Proyek Naturalisasi Timnas Indonesia Dipuji Media Inggris, The Guardian Sindir Malaysia

Timnas Indonesia
Sumber :
  • PSSI

Pengaruh strategi tersebut terlihat pula pada perubahan cara pandang publik dan lawan terhadap Timnas Indonesia. The Guardian menjelaskan bahwa Indonesia kini dianggap sebagai tim terkuat di kawasan Asia Tenggara. Kecepatan dalam membangun struktur permainan, kualitas fisik yang lebih merata, serta pemahaman taktik yang lebih matang membuat Skuad Garuda sulit diabaikan dalam setiap turnamen. Keberhasilan masuk ke babak 12 besar kualifikasi membuat Indonesia mendapat pengakuan baru di mata luar, termasuk dari media Eropa.

Perbandingan dengan Malaysia yang Berujung Sanksi FIFA

Sorotan The Guardian tidak berhenti pada pujian untuk Indonesia. Media tersebut juga membandingkan perjalanan Indonesia dengan tetangga dekatnya, Malaysia. Disebutkan bahwa kesuksesan Indonesia telah memberikan tekanan tersendiri bagi Federasi Sepak Bola Malaysia atau FAM. Dalam upaya memperbaiki performa yang stagnan, Malaysia berusaha mengikuti langkah Indonesia dengan mempercepat proyek naturalisasi pemain Eropa yang diklaim memiliki keturunan Malaysia.

Namun, langkah tersebut justru berakhir menjadi bumerang. The Guardian menuliskan bahwa tujuh pemain Eropa yang disebut memiliki garis keturunan Malaysia ternyata terbukti menggunakan dokumen yang dipalsukan. Di dalam catatan FIFA, pemain-pemain tersebut sempat diturunkan dalam laga resmi melawan Vietnam yang berakhir dengan kemenangan besar 4-0 bagi Malaysia. Meski secara skor pertandingan tersebut dianggap sebagai salah satu kemenangan terbesar Malaysia dalam beberapa tahun terakhir, hasil itu kemudian menjadi kontroversial setelah fakta pemalsuan dokumen terungkap.

Dampaknya cukup berat. Ketujuh pemain tersebut dilarang tampil di seluruh kompetisi sepak bola selama satu tahun penuh. Selain itu, masing-masing diwajibkan membayar denda 2000 Franc Swiss atau sekitar 42 juta rupiah. Tidak hanya pemain, FAM sebagai otoritas tertinggi sepak bola Malaysia juga ikut dikenai denda sebesar 350 ribu Franc Swiss, setara lebih dari 7,2 miliar rupiah. Kasus ini menjadi pukulan besar bagi reputasi mereka dan menjadi sorotan media internasional.

The Guardian menilai kasus itu sebagai contoh bagaimana ketergesaan tanpa sistem yang kuat justru membuat proses naturalisasi berisiko menimbulkan masalah. Sementara Indonesia dinilai memiliki pendekatan yang lebih teliti, terstruktur, dan fokus pada rekam jejak genealogis para pemain keturunan. PSSI tidak hanya mempertimbangkan kemampuan teknis pemain, tetapi juga memastikan legalitas dan keabsahan data keluarga dari generasi ke generasi.