Link Video Detik-detik Jepang Dilanda Gempa Besar dan Tsunami Kecil
- ilustrasi
Guncangan dahsyat kembali mengguncang Jepang pada Senin malam (8/12/2025). Gempa berkekuatan magnitudo 7,6 yang terjadi menjelang tengah malam itu menyisakan kepanikan luas, terutama bagi warga yang merasakan getaran horizontal yang begitu kuat hingga tubuh nyaris tidak mampu berdiri tegak. Walaupun Jepang dikenal sebagai negara yang sangat siap menghadapi bencana, kejadian kali ini tetap meninggalkan cerita menegangkan dari berbagai daerah terdampak.
Gempa terjadi sekitar pukul 23.15 waktu setempat, dengan pusat berada di lepas pantai Prefektur Aomori, tepatnya sekitar 80 kilometer dari daratan dan berada di kedalaman 54 kilometer. Dalam hitungan menit, kawasan pesisir langsung digemparkan bunyi alarm peringatan tsunami yang dikeluarkan Badan Meteorologi Jepang (JMA). Dengan potensi gelombang mencapai hingga 3 meter, warga pun bergegas melakukan evakuasi besar-besaran.
Lebih dari 90.000 penduduk dilaporkan meninggalkan rumah mereka menuju dataran tinggi. Situasi yang tadinya tenang berubah seketika menjadi penuh kegaduhan. Meski demikian, tiga jam setelah guncangan utama, JMA menurunkan peringatan tersebut menjadi peringatan dini. Pada Selasa pagi (9/12/2025) sekitar pukul 06.20, seluruh peringatan tsunami resmi dicabut.
Guncangan yang Menyulitkan Warga Berdiri
Di sejumlah wilayah seperti Hokkaido dan Aomori, warga merasakan getaran yang begitu kuat dan berlangsung sekitar 30 detik. Di Hokkaido, seorang jurnalis NHK yang sedang bertugas menggambarkan momen dramatis tersebut dalam siaran langsung. Ia sempat kehilangan keseimbangan karena guncangan horizontal yang menghentak.
“Saya bahkan tidak bisa berdiri… rasanya sangat dahsyat,” ungkapnya. Cuplikan wawancara itu kemudian viral dan memperlihatkan betapa kuatnya gempa kali ini.
Di Kota Hachinohe, banyak orang berhamburan keluar rumah sambil berpegangan pada tembok dan tiang. Beberapa warga mengaku lutut mereka bergetar hebat, membuat langkah menjadi sangat sulit. Ketika gempa besar terjadi, Jepang sering mengalami apa yang disebut gerakan tanah berperiode panjang, yaitu gelombang seismik lambat yang beramplitudo besar dan bisa dirasakan dalam durasi lebih lama. Gerakan seperti ini sangat memengaruhi gedung-gedung bertingkat.
Di Rokkasho, Prefektur Aomori, JMA mencatat gerakan berperiode panjang level 3, tingkat tertinggi kedua dari skala empat level. Pada level ini, orang-orang di gedung tinggi bisa saja benar-benar kehilangan kemampuan untuk berdiri.
Kerusakan di Berbagai Lokasi
Meski tsunami yang terjadi relatif kecil, berkisar antara 20 hingga 70 sentimeter di pesisir Hokkaido dan Aomori, dampak gempa tetap menimbulkan sejumlah kerusakan fisik. Badan Penanggulangan Kebakaran dan Bencana Jepang melaporkan sedikitnya 23 orang terluka, termasuk satu orang dalam kondisi serius.
Mayoritas korban mengalami cedera akibat tertimpa langit-langit atau benda jatuh saat guncangan mengoyang bangunan. Di Hachinohe, pecahan kaca berserakan di jalanan. Beberapa tamu hotel yang mengalami luka ringan dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan.
Di sisi lain, seorang pengemudi mobil harus dievakuasi setelah kendaraannya terperosok ke dalam lubang besar yang terbentuk akibat pergeseran tanah saat gempa.
Evakuasi Massal dan Gangguan Transportasi
Meskipun tsunami yang terjadi lebih kecil dari perkiraan awal, peringatan potensi gelombang besar membuat warga tak mau mengambil risiko. Ribuan orang memadati area-area aman sementara petugas keamanan dan relawan bekerja keras memastikan proses evakuasi berjalan tertib.
Layanan kereta cepat Shinkansen yang menghubungkan Fukushima dan Aomori sempat dihentikan demi alasan keselamatan. Setelah dilakukan pengecekan jalur, layanan kembali beroperasi normal pada Selasa pagi.
Alarm peringatan gempa yang berbunyi bersamaan di ponsel warga juga menambah kepanikan. Suasana malam yang tenang berubah menjadi hiruk-pikuk saat sirene peringatan memecah kesunyian, memaksa warga bergegas mencari perlindungan.
Jepang Tetap Waspada
Walaupun sistem mitigasi bencana di Jepang tergolong sangat maju, gempa kali ini kembali membuktikan bahwa kejadian alam besar tetap meninggalkan rasa takut dan trauma bagi warga yang mengalaminya. Pemerintah Jepang menegaskan bahwa mereka akan terus memonitor aktivitas seismik di kawasan utara, khususnya di sekitar Aomori dan Hokkaido.
Para ahli memperkirakan bahwa gempa susulan masih mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan. Oleh karena itu, otoritas meminta warga tetap waspada dan mengikuti seluruh arahan keamanan.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa Jepang yang berada di Cincin Api Pasifik selalu memiliki risiko gempa besar. Namun, kesiapan masyarakat, kecepatan respon pemerintah, dan teknologi peringatan dini kembali menunjukkan mengapa negara itu mampu meminimalisasi korban dalam banyak bencana serupa.