Ini Kronologis Lengkapnya! Bentrokan Ormas dan Debt Collector Ricuh di Daan Mogot

Ini Kronologis Lengkapnya! Bentrokan Ormas dan Debt Collector Ricuh di Daan Mogot
Sumber :
  • Tangkapan layar unggahan Instagram @pokdar_kapuk

GadgetJakarta Barat digemparkan dengan insiden kekerasan antarkelompok pada Senin, 10 November 2025 siang. Bentrokan antara ormas dan kelompok debt collector (dikenal dengan sebutan “matel” atau mata elang) meletus di kawasan Cengkareng, tepatnya di sekitar Jalan Daan Mogot salah satu koridor lalu lintas tersibuk di ibu kota.

Waspada! Ini Ciri-Ciri Debt Collector Palsu yang Harus Kamu Kenali Sebelum Terlambat!

Peristiwa yang berlangsung sekitar pukul 12.30 WIB ini tidak hanya memicu kepanikan warga, tetapi juga menyebabkan kemacetan parah dan satu korban luka berat yang tergeletak bersimbah darah di tengah jalan. Meski situasi kini telah kondusif usai mediasi polisi, insiden ini mengungkap kembali kerentanan sosial akibat praktik penagihan kendaraan yang kerap memicu konflik horizontal.

Artikel ini menyajikan kronologi lengkap, dugaan pemicu, respons aparat keamanan, serta analisis mengapa bentrokan semacam ini terus berulang di Jakarta.

Cara Aman Menghapus Data Pinjol Permanen 2024, Lindungi Privasi Anda!

Awal Mula: Ketegangan yang Meledak Saat Makan Siang

Menurut kesaksian Irma (38), seorang pedagang di sekitar lokasi, suasana awalnya tenang seperti hari biasa. Namun, segalanya berubah dalam hitungan menit.

Jika Pinjol OJK Tidak Dibayar: Apa yang Terjadi dan Konsekuensinya

“Tiba-tiba ada yang datang ramai gerombolan, ada yang pakai helm, bawa bambu, bawa batu,” ungkap Irma kepada Kompas.com. 

Gerombolan tersebut yang belakangan diketahui berasal dari ormas Badan Pembinaan Potensi Keluarga Besar Banten (BPPKB) langsung menuju gerbang masuk kawasan ruko tempat kantor debt collector beroperasi.

“Mereka itu ngarahnya ke gerbang masuk sini, ternyata nyariin matel. Terus enggak lama jadi berantem lah itu, lempar-lemparan,” tambahnya. 

Adegan saling lempar batu dan kayu ini membuat warga sekitar panik. Sejumlah pengendara menghindar, sementara pedagang menutup lapak demi keselamatan.

Dugaan Pemicu: Penarikan Paksa Motor Milik Anggota Ormas

Berdasarkan informasi dari saksi dan pihak ormas, bentrokan bermula dari dugaan penarikan paksa sepeda motor milik salah satu anggota BPPKB beberapa hari sebelumnya.

“Kata salah satu si ormasnya itu, ada yang motornya diambil. Terus kayaknya enggak tahu ngadu apa gimana ke temen-temennya mungkin ya, jadilah ribut itu,” jelas Irma. 

Praktik penarikan kendaraan oleh debt collector meski secara hukum bisa dibenarkan jika ada wanprestasi sering kali dilakukan tanpa prosedur resmi, memicu amarah keluarga atau komunitas korban. Dalam banyak kasus, tidak adanya saluran penyelesaian damai membuat konflik berujung pada kekerasan fisik.

Korban dan Kericuhan: Satu Orang Terluka Parah

Di tengah baku lempar, seorang anggota ormas terlihat tergeletak di tengah jalan dalam kondisi bersimbah darah.

“Ada tadi satu, geletakan tuh di tengah jalan berdarah-darah, dari si ormasnya kalau enggak salah,” ungkap Irma. 

Belum diketahui pasti apakah luka tersebut akibat pukulan, lemparan benda tumpul, atau senjata tajam. Polisi juga belum merinci jumlah korban dari kedua belah pihak, hanya menyatakan bahwa ada luka ringan hingga sedang di kedua kubu.

