Bitcoin Anjlok ke US$85.000, Apa Penyebab Anjloknya & Akankah Jatuh Lagi?

Bitcoin Anjlok ke US$85.000, Apa Penyebab Anjloknya & Akankah Jatuh Lagi?
Sumber :
  • CoinGecko

Gadget – Pada perdagangan Selasa, 16 Desember 2025, Bitcoin (BTC) aset kripto terbesar di dunia mengalami pelemahan signifikan, turun ke kisaran US$85.400, menyusut sekitar 4% dari level sebelumnya di US$89.900. Penurunan ini bukanlah aksi jual biasa, melainkan respons langsung terhadap pergeseran kebijakan moneter global yang kian membebani aset berisiko, termasuk seluruh ekosistem kripto.

Apa yang Bikin Bitcoin Anjlok 36%? Ini Penyebab & Sinyal Pemulihan yang Dipantau Investor

Menurut data CoinGecko, kapitalisasi pasar Bitcoin kini berada di sekitar US$1,71 triliun, sementara volume perdagangan harian menyusut 4% menjadi US$43,8 miliar. Namun, dampaknya tak berhenti di Bitcoin. Seluruh pasar kripto ikut terkoreksi, dengan kapitalisasi global turun 4% ke US$2,92 triliun.

Artikel ini mengupas penyebab utama pelemahan, reaksi pasar, analisis dari pelaku industri, serta proyeksi jangka pendek dan menengah termasuk apakah US$80.000 benar-benar mengintai, atau ini hanya koreksi wajar di tengah fase konsolidasi.

Harga Emas Sentuh Rekor 3 Pekan—Apakah Ini Awal Rally Jangka Panjang?

Apa yang Memicu Penurunan Bitcoin ke US$85.000?

1. Sinyal “Hawkish” dari The Fed: Harapan Pasar Gagal Terealisasi

Whale Jual Ratusan Juta BTC, Gelontorkan Dana ke ASTER - Kenapa?

Pemicu utama berasal dari rapat kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) pekan lalu. Meski suku bunga acuan dipangkas 25 basis poin sesuai ekspektasi, proyeksi kebijakan ke depan justru lebih hati-hati.

The Fed kini hanya memperkirakan satu kali pemangkasan suku bunga sepanjang 2026, jauh di bawah ekspektasi pasar yang sebelumnya memperkirakan hingga tiga kali. Pergeseran ini menunjukkan bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru menurunkan suku bunga, karena khawatir inflasi belum sepenuhnya terkendali.

Akibatnya, dolar AS menguat, imbal hasil obligasi naik, dan investor mulai mengurangi eksposur ke aset berisiko, termasuk saham teknologi dan kripto.

2. Ketidakpastian dari Bank of Japan (BoJ)

Tekanan tambahan datang dari Jepang. Bank Sentral Jepang diperkirakan akan:

  • Menaikkan suku bunga (langkah langka pasca-dekade deflasi)
  • Mengurangi kepemilikan ETF senilai lebih dari US$500 miliar

Langkah ini berpotensi mengguncang yen carry trade, skema pembiayaan global di mana investor meminjam yen murah untuk berinvestasi di aset berisiko. Jika BoJ mengetatkan kebijakan, likuiditas global bisa menyusut memicu sell-off lintas kelas aset.

Dampak ke Seluruh Pasar Kripto: Bukan Hanya Bitcoin yang Terkoreksi

Pelemahan Bitcoin memicu korelasi negatif di seluruh pasar kripto:

Aset KriptoPenurunan (%)Harga Terkini
Ethereum (ETH)~5%US$2.900
BNB~4%-
 Solana (SOL)~4%-
XRP~6%-

XRP mencatat penurunan terdalam, mencerminkan sentimen negatif terhadap aset kripto non-blue chip yang lebih rentan terhadap volatilitas makro.

Namun, yang menarik adalah tidak adanya aksi jual paksa (forced liquidation) dalam skala besar. Menurut firma perdagangan Wintermute, kondisi pasar masih stabil secara fundamental ini bukan risk-off ekstrem, melainkan fase pencernaan ketidakpastian.

