Negatif Self-Talk: Kenapa Perempuan Sering Jadi Korban Suara dalam Kepalanya Sendiri?

Negatif Self-Talk: Kenapa Perempuan Sering Jadi Korban Suara dalam Kepalanya Sendiri?
Sumber :
  • iStock

Gadget – Di balik senyum yang terlihat tenang, banyak perempuan berjuang melawan suara kejam yang terus-menerus menghakimi dari dalam dirinya sendiri:

“Kamu belum cukup baik.”
“Kamu gagal lagi.”
“Orang lain pasti lebih sukses darimu.”

Itulah yang disebut negatif self-talk pola pikir di mana seseorang secara otomatis mengkritik, merendahkan, atau meragukan dirinya sendiri, baik dalam pikiran maupun ucapan lisan. Meski berbicara pada diri sendiri adalah bagian alami dari proses berpikir manusia, negatif self-talk yang kronis bisa menjadi racun mental yang merusak harga diri, kepercayaan diri, bahkan kesehatan psikologis secara keseluruhan.

Yang mengejutkan, fenomena ini jauh lebih umum dialami perempuan dibanding laki-laki. Mengapa demikian? Dan bagaimana cara menghentikannya?

Artikel ini mengupas tuntas akar psikososial negatif self-talk pada perempuan, berdasarkan penjelasan psikolog klinis, pengalaman pribadi aktivis kesehatan mental, serta data survei global serta memberikan strategi praktis untuk mengganti suara kritis itu dengan suara yang penuh kasih dan empati.

Apa Itu Negatif Self-Talk? Lebih dari Sekadar “Pikiran Negatif”

Menurut Kezia Toto, psikolog klinis, berbicara kepada diri sendiri adalah hal normal. Namun, negatif self-talk muncul ketika:

  • Kritik terhadap diri sendiri berlebihan dan keras
  • Kalimat yang muncul selalu merendahkan (“Aku bodoh”, “Aku tidak layak”)
  • Pola ini berulang terus-menerus, bahkan saat tidak ada kesalahan nyata

Suara tersebut mengganggu fungsi sehari-hari, seperti membuat keputusan atau berinteraksi sosial
“Negatif self-talk tidak selalu berbahaya dalam dosis kecil,” jelas Kezia dalam sesi reflektif di Manzo, Jakarta (24/6/2025).
“Tapi ketika menjadi rumit, terus-menerus, dan penuh penghinaan terhadap diri sendiri, maka itu berubah menjadi ancaman serius bagi kesehatan mental.”

Mengapa Perempuan Lebih Rentan Mengalami Negatif Self-Talk?

Data survei Ipsos Global Advisor pada World Mental Health Day 2023 menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga perempuan di 31 negara mengalami stres berulang dalam setahun terakhir yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Yang menarik: sumber stres terbesar bukan dari luar tapi dari suara dalam diri mereka sendiri.

Menurut Kezia, akar masalah ini bersifat psikososial, bukan biologis semata. “Perempuan, sejak kecil, diajarkan untuk menginternalisasi menyimpan kritik, penilaian, dan tekanan dari lingkungan ke dalam diri,” ungkapnya.