Gaya Bermain Arsenal: Adaptif atau Sepak Bola Haram?
- Premier League
Arteta menegaskan bahwa keputusan bertahan penuh adalah hasil dari belajar dari kekalahan sebelumnya saat menghadapi tim besar seperti City. Jika Arsenal bermain terlalu terbuka, mereka mungkin akan pulang dengan kekalahan telak.
Arsenal yang Adaptif
Salah satu kekuatan Arsenal di musim 2024/2025 ini adalah kemampuan mereka untuk beradaptasi. Dalam enam laga kompetitif yang telah mereka jalani, The Gunners belum sekali pun merasakan kekalahan. Arsenal berhasil meraih tiga kemenangan dan tiga hasil imbang. Hasil ini menunjukkan bahwa tim asuhan Arteta mampu beradaptasi dengan baik di tengah situasi yang tidak menguntungkan.
Contoh paling nyata adalah saat menghadapi Manchester City. Dengan hanya 10 pemain di lapangan, Arsenal mampu tetap solid di lini belakang meski terus ditekan oleh City. Gaya bertahan yang sama juga berhasil mereka terapkan saat menang tipis 1-0 melawan Tottenham Hotspur dan imbang 1-1 melawan Brighton & Hove Albion.
Saat melawan Brighton, Arsenal juga kehilangan satu pemain kunci, Declan Rice, yang mendapat kartu merah. Situasi ini membuat Arteta sekali lagi memilih bermain lebih defensif. Keputusan serupa juga diterapkan ketika menghadapi Tottenham, di mana Arsenal harus bermain tanpa beberapa pemain kunci.
Dalam laga melawan Tottenham, Arsenal tidak bisa memainkan Martin Ødegaard, Declan Rice, Luca Calafiori, Takehiro Tomiyasu, Mikel Merino, dan Oleksandr Zinchenko. Namun, meskipun kekurangan banyak pemain, The Gunners tetap tampil solid dan mampu mengamankan poin penting.
Pilihan Adaptif atau Gaya Bertahan yang Berlebihan?
Dengan berbagai situasi sulit yang dihadapi Arsenal dalam beberapa pertandingan terakhir, sulit untuk menyalahkan keputusan Arteta yang memilih untuk bermain defensif. Meski gaya bermain bertahan ini tidak disukai oleh sebagian fans, hasil akhir menunjukkan bahwa strategi ini efektif. Mendapatkan poin melawan tim kuat seperti Manchester City, meski hanya dengan 10 pemain, jelas merupakan pencapaian yang tidak bisa dianggap remeh.
Namun, gaya bermain seperti ini tentu tidak bisa diterapkan dalam setiap pertandingan. Arsenal harus bisa menyeimbangkan antara bertahan dan menyerang, terutama saat mereka bermain dengan kekuatan penuh. Kritikan terhadap pendekatan defensif ini mungkin lebih karena ekspektasi bahwa Arsenal seharusnya bisa tampil lebih agresif dan menyerang, bahkan ketika menghadapi lawan berat seperti City.