Kerugian Perbankan Dunia Akibat Kejahatan Siber Capai Rp1.433 Triliun

Deputi Bidang Pelaporan dan Pengawasan Kepatuhan PPATK, Fithriadi Muslim.
Sumber :
  • Bank DBS Indo

GadgetNasabah perbankan merupakan target empuk kejahatan siber. Baik scamming, phishing dan sejenisnya bisa membuat perbankan dunia rugi sampai USD100 miliar atau setara Rp1.433 triliun.

Gawat! Google Peringatkan Pengguna Gmail, Segera Ganti Email Sekarang Juga!

Hal ini terungkap dalam data International Monetary Fund (IMF) tahun 2020. Dalam data tersebut, estimasi total kerugian rata-rata tahunan akibat serangan siber yang dialami sektor jasa keuangan secara global mencapai USD 100 miliar atau lebih dari Rp1.433 triliun. 

Tak hanya IMF yang memiliki data tersebut. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun yang sama memprediksi bahwa jumlah pencucian uang mencapai nilai Rp29.000 triliun setiap tahun. 

Awas Diretas! 19 Aplikasi Android Ini Bisa Bikin Anda Kehilangan Uang

Salah satu modus penipuan yang kerap didapati adalah social engineering, di mana seorang hacker memanipulasi korbannya untuk memberikan kata sandi atau informasi bank, bahkan secara diam-diam memasang (install) perangkat lunak berbahaya di komputer korban untuk mendapatkan kendali atas perangkat tersebut. Setelah mendapatkan akses, hacker akan mengambil mencuri identitas korban hingga menguras tabungan.  

Tenaga Ahli Kepala PPATK Judith L.R. Panggabean memaparkan dari seluruh Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) Proaktif pada Februari 2021-Maret 2024, 45 persen dari laporan tersebut merupakan kasus penipuan, dan 5 persen berasal dari transaksi perbankan.

Jangan Asal Klik CAPTCHA! Cek Tanda Ini untuk Hindari Penipuan Online

Laporan ini bermula dari red flag (sebuah penanda apabila ditemukan transaksi atau aktivitas yang tidak wajar) yang ditemukan dalam proses identifikasi, verifikasi, dan pemantauan transaksi. Red flag kemudian dianalisis dan dilaporkan ke PPATK dalam bentuk LTKM.

Perbankan memainkan peran krusial dalam menjadi garda terdepan untuk mengatasi kejahatan keuangan. Salah satu caranya adalah mengelola hubungan dengan calon dan pengguna jasa, serta menerapkan PMPJ atau Prinsip Mengenali Pengguna Jasa. Salah satu yang terpenting adalah termasuk memutus hubungan jika ditemukan identitas palsu, penolakan pada tahap PMPJ, pengkinian profil, pemantauan transaksi, hingga pelaporan.

Selain implementasi PMPJ, perbankan pun perlu mengedukasi masyarakat dan nasabahnya. Bentuk edukasi, salah satunya seperti yang dilakukan Bank DBS Indonesia. Mereka membuat video series bertajuk Behind The Scams, yang ditayangkan di platform media sosial.

IG series bergaya Korea ini menceritakan sosok-sosok unik yang membongkar berbagai modus penipuan di sekitar kita pada tiap episodenya. Melalui konten edukatif ini, Bank DBS Indonesia berusaha mengungkap strategi rumit yang digunakan para penipu dan menyajikannya secara sederhana dan mudah dimengerti. 

Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia Lim Chu Chong menyampaikan jika perbankannya digerakkan oleh tujuan positif sehingga berkomitmen untuk senantiasa menjaga kepercayaan nasabah, termasuk soal keamanan bertransaksi. 

"Oleh karena itu, kami menerapkan berbagai teknologi untuk memastikan adanya lingkungan perbankan digital yang aman, termasuk menghadirkan ‘Behind The Scam’ untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan beragam kejahatan keuangan di sekitar kita. Melalui berbagai upaya ini, diharapkan nasabah dapat menikmati layanan perbankan yang aman, nyaman, dan menyenangkan, sesuai dengan prinsip ‘Live more, Bank less’ yang kami miliki," katanya.

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram @gadgetvivacoid
Facebook Gadget VIVA.co.id
X (Twitter) @gadgetvivacoid
Whatsapp Channel Gadget VIVA
Google News Gadget