Patrick Kluivert Bikin Fans Timnas Kecewa, Tak Ikut Sapa Suporter Usai Laga Kontra Irak
- ig/@dennylandzaat
Gadget – Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, menjadi sorotan tajam seusai laga melawan Irak dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026. Dalam video yang viral di media sosial, pelatih asal Belanda itu bersama jajaran stafnya terlihat tidak ikut menghampiri suporter Timnas Indonesia di tribune usai pertandingan berakhir.
Padahal, hampir semua pemain terlihat berjalan ke arah tribune penonton untuk menyapa sekaligus meminta maaf kepada para pendukung yang datang langsung memberikan dukungan. Momen tersebut justru menunjukkan kontras antara para pemain yang berusaha menghargai fans, dan pelatih yang tampak memilih tetap duduk di bench.
Rekaman kejadian itu cepat beredar di dunia maya dan memicu reaksi keras dari publik. Banyak netizen merasa kecewa dengan sikap Kluivert dan stafnya yang dianggap tidak menghargai perjuangan suporter.
Salah satu komentar yang ramai dibagikan berbunyi, “Yang minta maaf cuma pemain aja nih?” Ada juga yang menulis, “Pemain datang ke suporter, pelatihnya malah diam aja di pinggir lapangan.”
Tradisi Menyapa Suporter yang Hilang
Sejak era Shin Tae-yong, Timnas Indonesia memiliki tradisi penting seusai laga: menyapa dan berterima kasih kepada para suporter di tribune, baik saat menang maupun kalah.
Tradisi ini bukan sekadar gestur simbolik, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap dukungan yang tak pernah putus dari fans Garuda di berbagai stadion dunia.
Namun, tradisi itu tampaknya tidak berlanjut dalam era kepelatihan Patrick Kluivert. Dalam laga kontra Irak dini hari tadi, hanya sebagian pemain dan ofisial tim yang mendekat ke arah penonton. Sementara Kluivert dan tim kepelatihannya terlihat tetap berada di area bangku cadangan tanpa menunjukkan interaksi berarti dengan fans.
Sikap tersebut kemudian dinilai publik sebagai kehilangan sentuhan emosional antara pelatih dan suporter. Bagi banyak pendukung, hal kecil seperti melambaikan tangan atau menunduk ke arah tribune menjadi simbol bahwa perjuangan di lapangan tetap diapresiasi, apapun hasilnya.
Mimpi Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026 Kandas
Kritik terhadap Kluivert makin meluas karena situasi Timnas Indonesia juga tengah terpuruk. Dua kekalahan beruntun di Grup B membuat mimpi Garuda untuk tampil di Piala Dunia 2026 resmi sirna.
Setelah kalah 2-3 dari Arab Saudi pada Kamis (9/9/2025), Jay Idzes dan rekan-rekan kembali menelan kekalahan 0-2 dari Irak pada Minggu (12/10/2025) dini hari.
Hasil ini menempatkan Indonesia di posisi juru kunci Grup B, di bawah Arab Saudi dan Irak yang kini bersaing memperebutkan tiket langsung ke putaran final.
Sementara itu, posisi runner-up masih memiliki peluang untuk melaju ke putaran kelima kualifikasi, tetapi peluang itu sudah tertutup bagi Indonesia.
Laga terakhir Grup B antara Arab Saudi vs Irak pada 15 Oktober mendatang akan menjadi penentuan siapa yang lolos langsung ke Piala Dunia 2026. Keduanya sama-sama berambisi menjadi juara grup setelah sama-sama menang atas Indonesia.
Meski hasil buruk bisa dimaklumi sebagai bagian dari proses adaptasi, netizen menilai sikap Patrick Kluivert di akhir laga menunjukkan kurangnya empati terhadap perjuangan pemain dan fans.
Sebagian menilai pelatih seharusnya menjadi figur yang ikut bertanggung jawab penuh dalam suka maupun duka tim.
“Kalau pelatihnya ikut menyapa, setidaknya publik tahu dia peduli,” tulis seorang pengguna media sosial.
Sebagian lain bahkan membandingkan gaya Kluivert dengan Shin Tae-yong, yang dikenal selalu menghampiri suporter meski hasil pertandingan tidak memuaskan. Gaya STY itu dinilai berhasil membangun kedekatan emosional dengan publik, hal yang kini mulai terasa hilang dari skuad Garuda.
Kritik terhadap Patrick Kluivert bukan hanya soal taktik di lapangan, tetapi juga tentang sikap dan kepemimpinan di momen-momen sulit.
Dalam sepak bola modern, komunikasi dan kedekatan emosional antara tim dan suporter menjadi bagian penting dari identitas nasional.
Bagi pendukung Garuda, harapan mereka sederhana: pelatih dan pemain berdiri di sisi yang sama, terutama saat kalah. Sebab, bagi mereka yang setia di tribune, menyapa suporter bukan sekadar ritual—melainkan bentuk penghormatan.
| Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di : | |
|---|---|
| @gadgetvivacoid | |
| Gadget VIVA.co.id | |
| X (Twitter) | @gadgetvivacoid | 
| Whatsapp Channel | Gadget VIVA | 
| Google News | Gadget | 
 
	         
             
           
              
     
              
     
              
     
              
     
              
     
              
     
     
     
     
     
     
                   
                   
                   
                   
                   
     
     
     
     
    