Timnas Indonesia Diterpa Kenyataan Pahit, Media Vietnam Bilang Situasinya Kian Rumit Tanpa Pelatih Tetap

Timnas Indonesia
Sumber :
  • Kitagaruda

Dalam laporan lengkapnya, Soha menjelaskan bahwa jadwal Piala AFF 2026 akan dimulai dengan pertandingan play off pada 2 dan 9 Juni yang menentukan dua tiket ke fase grup. Babak penyisihan grup kemudian berlangsung sejak 24 Juli hingga 8 Agustus, dilanjutkan semifinal dan final pada 15 hingga 26 Agustus. Periode tersebut bertepatan dengan masa persiapan pramusim klub Eropa, serta masih dalam kalender aktif beberapa liga yang tidak libur panjang.

Media Vietnam menilai bahwa perubahan jadwal ini membuat Vietnam berada dalam posisi yang lebih nyaman. Mayoritas pemain inti Vietnam berasal dari V.League, liga domestik yang bisa menyesuaikan kalender jika dibutuhkan. Sementara Timnas Indonesia memiliki banyak pemain inti yang bermain di luar negeri, termasuk di Belanda, Italia, Denmark, hingga Inggris. Proses pemanggilan pemain dipastikan akan kembali menghadapi tantangan, mengingat Piala AFF bukan turnamen resmi FIFA sehingga klub tidak memiliki kewajiban melepas pemain.

Pada edisi 2024, Indonesia hanya bisa memanggil skuad yang mayoritas diisi pemain U22. Minimnya kehadiran pemain utama membuat performa Timnas Indonesia tidak maksimal. Soha menggarisbawahi bahwa situasi tersebut berpotensi terulang pada 2026 jika tidak ada kebijakan baru dari PSSI ataupun perubahan sikap klub luar negeri.

Dalam artikelnya, Soha menyebut dua negara yang diprediksi paling terdampak dari perubahan jadwal adalah Indonesia dan Filipina. Kedua tim memiliki banyak pemain yang merumput di luar negeri dan berada di bawah regulasi liga yang ketat. Bagi Timnas Indonesia, pemain seperti Jay Idzes, Kevin Diks, Calvin Verdonk, Joey Pelupessy, Nathan Tjoe A On, Ole Romeny, Ragnar Oratmangoen, Emil Audero, serta Mees Hilgers kemungkinan besar sulit untuk dipanggil jika klub mereka tetap menjalankan program pramusim secara normal.

Media Vietnam juga menegaskan bahwa tanpa pelatih tetap, Indonesia berada dalam posisi yang kurang ideal untuk melakukan pendekatan ke klub sejak dini. Negosiasi pemanggilan pemain biasanya membutuhkan komunikasi intensif, termasuk penyampaian rencana tim dan program pelatihan. Ketiadaan pelatih membuat proses koordinasi ini menjadi lebih lambat.

Dalam konteks persaingan kawasan, Vietnam dianggap lebih siap secara struktur dan komposisi pemain. Klub lokal memiliki kendali lebih besar terhadap pemain yang masuk dalam skuad nasional. Hal ini membuat proses adaptasi terhadap jadwal baru bisa dilakukan dengan risiko minim. Media Vietnam pun menyebut bahwa perubahan ini justru menjadi keuntungan tersendiri bagi Vietnam.