Bos YouTube Larang Anaknya Main Medsos! Ini yang Harus Orang Tua Tahu

Bos YouTube Larang Anaknya Main Medsos! Ini yang Harus Orang Tua Tahu
Sumber :
  • Alodokter

Gadget – Di balik layar smartphone yang menyala setiap pagi di kamar anak, ada krisis diam-diam yang kian mengkhawatirkan: kecanduan layar, tekanan sosial, dan kerentanan mental pada usia dini. Ironisnya, orang-orang yang paling memahami bahaya ini justru bukan para pengamat, melainkan para pencipta platform tersebut sendiri.

Dalam wawancara terbaru, Neil Mohan, CEO YouTube, mengungkap kebijakan ketat di rumahnya: anak-anaknya dibatasi akses ke YouTube dan aplikasi media sosial, terutama di hari sekolah. Bahkan di akhir pekan, penggunaan layar tetap diawasi. “Aturan keluarga kami tidak sempurna,” katanya jujur, “tapi kami berusaha menjaga keseimbangan.”

Pernyataan ini bukan sekadar pengakuan pribadi melainkan sinyal kuat dari dalam industri teknologi: jika mereka yang membangun dunia digital ini enggan membiarkan anaknya tenggelam di dalamnya, mungkin kita semua perlu berpikir ulang.

Artikel ini mengupas mengapa para pemimpin tech membatasi medsos untuk anak mereka, apa yang dikatakan para ahli dan undang-undang terkini, serta mengapa tanggung jawab utama tetap berada di tangan orang tua bukan algoritma.

Pengakuan Jujur dari Bos YouTube: “Kami Batasi Anak Kami”

Neil Mohan bukan orang pertama, tapi suaranya sangat berbobot. Sebagai pemimpin platform video terbesar di dunia yang setiap hari menyajikan konten tak terbatas ke miliaran pengguna ia justru tidak mempercayai sistem terbuka YouTube untuk anak-anaknya sendiri.

Ia memilih pendekatan berbasis keseimbangan:

  • Waktu layar dibatasi ketat di hari sekolah
  • Lebih fleksibel di akhir pekan, tapi tetap diawasi
  • Penggunaan YouTube umum dihindari, diganti dengan YouTube Kids

Yang menarik, Mohan mengakui bahwa alat kontrol orang tua tidak cukup. “Teknologi bisa membantu, tapi tidak menggantikan peran aktif orang tua,” katanya. Pandangan ini mencerminkan pergeseran di kalangan eksekutif tech: dari optimisme buta terhadap inovasi digital, kini beralih ke sikap kritis dan penuh kehati-hatian terhadap dampak sosialnya.

Pola yang Sama: Dari Susan Wojcicki hingga Bill Gates

Fenomena ini bukan eksklusif milik Mohan. Banyak tokoh teknologi ternyata menerapkan aturan ketat di rumah:

  • Susan Wojcicki (mantan CEO YouTube): Anak-anaknya hanya boleh menggunakan YouTube Kids, dan waktu layar dibatasi harian.
  • Bill Gates: Melarang anak memiliki ponsel hingga usia 14 tahun, dan dilarang membawa HP ke meja makan.
  • Mark Cuban: Menggunakan alat pemantau jaringan untuk melacak aplikasi yang digunakan anak, dan memutus akses bila perlu.

Fakta ini mengungkap paradoks besar:

Mereka menciptakan alat yang dirancang untuk menarik perhatian selama mungkin tapi justru melindungi anak mereka dari daya tarik itu.

Ini bukan hipokrisi. Ini adalah pengakuan jujur akan risiko yang mereka sendiri ciptakan.

Peringatan Para Ahli: Medsos Bukan Mainan untuk Anak

Suara para eksekutif tech kini sejalan dengan peringatan ilmuwan dan psikolog. Salah satu yang paling vokal adalah Jonathan Haidt, profesor dari Universitas New York, yang dalam bukunya “The Anxious Generation” menyatakan:

“Smartphone dan media sosial telah memicu krisis kesehatan mental pada remaja. Anak di bawah 14 sebaiknya tidak punya smartphone. Dan di bawah 16? Tidak boleh pakai media sosial sama sekali.”

