Google AI Abaikan Situs Populer, Malah Kutip Website dengan Traffic Rendah!
- Gizmochina
Gadget – Dalam era di mana kecerdasan buatan (AI) mulai menggantikan daftar tautan tradisional dengan jawaban ringkas dan langsung, muncul pertanyaan krusial: dari mana AI benar-benar mengambil informasinya?
Sebuah studi terobosan dari Ruhr University Bochum dan Max Planck Institute for Software Systems mengungkap fakta mengejutkan: mesin pencari berbasis AI justru lebih sering mengutip situs web dengan traffic rendah—bahkan yang nyaris tak terlihat di hasil pencarian Google konvensional.
Temuan ini tidak hanya mengubah cara kita memahami “otoritas” di dunia digital, tetapi juga berpotensi merombak strategi SEO, jurnalisme, dan kepercayaan publik terhadap informasi online.
Studi Terbaru: AI Mengabaikan Situs Populer, Memilih yang “Tak Terlihat”
Dalam makalah berjudul “Characterizing Web Search in the Age of Generative AI”, para peneliti membandingkan hasil pencarian dari Google Search versi tradisional dengan respons dari empat sistem berbasis AI:
- Google AI Overviews
- Gemini 2.5 Flash
- Dua varian mode pencarian web GPT-4o
Mereka menggunakan beragam jenis kueri, termasuk:
- Pertanyaan nyata dari percakapan pengguna ChatGPT
- Topik politik dari platform AllSides
- Produk paling dicari di Amazon
Hasilnya mencengangkan: lebih dari separuh sumber yang dikutip oleh Google AI Overviews tidak muncul dalam 10 hasil teratas Google, dan sekitar 40% bahkan tidak masuk dalam 100 besar.
Menggunakan Tranco—alat pemeringkatan domain global—peneliti menemukan bahwa median peringkat domain yang dikutip oleh Gemini berada di luar 1.000 besar. Artinya, AI tidak mengandalkan situs-situs mapan seperti Wikipedia, BBC, atau situs berita besar, melainkan menggali lebih dalam ke lapisan web yang jarang dikunjungi.
Mengapa AI Memilih Situs Bertraffic Rendah?
Kontraintuitif memang. Namun, peneliti menjelaskan bahwa algoritma AI tidak dirancang untuk memprioritaskan popularitas, melainkan relevansi kontekstual dan kepadatan informasi.
Beberapa alasan utama mengapa situs “sepi” justru menjadi favorit AI:
1. Konten Spesifik dan Teknis Lebih Mudah Diekstrak
- Situs niche—seperti blog akademik, dokumentasi teknis, atau laporan industri—sering menyajikan informasi dalam format terstruktur yang mudah dipahami oleh model bahasa besar (LLM). Tidak seperti media massa yang menggunakan narasi luas, situs kecil cenderung langsung ke inti.
2. Minim Gangguan Iklan dan Elemen Non-Informatif
- AI kesulitan memfilter konten dari halaman yang penuh iklan, pop-up, atau widget sosial. Situs bertraffic rendah biasanya lebih bersih secara teknis, sehingga lebih mudah diproses.
3. AI Menghindari Sumber yang Terlalu Umum
- Paradoksnya, situs populer sering kali terlalu umum atau repetitif. AI justru mencari variasi perspektif—dan menemukannya di sumber yang kurang dikenal namun otoritatif dalam topik tertentu.
Apakah Kualitas Informasi Tetap Terjaga?
Salah satu kekhawatiran utama adalah apakah mengutip sumber tidak populer berarti menurunkan kredibilitas. Namun, studi ini menunjukkan tidak demikian.
Peneliti menemukan bahwa:
- Model berbasis GPT cenderung mengutip situs korporat resmi dan konten ensiklopedis
- Media sosial hampir tidak pernah dikutip, menunjukkan filter ketat terhadap sumber tidak terverifikasi
- Keragaman konsep dalam respons AI setara dengan hasil pencarian tradisional
Artinya, meski sumbernya “tidak terkenal”, kualitas dan keandalan informasi tetap terjaga—bahkan dalam beberapa kasus, lebih fokus dan mendalam.
Bahaya Tersembunyi: AI Gagal pada Informasi Terkini
Namun, bukan berarti sistem ini sempurna. Peneliti mengidentifikasi kelemahan kritis AI dalam menangani topik yang berkembang cepat.
Contohnya:
Saat ditanya tentang peristiwa terkini (misalnya, hasil pemilu minggu lalu atau peluncuran produk baru), GPT-4o dalam mode hybrid kadang memberikan informasi ketinggalan zaman
