Air Mata Mantan Asisten Shin Tae-yong Pecah di Jeddah, Nama STY Menggema Saat Indonesia Tersingkir
- ig/@shintaeyong7777
STY Masih Hidup di Hati Suporter Garuda
Nama Shin Tae-yong (STY) kini kembali menggema, tak hanya di tribun stadion tetapi juga di media sosial. Tagar #STY dan seruan “Kluivert Out” ramai berseliweran di X (Twitter), Instagram, hingga TikTok. Banyak penggemar mengenang era ketika Timnas Indonesia tampil penuh semangat dan disiplin di bawah tangan dingin pelatih asal Korea Selatan itu.
Bagi publik sepak bola Indonesia, STY bukan sekadar pelatih. Ia adalah sosok yang menanamkan karakter dan rasa percaya diri pada pemain muda. Di bawah arahannya, Indonesia mampu tampil berani melawan tim-tim besar Asia seperti Jepang, Australia, dan Korea Selatan.
Bahkan, performa menawan di Piala Asia 2023 dan keberhasilan melangkah hingga babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia membuat publik kembali mencintai sepak bola Tanah Air.
Kini, setelah posisinya digantikan oleh Patrick Kluivert, bayang-bayang keberhasilan STY masih terasa kuat. Banyak fans menilai bahwa karakter Garuda yang berani dan militan perlahan memudar sejak kepergiannya.
Emosi Kolektif Suporter Indonesia
Kekalahan dari Irak menjadi momen emosional bukan hanya bagi Jeje, tetapi juga bagi jutaan pendukung Garuda di seluruh dunia. Dari media sosial hingga forum-forum sepak bola, publik Indonesia menumpahkan kekecewaan dan kerinduan mereka terhadap era Shin Tae-yong.
Beberapa unggahan di media sosial memperlihatkan suporter menangis di tribun, sebagian lagi mengibarkan bendera merah putih sambil meneriakkan nama STY. Mereka menilai bahwa sosok pelatih asal Korea itu telah memberikan identitas baru bagi Timnas Indonesia — disiplin, kompak, dan penuh semangat juang.
“STY itu bukan cuma pelatih, tapi bagian dari keluarga besar sepak bola Indonesia,” tulis seorang netizen di kolom komentar unggahan Jeje.
Meski namanya kini hanya tinggal kenangan, warisan Shin Tae-yong bagi sepak bola Indonesia akan terus hidup. Ia meninggalkan fondasi penting: regenerasi pemain muda, sistem latihan modern, serta mental juang yang tak mudah padam.
Pemain-pemain seperti Marselino Ferdinan, Justin Hubner, hingga Rafael Struick adalah buah dari keberaniannya memberi kepercayaan pada talenta muda. Bahkan, banyak pengamat menyebut bahwa tanpa fondasi yang diciptakan STY, Indonesia tak akan bisa melangkah sejauh ini di kualifikasi.