Menurut Haidt, medsos tidak hanya soal hiburan ia membawa tiga ancaman utama ke kehidupan anak:

  • Tekanan sosial 24/7 – tidak ada waktu “offline” dari penilaian teman
  • Pengejaran validasi – like, follower, dan komentar menjadi ukuran harga diri
  • Paparan konten berbahaya – mulai dari konten ekstrem hingga AI-generated “slop” yang menyesatkan

Studi menunjukkan korelasi kuat antara penggunaan medsos intensif dan peningkatan kecemasan, depresi, gangguan tidur, dan bahkan ide bunuh diri pada remaja terutama perempuan.

Dunia Mulai Bertindak: Australia Larang Medsos untuk Anak di Bawah 16

Tanda bahwa kekhawatiran ini bukan lagi teori: pemerintah mulai mengambil langkah tegas.

Pada Oktober 2025, Australia resmi melarang pengguna di bawah 16 tahun mengakses platform media sosial utama seperti Instagram, TikTok, dan Snapchat. Langkah ini didukung 76% responden dalam jajak pendapat nasional, meski menuai kritik dari kelompok privasi dan perusahaan tech.

Namun, intinya jelas: negara tidak lagi menyerahkan perlindungan anak sepenuhnya kepada orang tua atau perusahaan. Ini adalah pengakuan bahwa medsos seperti alkohol atau rokok harus diatur karena risikonya terlalu besar untuk generasi muda.

Negara lain, termasuk Inggris, Prancis, dan Kanada, kini menggodok kebijakan serupa. Di AS, beberapa negara bagian telah melarang notifikasi push untuk pengguna remaja, demi mengurangi ketergantungan.

Mengapa Orang Tua Harus Jadi Garda Terdepan

Meski perusahaan seperti Google mengklaim komitmen terhadap keamanan anak melalui fitur seperti YouTube Kids, Family Link, atau kontrol waktu layar kenyataannya, algoritma tetap dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna selama mungkin.

YouTube Kids, misalnya, masih dipenuhi AI-generated channels yang memproduksi konten “slop” berkualitas rendah namun menarik bagi anak karena musik repetitif dan animasi cerah. Banyak dari konten ini lolos moderasi otomatis dan menyedot miliaran tayangan.

Dalam konteks ini, teknologi bukan solusi ia bagian dari masalah.

Satu-satunya penangkal efektif adalah kehadiran aktif orang tua:

  • Menetapkan aturan penggunaan jelas
  • Menjadi teman diskusi tentang dunia digital
  • Memberikan alternatif nyata: bermain di luar, membaca buku, kegiatan keluarga

Seperti dikatakan Mohan: “Apps won’t set limits on their own.”

Jika Anda tidak mengatur, algoritma akan melakukannya demi keuntungan, bukan demi kesejahteraan anak Anda.

Kesimpulan: Menyerahkan Anak pada Medsos Bukanlah Kebebasan Itu Kelalaian

Kalimat penutup dalam artikel asli sangat tajam:

“Leaving kids alone with social media is not freedom. It is neglect.”

Dan kenyataannya, mereka yang paling tahu bahayanya justru yang paling protektif.

Jika bos YouTube, pendiri Microsoft, dan miliarder tech membatasi akses anak mereka ke dunia digital, maka bukan berarti mereka anti-teknologi mereka pro-anak.

Sebagai orang tua di era digital, tugas kita bukan melarang teknologi, tapi mengelolanya dengan bijak. Karena kebebasan sejati bukanlah akses tak terbatas melainkan kemampuan membuat pilihan sehat, didukung oleh kasih sayang dan bimbingan.

Jangan biarkan algoritma mendidik anak Anda.
Anda dan hanya Anda yang seharusnya memegang kendali itu.

 

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram@gadgetvivacoid
FacebookGadget VIVA.co.id
X (Twitter)@gadgetvivacoid
Whatsapp ChannelGadget VIVA
Google NewsGadget