Media Thailand Tersentak, Akui Akar Masalah Timnas Indonesia Bukan di Pemain tapi di Sistem

Timnas Indonesia
Sumber :
  • Timnas Indonesia

Gadget – Kekalahan 0-1 dari Irak di laga pamungkas Grup B Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia menjadi akhir pahit bagi perjalanan Timnas Indonesia.
Harapan untuk melihat Garuda terbang ke panggung dunia harus pupus, dan menariknya, media Thailand kini ikut “tersentak” menyadari kenyataan yang selama ini mereka abaikan.

Eizar Jacob Tanjung, Bintang Muda Berdarah Indonesia-Australia Siap Tampil Ganas di Piala Dunia U-17

Dalam laporan terbaru berjudul “Akhir ASEAN! Menambah tim tidak akan membantu, Piala Dunia 2026 tetap tanpa wakil ASEAN,” media Ball Thai menyoroti bukan hanya kegagalan Indonesia, tapi juga rapuhnya fondasi sepak bola Asia Tenggara secara keseluruhan.

“Kekalahan ini bukan sekadar eliminasi, tetapi menunjukkan bahwa sistem sepak bola nasional belum cukup kuat untuk berdiri di panggung dunia,” tulis Ball Thai dalam laporannya.

Media Inggris Heran: FIFA dan AFC Bungkam Soal Protes Indonesia atas Keuntungan Arab Saudi

Media Thailand tersebut menilai kegagalan Timnas Indonesia bukan disebabkan oleh kualitas pemain yang buruk. Masalah utama, kata mereka, justru terletak pada fondasi pembinaan dan sistem kompetisi dalam negeri yang belum kokoh.


Jurnalis Inggris Bongkar Dugaan Kecurangan FIFA-AFC, Timnas Indonesia Jadi Korban di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Bukan Pemain, tapi Sistem yang Lemah

Ball Thai menyoroti fenomena pemain keturunan yang kini mendominasi skuad Garuda. Menurut mereka, mengandalkan pemain blasteran hanyalah solusi jangka pendek yang tidak akan membawa perubahan berarti bagi masa depan sepak bola Indonesia.

“Mengandalkan pemain blasteran hanyalah jalan pintas sementara, bukan fondasi berkelanjutan. Dalam dua laga krusial, Indonesia hanya menurunkan enam pemain lokal berdarah murni, sisanya pemain yang tumbuh besar di luar negeri,” tulis media itu.

Kritik tersebut dianggap menohok, mengingat PSSI dan pelatih Patrick Kluivert memang lebih banyak mengandalkan pemain diaspora pada putaran kualifikasi kali ini.
Namun, Ball Thai menegaskan, tanpa sistem pembinaan usia muda yang kuat, Indonesia akan terus berada di siklus yang sama: bersinar sebentar lalu padam kembali.

“Masalah utama sepak bola Indonesia adalah kurangnya produksi pemain berkualitas dari sistem pembinaan usia muda,” tegas Ball Thai.


ASEAN Masih Jauh dari Level Asia

Sebelumnya, media Thailand itu menjadikan Indonesia sebagai “wakil terakhir ASEAN” yang diharapkan bisa menembus Piala Dunia 2026, setelah Thailand dan Vietnam lebih dulu tersingkir.
Namun kekalahan dari Irak membuat harapan itu sirna dan menjadi bukti betapa jauhnya jarak antara tim-tim ASEAN dan elite Asia seperti Jepang, Korea Selatan, serta Iran.

Bagi Ball Thai, kegagalan Garuda harus menjadi cermin bagi seluruh negara ASEAN. Mereka menilai sudah saatnya kawasan ini berhenti mencari jalan pintas dan mulai melakukan revolusi sepak bola dari bawah — melalui akademi muda, infrastruktur, dan kompetisi lokal yang sehat.


Tagar #KluivertOut dan Suara Suporter

Di Indonesia sendiri, kegagalan ini langsung memunculkan reaksi keras dari publik. Tagar #KluivertOut menggema di berbagai media sosial sebagai bentuk kekecewaan terhadap hasil buruk dan taktik Patrick Kluivert.

Namun, bagi Ball Thai, amarah suporter hanyalah gejala dari masalah yang lebih dalam. Mereka menulis, “Tidak ada jalan pintas menuju Piala Dunia tanpa perbaikan struktural yang serius. Mengandalkan pemain ras campuran mungkin mempercantik citra tim, tapi tidak bisa menggantikan sistem pembinaan pemain muda yang kuat.”


Meski bernada kritik, Ball Thai menutup laporannya dengan nada optimistis. Mereka percaya, mimpi Indonesia untuk tampil di Piala Dunia bukanlah hal mustahil—asal ada keberanian untuk berbenah dari akar.

“Meraih impian Piala Dunia bukan mustahil. Indonesia mungkin gagal hari ini, tapi jika mereka belajar dari kesalahan dan membangun kembali fondasi mereka, panggung dunia suatu hari nanti bisa menyambut Garuda kembali,” tutup laporan itu.

Pesan tersebut seakan menjadi peringatan bagi seluruh Asia Tenggara:
Kekalahan Indonesia bukan akhir dari segalanya, melainkan sinyal keras bahwa tanpa perubahan mendasar, mimpi Piala Dunia hanya akan jadi dongeng.

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram@gadgetvivacoid
FacebookGadget VIVA.co.id
X (Twitter)@gadgetvivacoid
Whatsapp ChannelGadget VIVA
Google NewsGadget