Media China Sindir Timnas Indonesia: “Stagnan dan Tak Tahu Cara Menang”

Timnas Indonesia
Sumber :
  • Timnas Indonesia

Gadget – Kegagalan Timnas Indonesia melangkah ke babak utama Piala Dunia 2026 menimbulkan reaksi tajam, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Media China 163.com menjadi salah satu yang ikut menyoroti kondisi sepak bola Indonesia, menyebut skuad Garuda kini berada dalam fase stagnasi dan kebingungan.

Dibongkar Orang Terdekat, Shin Tae-yong Tolak Banyak Tawaran Usai ‘Ditendang’ dari Timnas Indonesia

Dalam artikelnya, 163.com menulis bahwa Indonesia seolah kehilangan arah permainan, meski memiliki potensi besar. Mereka menilai bahwa kekalahan beruntun dari Arab Saudi dan Irak merupakan pukulan telak yang seharusnya bisa dihindari.

“Indonesia sebenarnya tampil baik di babak pertama, tetapi gagal melepaskan tembakan tepat sasaran. Mereka punya peluang emas, tapi tak mampu memanfaatkannya,” tulis media tersebut.

Wonderkid Liga Belanda Mirip Messi, Keturunan Maluku Ini Bisa Jadi Amunisi Baru Timnas Indonesia

Kritik ini muncul di tengah derasnya tuntutan publik agar Patrick Kluivert mundur dari kursi pelatih Timnas Indonesia. Tagar bernada protes seperti #KluivertOut menjadi trending di platform X dengan puluhan ribu cuitan. Banyak yang menilai pelatih asal Belanda itu tak mampu membangkitkan semangat dan strategi tim.


Media Vietnam Kaget: PSSI Tunjuk Indra Sjafri Gantikan Pelatih Asing Jelang SEA Games 2025

Sorotan pada Pola dan Mentalitas Tim

Media China menilai bahwa secara individu, para pemain Timnas Indonesia memiliki kualitas mumpuni. Namun secara kolektif, tim terlihat kehilangan kepercayaan diri.

“Mereka bukan tidak mampu, tetapi tampak tidak percaya diri. Kebijakan promosi pemain muda tahun lalu pun belum membawa dampak signifikan,” lanjut 163.com.

Analisis itu juga menyentil kebijakan jangka pendek yang dianggap tidak konsisten. Pergantian pelatih dan naturalisasi pemain diaspora dari Eropa disebut hanya menambal lubang tanpa membangun fondasi permainan yang jelas.

“Mereka berganti pelatih, kebijakan berubah berkali-kali, tetapi hasilnya tetap sama. Para penggemar khawatir dan para pemain sendiri tampak bingung,” tulis media tersebut dengan nada frustrasi.

Menurut 163.com, kisah perjalanan Timnas Indonesia kini mirip seperti film dokumenter yang berjalan lambat. “Bukan karena mereka tidak ingin menang, tapi karena mereka tidak tahu cara menang,” tulis mereka lagi dalam ulasannya yang menohok.


Perbandingan dengan Negara Asia Lain

Media itu kemudian membandingkan perkembangan sepak bola Indonesia dengan beberapa negara Asia lain yang dinilai lebih konsisten membangun pondasi.

“UEA menang karena fokus sejak level usia muda. Mereka berkembang secara bertahap dan turnamen nasional berjalan terstruktur. Irak juga tampil stabil karena latihan yang terencana,” tulis 163.com.

Sebaliknya, Indonesia disebut masih mengandalkan keberuntungan dan koneksi lama, tanpa arah permainan yang pasti. “Oman dan Indonesia masih berharap pada momen ajaib. Gaya bermain mereka stagnan, tidak berkembang, dan sulit mengejar ketertinggalan,” tambahnya.

Pernyataan itu seolah mencerminkan kekecewaan global terhadap tim yang sempat dijuluki “kuda hitam Asia Tenggara” ini. Padahal, beberapa tahun terakhir, Indonesia sempat menunjukkan kemajuan di bawah kepemimpinan Shin Tae-yong dengan kedisiplinan taktik dan fondasi pemain muda yang kuat.


Desakan Evaluasi untuk Patrick Kluivert dan PSSI

Kegagalan ini pun menambah tekanan besar terhadap PSSI dan Patrick Kluivert. Banyak pihak menilai evaluasi total harus dilakukan. Situasi ini mengingatkan publik pada keputusan mendadak PSSI saat memberhentikan Shin Tae-yong beberapa tahun lalu setelah serangkaian hasil buruk.

Kini, banyak suporter berharap langkah serupa bisa diterapkan kepada Kluivert yang dianggap gagal memberikan arah permainan jelas bagi skuad Merah Putih. Mereka menilai masalah Timnas bukan pada pemain, tetapi pada filosofi dan pendekatan pelatih yang tak cocok dengan karakter tim.

PSSI dikabarkan akan segera melakukan rapat evaluasi, termasuk membahas masa depan Kluivert. Sementara itu, sang pelatih sendiri mengaku masih belum memutuskan langkah ke depan usai kegagalan ini.

“Belum ada keputusan soal masa depan saya. Saya harus berdiskusi dengan PSSI terlebih dahulu,” ujar Kluivert usai laga terakhir melawan Irak.


Kritik media China seharusnya menjadi bahan refleksi bagi sepak bola Indonesia. Di tengah euforia naturalisasi dan perubahan cepat, konsistensi pembangunan tim sering kali terabaikan.

Jika ingin bersaing di level Asia, fondasi taktik, mental, dan pembinaan usia muda harus berjalan beriringan. Hanya dengan langkah sistematis, Indonesia bisa lepas dari label “tim potensial tanpa arah” yang kini mulai melekat di mata publik internasional.

Kegagalan menuju Piala Dunia 2026 bukan akhir segalanya, tetapi seharusnya menjadi awal untuk memperbaiki sistem dari akar — bukan sekadar mengganti pelatih atau pemain. Karena seperti yang dikatakan media China, “Indonesia tidak kekurangan talenta, mereka hanya perlu tahu cara menang.”

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram@gadgetvivacoid
FacebookGadget VIVA.co.id
X (Twitter)@gadgetvivacoid
Whatsapp ChannelGadget VIVA
Google NewsGadget