Analisis Wintermute: Koreksi Terkendali, Tidak Ada Krisis Likuiditas

Wintermute menilai bahwa:

  • Tidak ada indikasi tekanan likuiditas signifikan
  • Funding rate di pasar futures masih netral
  • Open interest stabil, tidak terjadi penarikan massal

“Ini adalah koreksi sehat setelah periode sideways di kisaran US$88.000–92.000,” ujar analis mereka. Mereka memperkirakan Bitcoin akan bergerak dalam rentang terbatas hingga awal 2026, dengan arah tren baru hanya akan muncul setelah kejelasan soal:

  • Prospek pertumbuhan ekonomi global
  • Kebijakan moneter The Fed & BoJ
  • Perkembangan regulasi kripto di AS

Perubahan Mendasar: Apakah Siklus 4 Tahun Bitcoin Sudah Tamat?

Salah satu narasi paling mengejutkan datang dari Bitfinex. Mereka menyatakan bahwa siklus empat tahunan Bitcoin yang selama ini menjadi acuan utama investor tidak lagi relevan.

Mengapa?

  • Tingkat inflasi Bitcoin kini di bawah 1% per tahun pasca halving 2024
  • Dampak halving semakin terbatas karena pasokan baru sudah sangat kecil
  • Aliran modal struktural dari ETF, korporasi (seperti MicroStrategy), dan entitas negara kini menyerap sebagian besar pasokan baru

Akibatnya, volatilitas Bitcoin mulai menurun, dan karakternya semakin mirip emas aset safe haven jangka panjang.

Bitfinex juga mencatat pola historis: Bitcoin cenderung tertinggal 100–150 hari perdagangan setelah reli harga emas. Mengingat emas mencatat kenaikan tajam sepanjang 2025, mereka memprediksi Bitcoin berpotensi menyusul setelah fase konsolidasi ini selesai.

Proyeksi Jangka Pendek: Apakah US$80.000 Akan Tersentuh?

Beberapa analis memang memperingatkan risiko penurunan ke US$80.000, terutama jika:

  • The Fed kembali mengejutkan pasar dengan sinyal hawkish
  • BoJ mempercepat normalisasi kebijakan
  • Terjadi black swan event geopolitik atau keuangan

Namun, dukungan fundamental tetap kuat:

  • Adopsi institusional terus meningkat
  • Perdagangan spot ETF Bitcoin di AS stabil
  • Minat jangka panjang dari negara-negara seperti El Salvador dan negara berkembang lainnya

Dengan demikian, US$80.000 bukan target fundamental, melainkan level psikologis yang mungkin diuji dalam skenario terburuk tapi tidak akan bertahan lama.

Kesimpulan: Koreksi Sehat di Tengah Transisi Menuju Aset Kelas Baru

Penurunan Bitcoin ke US$85.000 bukanlah awal dari kehancuran, melainkan bagian alami dari evolusi. Pasar kripto kini hidup dalam dunia dual reality:

  • Di satu sisi, ia tetap rentan terhadap siklus makro dan kebijakan moneter
  • Di sisi lain, ia semakin diakui sebagai aset keuangan strategis jangka panjang

Bagi investor jangka panjang, koreksi ini justru bisa menjadi peluang akumulasi apalagi dengan figur seperti Michael Saylor yang baru-baru ini memberi sinyal kembali memborong Bitcoin di kisaran US$88.000.

Yang pasti, 2026 akan menjadi tahun penentu. Jika likuiditas global kembali membaik dan regulasi kripto di AS jelas, Bitcoin berpotensi melanjutkan rally menuju US$120.000–150.000. Tapi jika tekanan makro berlarut-larut, konsolidasi di kisaran US$80.000–95.000 akan berlangsung lebih lama.

Satu hal yang tidak berubah: Bitcoin tetap di garis depan transformasi keuangan global hanya saja, jalannya kini lebih matang, lebih tenang, dan lebih strategis.

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram@gadgetvivacoid
FacebookGadget VIVA.co.id
X (Twitter)@gadgetvivacoid
Whatsapp ChannelGadget VIVA
Google NewsGadget