PHK Massal di Perusahaan Teknologi: Akankah AI Menggantikan Pekerjaan Manusia?
- unsplash.com/Matthew Manuel
Gadget – Di tengah melemahnya kondisi perekonomian global, industri teknologi menghadapi badai PHK massal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Berdasarkan data dari Layoffs.fyi, lebih dari 150 ribu karyawan terkena dampak PHK selama tahun 2024, melibatkan 594 perusahaan teknologi. Gelombang PHK ini pun masih berlanjut pada tahun 2025, dengan jumlah lebih dari 22 ribu pekerja yang kehilangan pekerjaan hanya dalam waktu satu bulan pada Februari.
Banyak yang mengaitkan fenomena ini dengan tren penggunaan Artificial Intelligence (AI) yang semakin masif di kalangan perusahaan teknologi. Namun, apakah benar AI adalah penyebab utama PHK massal ini? Mari kita cari tahu!
1. AI Digunakan untuk Menggantikan Sejumlah Pekerjaan Manusia
Perkembangan AI telah memungkinkan banyak perusahaan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan memangkas biaya operasional dengan menggantikan pekerjaan manusia. Salah satu contoh nyata adalah perusahaan raksasa Salesforce, yang mengaku bahwa AI saat ini sudah mampu menangani hingga 50% pekerjaan mereka. CEO Salesforce, Marc Benioff, bahkan menyatakan bahwa perusahaan mereka kini membutuhkan lebih sedikit "kepala" karena fokus telah bergeser pada kolaborasi antara manusia dan AI.
Langkah serupa juga diambil oleh perusahaan besar lain seperti:
- Microsoft: Memangkas sekitar 4% tenaga kerja sambil meningkatkan investasi di bidang AI.
- IBM: Melepas sejumlah pegawai, terutama di divisi sumber daya manusia.
- Meta: Mendorong penggunaan AI di tim Metaverse untuk meningkatkan produktivitas hingga lima kali lipat.
Namun, apakah AI benar-benar menjadi alasan utama PHK massal ini? Jawabannya ternyata tidak sesederhana itu.
2. Faktor Lain di Balik PHK Massal Ini
Fabian Stephany, asisten profesor bidang AI dan pekerjaan di Oxford Internet Institute, menilai bahwa ada faktor lain di balik tren PHK massal ini. Menurutnya, beberapa perusahaan menggunakan AI sebagai "kambing hitam" untuk membenarkan keputusan PHK mereka. Ia meragukan klaim bahwa PHK tersebut sepenuhnya disebabkan oleh peningkatan efisiensi akibat AI. Sebaliknya, langkah ini bisa jadi strategi pencitraan agar perusahaan tampak modern dan inovatif di mata publik.
Selain itu, Fabian menjelaskan bahwa fenomena ini kemungkinan besar berkaitan dengan overhiring yang terjadi selama pandemi Covid-19. Di masa pandemi, banyak perusahaan teknologi mengalami pertumbuhan pesat, sehingga mereka melakukan rekrutmen secara agresif. Namun, ketika kondisi pasar mulai normal, mereka berusaha menyeimbangkan jumlah tenaga kerja dengan cara melakukan pemangkasan besar-besaran.
Dengan kata lain, PHK massal ini bukan hanya disebabkan oleh adopsi AI, tetapi juga oleh kesalahan perencanaan perekrutan di masa lalu.
3. Daftar 10 Perusahaan Teknologi dengan PHK Terbesar pada 2025
Berikut adalah daftar 10 perusahaan teknologi yang melakukan PHK paling besar selama tahun 2025:
| Perusahaan | Jumlah yang diPHK |
| Intel | 37.000–45.000 |
| Microsoft | 15.500 |
| Siemens | 5.600 |
| HPE (Hewlett Packard Enterprise) | 2.500 |
| Workday | 1.750 |
| Autodesk | 1.350 |
| Indeed & Glassdoor | 1.300 |
| Salesforce | 1.262 |
| Blue Origin | Lebih dari 1.000 |
| Ola Electric | Lebih dari 1.000 |
Dua perusahaan teratas dalam daftar ini, Intel dan Microsoft, menjadi sorotan karena skala PHK yang sangat besar. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan kondisi ekonomi global yang lesu serta transformasi digital yang diakibatkan oleh implementasi AI.
4. Apakah AI Benar-Benar Penyebab Utama PHK Massal?
Meskipun AI memang telah menggantikan sebagian pekerjaan manusia, analis menyebut bahwa PHK massal ini tidak hanya disebabkan oleh perkembangan teknologi tersebut. Beberapa faktor lain yang turut memengaruhi antara lain:
- Overhiring selama pandemi: Banyak perusahaan teknologi melakukan rekrutmen secara besar-besaran selama pandemi Covid-19, ketika permintaan layanan digital melonjak drastis. Saat kondisi kembali normal, mereka harus melakukan pemangkasan untuk menyeimbangkan jumlah tenaga kerja.
- Penyesuaian strategi bisnis: Beberapa perusahaan memilih untuk fokus pada bidang tertentu, seperti AI atau metaverse, sehingga mereka memutuskan untuk memangkas divisi-divisi yang dianggap kurang relevan.
- Kondisi ekonomi global: Lesunya perekonomian global juga memaksa perusahaan untuk mencari cara memangkas biaya operasional, termasuk dengan mengurangi jumlah karyawan.
5. Implikasi bagi Dunia Kerja di Masa Depan
Meskipun AI tidak sepenuhnya menjadi penyebab utama PHK massal ini, tak dapat dipungkiri bahwa teknologi ini akan terus mempengaruhi dunia kerja di masa depan. Beberapa pekerjaan repetitif dan rutin kemungkinan besar akan digantikan oleh sistem otomatis yang didukung oleh AI. Namun, di sisi lain, AI juga membuka peluang baru di bidang-bidang seperti pengembangan teknologi, manajemen data, dan riset.
Untuk menghadapi perubahan ini, para pekerja perlu terus mengembangkan kompetensi mereka, terutama di bidang teknologi dan keterampilan yang sulit digantikan oleh mesin. Selain itu, perusahaan juga diharapkan dapat memberikan dukungan berupa pelatihan ulang (retraining) atau pengembangan keterampilan (upskilling) kepada karyawannya.
Kesimpulan:
Badai PHK massal di industri teknologi memang menjadi isu yang hangat diperbincangkan. Meskipun perkembangan AI menjadi salah satu faktor penyebab, faktor lain seperti overhiring selama pandemi dan penyesuaian strategi bisnis juga turut berperan besar. Dalam jangka panjang, implementasi AI dapat meningkatkan efisiensi kerja, namun juga memunculkan tantangan baru bagi dunia kerja. Oleh karena itu, adaptasi dan pembelajaran terus-menerus menjadi kunci agar para pekerja tetap relevan di era digital ini.
| Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
|---|---|
| @gadgetvivacoid | |
| Gadget VIVA.co.id | |
| X (Twitter) | @gadgetvivacoid |
| Whatsapp Channel | Gadget VIVA |
| Google News | Gadget |