Media China Sindir Pedas Timnas Indonesia: Banyak Naturalisasi, Tapi Tak Bikin Kuat!
- IG/@erickthohir
Kritik juga datang dari penggemar sepak bola di media sosial yang menilai taktik Kluivert terlalu kaku dan minim improvisasi. Kalimat seperti “terlalu banyak omong, sedikit aksi” sering muncul di linimasa X (Twitter), menandakan kekecewaan fans terhadap kinerja pelatih.
Kluivert disebut gagal memanfaatkan kekuatan lini belakang yang seharusnya menjadi keunggulan Indonesia berkat kehadiran pemain seperti Idzes dan Verdonk. Selain itu, lini tengah yang seharusnya bisa lebih kreatif justru tampak kehilangan arah di dua laga penting terakhir.
Tak hanya dari China, beberapa media Asia lain juga turut menyoroti kegagalan Indonesia. Media Thailand dan Vietnam sempat menulis dengan nada serupa, mengaitkan kegagalan ini dengan strategi “beli jadi” lewat pemain naturalisasi.
Tren komentar di media sosial pun menunjukkan beragam reaksi. Sebagian publik menilai naturalisasi tetap penting sebagai proses jangka panjang, sementara lainnya menuntut PSSI lebih fokus membina pemain lokal agar bisa bersaing secara alami di level Asia.
Kritik dari China menjadi salah satu yang paling menohok karena menyentil kebijakan naturalisasi sebagai “bendera instan” tanpa hasil nyata. Meski begitu, sebagian analis menilai sindiran itu wajar karena ekspektasi publik terhadap Indonesia kini semakin tinggi setelah beberapa capaian impresif dalam dua tahun terakhir.
Kegagalan di Kualifikasi Piala Dunia 2026 menjadi pelajaran mahal bagi sepak bola Indonesia. PSSI kini dihadapkan pada dilema: melanjutkan program naturalisasi atau kembali membangun kekuatan dari pemain lokal.
Meski begitu, dukungan masyarakat terhadap Timnas Indonesia tetap besar. Banyak pihak berharap hasil pahit ini bisa menjadi batu loncatan untuk persiapan menuju Piala Asia dan SEA Games 2025, serta memperkuat fondasi pemain muda dari kompetisi domestik.
Langkah berikutnya akan sangat menentukan arah masa depan Garuda. Apakah Indonesia akan terus mengandalkan pemain naturalisasi, atau beralih membangun sistem pembinaan jangka panjang yang berkelanjutan, masih jadi pertanyaan besar.
Yang pasti, kritik dari media China kali ini menjadi pengingat bahwa jumlah pemain naturalisasi bukan jaminan sukses, jika tidak dibarengi dengan strategi dan visi permainan yang jelas.