Jauh Sebelum Dipecat PSSI, Alex Pastoor Sudah Ramal Tak Akan Lama Tangani Timnas Indonesia
- Kitagaruda
“Saya sudah terlalu lama di sepak bola untuk terkejut dengan hal seperti ini. Mereka mungkin sedang membangun proyek jangka panjang, bukan hanya soal lolos ke Piala Dunia,” ujarnya.
Tiga Poin Penting dalam Kesepakatan dengan PSSI
Pastoor mengungkapkan bahwa sejak awal, ada tiga poin utama dalam kesepakatan kerja sama mereka dengan PSSI. Salah satunya adalah target ambisius: membawa Indonesia ke Piala Dunia 2026.
Namun, menurutnya, target tersebut tidak realistis bila melihat posisi Indonesia di peringkat 119 dunia pada saat itu.
“Tentu akan luar biasa jika bisa lolos ke Piala Dunia, tapi dengan posisi seperti itu, sangat sulit untuk mencapainya,” ujarnya.
Pastoor menilai bahwa meski skuad Garuda memiliki potensi besar, tim masih butuh waktu dan struktur kompetisi yang lebih matang agar mampu bersaing di level dunia.
Sadar Tak Akan Bertahan Lama
Sejak awal, Alex Pastoor memang dikenal sebagai pelatih yang tidak menetap lama di satu tempat.
Kariernya di Eropa pun banyak diwarnai proyek jangka pendek—dari AZ Alkmaar, Sparta Rotterdam, hingga Almere City.
Pendekatan pragmatis itu juga ia bawa saat bergabung dengan Timnas Indonesia.
Ketika proyek bersama Patrick Kluivert berakhir, Pastoor tampak menerima keputusan PSSI dengan tenang. Ia menyebut hal itu sebagai bagian alami dari dinamika sepak bola.
“Itu bukan hal mengejutkan. Kami sudah melakukan segalanya semampu kami, tapi kadang hasilnya tidak sesuai harapan,” kata Pastoor.
Kini, usai meninggalkan Timnas Indonesia, Pastoor mengaku ingin mengambil jarak dari dunia sepak bola. Ia mulai menatap kehidupan di luar lapangan hijau.
“Ada banyak hal yang bisa aku lakukan. Aku ingin memberi ruang untuk mencoba hal-hal lain di luar sepak bola,” ucapnya.
Ucapan Alex Pastoor sebelum datang ke Indonesia kini terbukti bukan sekadar kebetulan.
Sejak awal, ia sudah sadar bahwa misinya bersama skuad Garuda tidak akan bertahan lama.
Bagi Pastoor, pengalaman singkat itu bukan kegagalan, melainkan bagian dari siklus alamiah dalam karier seorang pelatih.
Kepergiannya bersama Kluivert menutup satu babak dalam perjalanan singkat proyek pelatih asing di Timnas Indonesia.
Namun, kisahnya juga meninggalkan catatan penting—bahwa sepak bola nasional masih butuh waktu dan arah yang jelas untuk benar-benar siap bersaing di panggung dunia.