Belum Ada Rapat, Belum Ada Nama! PSSI Bantah Kencang Isu Pelatih Baru Timnas
- PSSI
“Setelah daftar kandidat lengkap, barulah nama-nama tersebut akan dibawa ke rapat Exco untuk diputuskan bersama,” jelas Arya.
PSSI Bantah Erick Thohir Ambil Keputusan Sendiri
Salah satu narasi yang paling viral adalah klaim bahwa Erick Thohir akan menentukan pelatih baru secara otoriter, tanpa melibatkan Exco. Tuduhan ini langsung dibantah oleh Arya Sinulingga.
Ia menegaskan bahwa keputusan akhir akan diambil secara kolektif melalui mekanisme rapat resmi Exco, sesuai dengan statuta PSSI. Tidak ada ruang bagi keputusan sepihak, apalagi intervensi politis.
“Kalau ada yang bilang Ketum memutuskan sendiri, itu tidak benar. Semua keputusan nantinya hasil pembahasan Exco,” tegasnya.
Pernyataan ini penting untuk menegaskan komitmen PSSI terhadap tata kelola yang transparan dan demokratis, terutama di tengah tekanan publik yang tinggi pasca kegagalan Piala Dunia.
Mengapa PSSI Butuh Waktu? Ini Pertimbangan Strategisnya
Bagi sebagian pihak, proses seleksi yang lambat mungkin terasa frustrasi. Namun, PSSI memiliki alasan strategis:
- Menghindari keputusan terburu-buru seperti rekrutmen pelatih sebelumnya yang berujung pada hasil tidak optimal.
- Menyelaraskan visi jangka panjang dengan program pembinaan usia muda dan roadmap Timnas hingga 2030.
- Memastikan kandidat benar-benar memahami karakter sepak bola Indonesia, bukan sekadar nama besar.
- Melibatkan stakeholder teknis, termasuk pelatih akademi dan direktur teknik, dalam proses evaluasi.
Dengan kata lain, PSSI tidak hanya mencari “pelatih”, tapi arsitek transformasi sepak bola nasional.
Peran Publik: Jangan Jadi Penyebar Hoaks
Arya Sinulingga mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah percaya pada informasi yang tidak bersumber resmi. Ia menekankan bahwa satu-satunya saluran informasi resmi adalah situs web dan akun media sosial terverifikasi PSSI.
“Pelatih-pelatih yang menjadi kandidat masih dikumpulkan. Setelah lengkap, baru bisa dilihat bagaimana hasil rapat Exco. Jadi, semua kabar di luar itu hoaks,” pungkasnya.
Di era digital, hoaks bisa menyebar lebih cepat daripada fakta. Dan dalam konteks sepak bola—yang menyentuh emosi jutaan orang—misinformasi bisa memicu polarisasi, tekanan tidak sehat pada federasi, bahkan merusak reputasi calon pelatih yang belum tentu bersedia.