan menambah jumlah peserta dari 24 menjadi 48 tim. Langkah ini menjadikan turnamen lebih meriah dan kompetitif, tetapi juga mengubah tata cara penyelenggaraan.
Alih-alih digelar di stadion-stadion besar seperti edisi sebelumnya di Indonesia, pertandingan kini akan dimainkan di berbagai lapangan latihan milik Aspire Academy. Hanya partai final yang dijadwalkan berlangsung di Stadion Internasional Khalifa, salah satu stadion termewah di Qatar.
Zaki menilai perubahan ini bukan hambatan, melainkan tantangan baru bagi tim. “Konsepnya memang dibuat seperti festival, jadi lebih banyak pertandingan di satu area. Ini juga memberi kesempatan penonton dari berbagai negara untuk menikmati banyak laga dalam satu lokasi,” jelasnya.