Tak Masuk Ranking FIFA! Ini Arti Sebenarnya Laga Tier 2 Timnas U22 vs Mali

Tak Masuk Ranking FIFA! Ini Arti Sebenarnya Laga Tier 2 Timnas U22 vs Mali
Sumber :
  • AFC

Oleh karena itu, meski digelar di jendela FIFA Matchday (periode di mana federasi boleh menggelar laga internasional), status tier 2 membuat laga ini “tidak terlihat” oleh sistem ranking.

Tapi Kenapa Lawan Mali? Bukankah Mereka Tim Elite?

Justru di sinilah letak kecerdasan strategi PSSI dan Indra Sjafri.

Timnas U22 Mali datang dengan daftar pemain mengesankan:

  • Sekou Kone – Manchester United U21
  • Boubakar Dembaga – AS Monaco
  • Issa Traore – Bayer Leverkusen
  • Isiaka Soukouna – Stade Rennais

Mereka adalah produk akademi klub Eropa top, terbiasa bermain di level teknis dan taktis tinggi. Bagi Garuda Muda, ini kesempatan langka menguji mental, fisik, dan taktik melawan lawan yang realistis merepresentasikan ancaman di SEA Games atau turnamen ASEAN lainnya.

“Ya bagus, memang idenya uji coba itu melawan tim berat, tim yang kualitasnya lebih bagus,” ujar Indra Sjafri. 

Meski tidak berdampak pada ranking, kualitas lawan justru meningkatkan nilai pembelajaran. Ini bukan soal poin tapi kematangan tim.

Dari 33 Pemain ke Skuad Final SEA Games: Fungsi Evaluasi Krusial

Saat ini, ada 33 pemain dalam pemusatan latihan Timnas U22. Setelah dua laga melawan Mali, Indra Sjafri akan memangkas skuad menjadi 20–23 pemain inti untuk SEA Games 2025.

Beberapa nama baru juga telah bergabung, seperti:

  • Luke Xavier Keet – pemain Liga 2 Yunani (GS Ilioupolis)
  • Reycredo Beremanda & Muhammad Mishbah – dari Liga Filipina

Laga tier 2 ini menjadi laboratorium langsung untuk:

  • Mengukur kemampuan individu di bawah tekanan
  • Menguji chemistry antar-pemain
  • Menilai efektivitas skema taktik
  • Menentukan siapa yang benar-benar siap tampil di turnamen multi-negara

“Target pertama tentu memvalidasi siapa pemain-pemain yang benar-benar pas untuk kami bawa ke SEA Games,” tegas Indra. 

Kenapa Tak Cari Dua Tim Berbeda?

Awalnya, PSSI berencana menghadirkan dua lawan berbeda untuk variasi tantangan. Namun, karena keterbatasan logistik, jadwal, dan ketersediaan tim, opsi itu tidak memungkinkan.

Akhirnya, dipilih solusi duel dua leg melawan Mali sebuah pendekatan yang disebut Indra sebagai “simulasi berulang”.

“Kemarin kita berupaya mencari dua tim... tapi tidak dapat. Tidak ada masalah, saya coba melakukan simulasi dengan tim yang dua-duanya sama,” jelasnya.