Biaya Charge Mobil Listrik Bikin Kaget! Ini Perbandingan Lengkapnya
- lifeworks
Peralihan dari mobil berbahan bakar minyak ke mobil listrik semakin terlihat di berbagai kota besar di Indonesia. Selain karena isu lingkungan, banyak pengemudi kini mulai membandingkan biaya operasional kedua jenis kendaraan tersebut. Tidak mengherankan jika pertanyaan mengenai biaya pengisian mobil listrik versus mobil bensin muncul semakin sering. Untuk menjawab rasa penasaran itu, berikut perbandingan terbaru yang bisa menjadi pertimbangan sebelum Anda menentukan pilihan.
Biaya Pengisian Mobil Listrik
Sebelum membahas biaya harian atau bulanan, penting untuk memahami bahwa pengisian daya mobil listrik di Indonesia dihitung berdasarkan penggunaan per kWh. Secara umum, ada dua lokasi yang biasa digunakan pengemudi untuk mengisi daya, yakni di rumah dan di SPKLU.
1. Charging Mobil Listrik di Rumah
Sebagian besar pemilik mobil listrik lebih memilih pengisian daya di rumah karena lebih praktis, bisa dilakukan sambil beraktivitas, dan tentu saja lebih hemat. Tarif listrik rumah tangga golongan R-2 dan R-3 berada di kisaran Rp 1.444 hingga Rp 1.699 per kWh. Untuk memudahkan ilustrasi, mari ambil contoh Hyundai Ioniq yang memiliki baterai berkapasitas 38,3 kWh.
Dengan asumsi tarif rata-rata Rp 1.600 per kWh, maka pengisian penuh membutuhkan biaya sekitar:
38,3 kWh × Rp 1.600 ≈ Rp 61.000
Dari daya penuh tersebut, mobil dapat melaju hingga kurang lebih 300 km. Artinya, biaya operasional per kilometer hanya sekitar Rp 200, yang tentu jauh lebih murah dibandingkan mobil bensin.
Selain itu, pengisian di rumah tidak memerlukan antrean, tersedia 24 jam, dan bisa dilakukan kapan saja. Inilah mengapa opsi ini menjadi favorit pemilik mobil listrik.
2. Charging di SPKLU (Stasiun Pengisian Umum)
Meskipun tarifnya lebih tinggi dibandingkan pengisian di rumah, SPKLU tetap menjadi pilihan penting terutama saat melakukan perjalanan jauh. Tarif resmi yang diberlakukan PLN berada di rentang Rp 2.466 hingga Rp 2.900 per kWh.
Jika menggunakan angka tengah sekitar Rp 2.500, maka biaya pengisian penuh baterai 38,3 kWh adalah:
38,3 kWh × Rp 2.500 ≈ Rp 95.000
Dengan jarak tempuh serupa, biaya per kilometer berada di kisaran Rp 300–350, yang tetap lebih hemat dibanding bensin, meskipun sedikit lebih mahal daripada pengisian di rumah.
Biaya Mobil Bensin
Untuk memberikan perbandingan yang lebih objektif, mari beralih ke mobil berbahan bakar minyak. Perhitungannya menggunakan mobil LCGC atau mobil 1.5L, yang dikenal cukup irit di kelasnya.
1. Konsumsi BBM pada Mobil Bensin
Mayoritas mobil bensin yang efisien mampu mencatat konsumsi sekitar 12 hingga 15 km per liter. Harga bahan bakar yang berlaku saat ini adalah:
Pertalite: Rp 10.000 per liter
Pertamax: Rp 14.000 per liter
Untuk menempuh jarak 300 km, mobil dengan konsumsi 15 km/l membutuhkan sekitar 20 liter bensin. Maka biaya yang harus dikeluarkan adalah:
Dengan Pertalite:
20 liter × Rp 10.000 = Rp 200.000
Dengan Pertamax:
20 liter × Rp 14.000 = Rp 280.000
Jika dihitung per kilometernya, biayanya menjadi:
Pertalite: ± Rp 666/km
Pertamax: ± Rp 933/km
Jelas terlihat bahwa biaya operasional mobil bensin berada jauh di atas mobil listrik, baik charging di rumah maupun di SPKLU.
Perbandingan Langsung Biaya Operasional
Untuk memudahkan pemahaman, berikut ringkasan perbandingan biaya perjalanan sejauh 300 km antara mobil listrik dan mobil bensin.
Mobil Listrik (rumah)
Biaya: ± Rp 60.000
Biaya per km: ~ Rp 200
Mobil Listrik (SPKLU)
Biaya: ± Rp 95.000
Biaya per km: ~ Rp 300
Mobil Bensin (Pertalite)
Biaya: ± Rp 200.000
Biaya per km: ~ Rp 666
Mobil Bensin (Pertamax)
Biaya: ± Rp 280.000
Biaya per km: ~ Rp 933
Perbedaan tersebut menunjukkan betapa besar efisiensi yang ditawarkan mobil listrik. Bahkan, pengisian di SPKLU sekalipun masih tetap lebih murah dibandingkan penggunaan Pertalite atau Pertamax.
Mana yang Lebih Hemat?
Jika fokus utama Anda adalah efisiensi biaya, mobil listrik menjadi pemenang yang tak terbantahkan. Pengisian baterai di rumah memberikan penghematan hingga tiga kali lipat dibandingkan mobil bensin. Bahkan ketika harus mengisi di SPKLU, perbandingan biaya tetap jauh lebih rendah.
Selain itu, mobil listrik juga menawarkan perawatan yang lebih sederhana karena tidak membutuhkan oli mesin, busi, atau komponen pembakaran lainnya. Dengan berbagai keuntungan biaya tersebut, tidak heran jika mobil listrik mulai menjadi pilihan masa depan transportasi Indonesia.
Namun, tentu setiap orang memiliki kebutuhan berbeda. Mobil bensin tetap lebih unggul dalam ketersediaan SPBU, waktu pengisian yang cepat, serta fleksibilitas perjalanan jauh. Oleh karena itu, pemilihan kendaraan kembali lagi ke pola penggunaan harian masing-masing.
Tetapi jika efisiensi jangka panjang menjadi prioritas, maka mobil listrik jelas memberikan nilai ekonomi yang lebih menarik.