Respons Cepat Polisi: Mediasi di Polsek Cengkareng

Tak lama setelah bentrokan pecah, aparat Polsek Cengkareng tiba di lokasi dan berhasil membubarkan massa.

“Setelah ada polisi, baru adem, terus udah deh masuk ke dalam mereka, ditengahin di dalam biar enggak macet jalanan,” kata Irma. 

Iptu Aang Kaharudin, Kanit Reskrim Polsek Cengkareng, membenarkan bahwa bentrokan melibatkan ormas BPPKB dan kelompok matel. Kedua pihak kini sedang menjalani proses mediasi di Mapolsek untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.

Sementara itu, Kapolres Metro Jakarta Barat AKBP Tri Suhartanto menegaskan bahwa insiden ini berawal dari kesalahpahaman, bukan konflik berlatar ideologi atau dendam lama.

“Jadi informasi yang didapat, ini berawal dari kesalahpahaman dari kedua kelompok ini, hingga terjadi perselisihan dan mereka melakukan penyerangan ke tempat salah satu kelompok berada,” jelas Tri. 

Ia juga menjamin situasi kini sudah kondusif dan damai, serta mengimbau masyarakat tidak terprovokasi oleh informasi simpang siur di media sosial.

Analisis: Mengapa Bentrokan Ormas dan Matel Kerap Terjadi di Jakarta?

Insiden di Cengkareng bukan yang pertama. Dalam lima tahun terakhir, setidaknya 12 kasus serupa tercatat di Jakarta dan sekitarnya. Ada tiga faktor utama yang membuat konflik ini terus berulang:

1. Praktik Penagihan yang Tidak Profesional
Banyak debt collector menggunakan cara-cara intimidatif dan main hakim sendiri, seperti menarik kendaraan di tempat umum tanpa pemberitahuan resmi atau kehadiran pihak leasing.

2. Solidaritas Kelompok yang Tinggi
Ormas dan komunitas motor kerap memiliki ikatan emosional kuat. Ketika salah satu anggotanya merasa “dihina” atau “dirugikan”, reaksi kolektif meski tidak rasional menjadi norma sosial.

3. Minimnya Penyelesaian Alternatif
Masyarakat kecil kerap tidak tahu ke mana harus mengadu. Jalur hukum dianggap mahal dan lambat, sehingga jalan kekerasan dianggap sebagai satu-satunya cara menegakkan keadilan.

Dampak Sosial: Ketakutan Warga dan Gangguan Ekonomi

Bagi warga sekitar, insiden seperti ini bukan sekadar berita tapi ancaman nyata terhadap keamanan dan mata pencaharian.

Pedagang seperti Irma terpaksa menutup lapak, takut terkena imbas bentrokan. Pengemudi ojek online dan taksi daring menghindari kawasan Daan Mogot, sementara pelanggan toko memilih tidak keluar rumah.

Ketika konflik antarkelompok terjadi di pusat kota, seluruh ekosistem sosial-ekonomi ikut terganggu.

Langkah Preventif: Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?

Untuk mencegah kejadian serupa, diperlukan pendekatan holistik:

  • Regulasi ketat terhadap debt collector, termasuk sertifikasi dan pengawasan oleh OJK
  • Pembentukan mekanisme mediasi cepat di tingkat kelurahan untuk sengketa penagihan
  • Kampanye edukasi hukum bagi masyarakat tentang hak konsumen dan cara mengadu
  • Pemantauan aktif ormas oleh Satpol PP dan kepolisian, terutama yang memiliki riwayat kekerasan

Kesimpulan: Damai di Permukaan, Tapi Akar Masalah Belum Tuntas

Meski polisi menyatakan situasi telah kondusif dan damai, perdamaian ini bersifat permukaan. Tanpa penanganan akar masalah praktik penagihan liar, ketimpangan akses keadilan, dan budaya kekerasan sebagai solusi bentrokan serupa akan terus terjadi, entah di Cengkareng, Kalideres, atau kawasan lain di Jakarta.

Masyarakat berhak atas ruang publik yang aman. Dan keamanan itu tidak cukup dijaga hanya oleh polisi tapi oleh sistem yang adil, transparan, dan manusiawi.

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram@gadgetvivacoid
FacebookGadget VIVA.co.id
X (Twitter)@gadgetvivacoid
Whatsapp ChannelGadget VIVA
Google NewsGadget