AI cenderung mengandalkan data pelatihan lama jika tidak terhubung ke sumber real-time yang andal
Ini menjadi peringatan penting: AI search unggul dalam topik statis, tapi rentan dalam dinamika waktu nyata.
Dampak pada Ekosistem Web: Siapa yang Menang, Siapa yang Kalah?
Perubahan ini berpotensi mengguncang fondasi ekosistem internet:
- Pemenang Baru: Situs Niche dan Konten Mendalam
- Blog teknis, repositori akademik, dokumentasi open-source, dan situs pemerintah bisa mendapat peningkatan visibilitas tak terduga—bukan karena traffic, tapi karena kualitas informasi.
Ancaman bagi Media Massa Tradisional
- Jika AI tidak lagi mengutip media besar, maka lalu lintas referral dari pencarian bisa anjlok. Ini berdampak langsung pada pendapatan iklan dan model bisnis jurnalisme digital.
Risiko Fragmentasi Otoritas Informasi
- Tanpa daftar hasil yang transparan, pengguna tidak tahu dari mana informasi berasal. Ini membuka celah untuk bias tersembunyi atau manipulasi melalui situs boneka yang dirancang khusus untuk “disukai” AI.
Google dan ByteDance Percepat Inovasi AI
Sementara studi ini menggarisbawahi perubahan paradigma pencarian, raksasa teknologi terus berinovasi:
- Google baru saja meluncurkan Vibe Coding di AI Studio, fitur yang memungkinkan developer membuat aplikasi AI fungsional hanya dari satu prompt teks.
- ByteDance memperkenalkan Seed3D 1.0, alat revolusioner yang bisa mengubah foto 2D biasa menjadi model 3D realistis dalam hitungan detik.
Kedua terobosan ini menunjukkan bahwa AI tidak hanya mengubah cara kita mencari informasi—tapi juga cara kita menciptakan dan berinteraksi dengan konten digital.
Masa Depan Pencarian: Bukan Lebih Baik atau Lebih Buruk—Tapi Berbeda
Kesimpulan utama studi ini sangat jelas: masa depan pencarian bukan tentang “lebih baik” atau “lebih buruk”, melainkan “berbeda”.
AI sedang membangun versi internet yang:
- Menghargai sintesis daripada popularitas
- Mengutamakan kejelasan daripada volume
- Mengaburkan sumber, tapi memperjelas jawaban
- Bagi pengguna, ini berarti jawaban lebih cepat dan ringkas—tapi dengan transparansi yang lebih rendah.
- Bagi pembuat konten, ini adalah ajakan untuk beralih dari optimasi klik ke optimasi kejelasan dan kedalaman.
Apa yang Harus Dilakukan Pengguna dan Kreator Konten?
Untuk Pengguna:
- Jangan percaya buta pada jawaban AI—selalu verifikasi jika informasi kritis
- Gunakan fitur “lihat sumber” (jika tersedia) untuk mengecek keandalan
- Untuk berita terkini, tetap gunakan pencarian tradisional atau sumber langsung
Untuk Kreator & Pemilik Situs:
- Fokus pada konten mendalam, terstruktur, dan bebas gangguan
- Gunakan markup semantik (seperti Schema.org) agar AI lebih mudah memahami konten
- Hindari clickbait—AI justru menghukum konten yang terlalu sensasional
Penutup: Otoritas Digital Sedang Ditulis Ulang
Studi ini bukan sekadar laporan teknis—ia adalah lonceng peringatan budaya. Kita sedang menyaksikan pergeseran dari “siapa yang paling banyak dikunjungi” ke “siapa yang paling jelas menjelaskan”.
Dalam dunia AI, popularitas tidak lagi jaminan otoritas. Yang penting bukan seberapa sering Anda dikutip, tapi seberapa tepat, jelas, dan berguna informasi yang Anda berikan.
Dan mungkin, itu bukan hal yang buruk—melainkan awal dari internet yang lebih bijak.
| Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
|---|---|
| @gadgetvivacoid | |
| Gadget VIVA.co.id | |
| X (Twitter) | @gadgetvivacoid | 
| Whatsapp Channel | Gadget VIVA | 
| Google News | Gadget | 
 
	         
             
           
              
     
              
     
              
     
              
     
              
     
              
     
     
     
     
     
     
                   
                   
                   
                   
                   
    