Studi: Virtual Reality Bisa Prediksi Alzheimer Lewat Navigasi Otak

Studi: Virtual Reality Bisa Prediksi Alzheimer Lewat Navigasi Otak
Sumber :
  • Apple

Gadget – Teknologi Virtual Reality (VR) semakin berkembang dan tak hanya digunakan dalam dunia hiburan, tetapi juga dalam sektor medis. Salah satu terobosan terbaru adalah pemanfaatan VR untuk deteksi dini penyakit Alzheimer.

Lewat simulasi navigasi dalam lingkungan virtual, para peneliti dapat mengukur kemampuan memori spasial seseorang. Metode ini diharapkan bisa menjadi cara non-invasif dan lebih murah dibandingkan tes neurologis atau pemindaian otak yang selama ini digunakan.

Lalu, bagaimana cara kerja teknologi ini dalam mendeteksi Alzheimer? Berikut ulasan lengkapnya.

Mengapa VR Digunakan untuk Mendeteksi Alzheimer?

Hingga saat ini, diagnosis Alzheimer masih mengandalkan metode seperti:

  • Tes neurologis mahal, yang membutuhkan waktu dan sumber daya besar.
  • Pemindaian otak menggunakan MRI atau PET scan, yang sulit diakses banyak pasien.
  • Analisis darah untuk mendeteksi biomarker Alzheimer, yang meskipun efektif, masih dalam tahap pengembangan.

Namun, penelitian terbaru menemukan bahwa navigasi otak dan memori spasial dapat menjadi indikator awal Alzheimer. Inilah yang kemudian diuji menggunakan Virtual Reality (VR).

Dengan VR, seseorang dapat diuji dalam lingkungan virtual untuk melihat bagaimana mereka mengingat lokasi objek dan bernavigasi dalam ruang tertentu. Jika ada gangguan dalam memori spasial, maka kemungkinan besar ada kaitannya dengan perubahan protein di otak yang berhubungan dengan Alzheimer.

Bagaimana VR Mengukur Risiko Alzheimer?

Penelitian terbaru yang dikutip dari Digital Trends (7/4) mengungkap cara kerja VR dalam mendeteksi Alzheimer.

  • Peserta diminta mengingat lokasi berbagai objek di dalam ruang virtual yang telah ditentukan.
  • Pengukuran dilakukan dengan sensor VR yang melacak gerakan kepala dan mata peserta saat mereka bernavigasi.
  • Hasil tes dikaitkan dengan biomarker Alzheimer, seperti plasma Aβ42/Aβ40 dan pTau217, yang merupakan protein di otak yang sering dikaitkan dengan penyakit ini.
  • Perbedaan hasil ditemukan pada beberapa kelompok usia, termasuk orang muda, lanjut usia, serta mereka yang memiliki gangguan kognitif ringan (Mild Cognitive Impairment - MCI).

Hasilnya menunjukkan bahwa orang dengan MCI mengalami kesulitan signifikan dalam tugas memori di lingkungan VR, yang menjadi indikasi awal Alzheimer.

Tes Navigasi dalam VR: Apa yang Dilihat Peneliti?

Untuk lebih memahami bagaimana memori spasial dipengaruhi Alzheimer, para peneliti melakukan tes navigasi yang terdiri dari beberapa skenario:

1. Bernavigasi di Koridor Virtual
Peserta diminta untuk berjalan melalui koridor virtual dengan berbagai tikungan dan rintangan. Jika seseorang kesulitan menemukan jalur yang benar, itu bisa menjadi tanda gangguan kognitif awal.

2. Mencari Landmark Tersembunyi
Peneliti menempatkan objek tertentu di lokasi yang tersembunyi dalam dunia VR. Mereka kemudian mengamati apakah peserta mampu mengingat lokasi objek ini setelah beberapa waktu.

3. Menguji Respons Mata dan Kepala
Dengan sensor pelacak mata dan gerakan kepala, peneliti bisa mengetahui apakah seseorang mencoba mencari "jalan pintas" karena kesulitan mengingat rute yang benar.

Dari sini, ditemukan pola bahwa orang dengan gejala Alzheimer lebih sering tersesat atau membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugas ini.

Keunggulan VR untuk Deteksi Dini Alzheimer

Teknologi VR menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan metode diagnosis Alzheimer konvensional:

  • Non-invasif – Tidak memerlukan tes darah atau pemindaian otak yang mahal.
  • Lebih mudah diakses – Bisa dilakukan di rumah sakit atau klinik dengan perangkat VR standar.
  • Hasil lebih cepat – Uji coba dalam lingkungan VR bisa memberikan hasil dalam hitungan menit atau jam.

Dapat digunakan untuk pemantauan jangka panjang – Pasien dapat dites secara berkala untuk melihat perkembangan kognitif mereka dari waktu ke waktu.

Dengan keunggulan ini, VR berpotensi menjadi alat penting dalam deteksi dini Alzheimer, memungkinkan dokter dan perawat untuk memberikan intervensi lebih cepat sebelum kondisi memburuk.

Apa Langkah Selanjutnya?

Para peneliti berharap bahwa teknologi ini bisa segera diadopsi secara luas di fasilitas kesehatan. Beberapa langkah yang masih perlu dilakukan sebelum implementasi penuh antara lain:

Uji klinis lebih lanjut untuk memastikan akurasi metode ini pada populasi yang lebih besar.
Pengembangan perangkat VR khusus untuk tes Alzheimer, yang lebih disesuaikan dengan kebutuhan medis.
Kolaborasi dengan rumah sakit dan klinik agar teknologi ini bisa tersedia bagi lebih banyak pasien.

Dengan penelitian yang terus berkembang, VR dapat menjadi alat revolusioner dalam dunia medis, tidak hanya untuk Alzheimer tetapi juga untuk mendeteksi penyakit neurodegeneratif lainnya.

Kesimpulan: VR Bisa Jadi Solusi Masa Depan untuk Deteksi Alzheimer
Virtual Reality kini bukan hanya sekadar teknologi hiburan, tetapi juga alat yang berpotensi menyelamatkan nyawa. Dengan kemampuannya dalam mengukur memori spasial dan navigasi otak, VR dapat membantu deteksi dini Alzheimer secara lebih efektif dan terjangkau.

Metode ini membuka peluang besar bagi dunia medis untuk mengembangkan diagnosis lebih cepat, lebih murah, dan lebih akurat dibandingkan cara konvensional.

Jika teknologi ini terus dikembangkan dan diuji secara klinis, bukan tidak mungkin di masa depan VR akan menjadi bagian dari standar pemeriksaan kesehatan kognitif bagi lansia.

 

Dapatkan informasi terbaru seputar Gadget, Anime, Game, Tech dan Berita lainnya setiap hari melalui social media Gadget VIVA. Ikuti kami di :
Instagram @gadgetvivacoid
Facebook Gadget VIVA.co.id
X (Twitter) @gadgetvivacoid
Whatsapp Channel Gadget VIVA
Google News Gadget