PSSI Siap Keluarkan Rp30 Miliar? Gaji Heitinga Bikin Kluivert Kalah Jauh!
- Instagram/@njohnheitinga
Siapa John Heitinga? Dari Pemain Top hingga Pelatih Kontroversial
Heitinga bukan nama asing di dunia sepak bola. Mantan bek timnas Belanda ini mencatat 87 caps dan pernah bermain di klub elite seperti Everton dan Atlético Madrid. Di Everton, menurut The Mirror, ia menerima £55.000 per minggu setara Rp1,2 miliar per minggu pada masa itu dan mengumpulkan puluhan juta pound selama 15 tahun kariernya.
Setelah pensiun, ia menjadi asisten pelatih di Ajax, lalu Liverpool, sebelum kembali ke Ajax sebagai pelatih kepala pada 2024. Namun, masa jabatannya singkat dan penuh kritik, karena tim gagal tampil konsisten di Eredivisie dan tersingkir dini di kompetisi Eropa.
Yang menarik, Heitinga memiliki keturunan Indonesia dari garis ibunya. Dalam wawancara dengan The John Dykes Show, ia pernah mengungkapkan ketertarikannya melatih Timnas Indonesia:
“Mungkin di masa depan, kamu tidak pernah tahu.”
Pernyataan itu kini kembali viral, terutama setelah nama-nama kandidat lain seperti Timur Kapadze (yang ternyata sudah tanda tangan dengan Navbahor Namangan), Felix Sanchez, Jesus Casas, dan Heimir Hallgrimsson menghilang dari radar.
Kini, hanya tersisa John Heitinga, Giovanni van Bronckhorst, dan John Herdman sebagai kandidat serius.
Apakah Gaji Rp30 Miliar Masuk Akal untuk Timnas Indonesia?
Secara global, gaji €1,5 juta memang wajar untuk pelatih di liga top Eropa. Tapi untuk Timnas Indonesia, angka tersebut tergolong sangat tinggi bahkan melebihi gaji pelatih di negara-negara Asia yang lebih maju seperti Jepang (Hajime Moriyasu: ~€1,2 juta/tahun) atau Korea Selatan.
Pertimbangan utamanya adalah nilai tukar ke manfaat nyata:
- Apakah Heitinga punya rekam jejak melatih tim nasional? Tidak.
- Apakah ia pernah sukses membangun tim jangka panjang? Belum terbukti.
- Apakah federasi Indonesia mampu menanggung risiko finansial sebesar itu pasca kegagalan Kluivert? Masih dipertanyakan.
Selain itu, struktur pelatih Timnas Indonesia juga membutuhkan staf pendukung berkualitas yang berarti total biaya bisa membengkak hingga Rp50 miliar per tahun jika termasuk asisten, analis, dan tim medis.