800 Tokoh Dunia Minta Hentikan Riset AI Super Pintar, Dianggap Ancaman bagi Umat Manusia
- Canva
Gadget – Laju perkembangan kecerdasan buatan (AI) kini menimbulkan kekhawatiran serius di seluruh dunia. Lebih dari 800 tokoh ternama lintas bidang—mulai dari ilmuwan peraih Nobel, mantan pejabat militer, seniman, hingga anggota keluarga kerajaan Inggris—menandatangani seruan terbuka untuk menghentikan sementara riset AI tingkat lanjut yang dinilai terlalu berbahaya.
Seruan ini menyerukan moratorium global terhadap riset AI superintelijen, yaitu bentuk kecerdasan buatan yang berpotensi melampaui kemampuan manusia. Para tokoh menilai, pengembangan AI saat ini berlangsung jauh lebih cepat dibanding kemampuan masyarakat memahami risikonya.
Tokoh-tokoh yang menandatangani seruan ini di antaranya Geoffrey Hinton, pionir AI yang juga peraih Nobel, mantan Kepala Staf Gabungan AS Mike Mullen, musisi Will.i.am, mantan penasihat Gedung Putih Steve Bannon, serta Pangeran Harry dan Meghan Markle.
Mereka menilai, dunia belum siap menghadapi dampak sosial, ekonomi, dan keamanan dari kecerdasan buatan yang terus berevolusi tanpa batas.
AI Superintelijen Dianggap Bisa Melampaui Manusia
Menurut sejumlah ilmuwan, sistem AI yang dikembangkan saat ini sudah mendekati tahap Artificial General Intelligence (AGI) — kecerdasan buatan yang mampu berpikir dan bertindak layaknya manusia. Namun, tahap berikutnya, yakni superintelijen, dianggap jauh lebih berbahaya karena dapat melampaui kecerdasan manusia paling ahli sekalipun.
Kekhawatiran itu muncul di tengah perlombaan raksasa teknologi seperti OpenAI, Google, dan Meta yang terus mengembangkan model AI baru untuk berbagai sektor, mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga kebudayaan.
Meski memberikan manfaat besar, percepatan riset ini juga menimbulkan risiko yang belum sepenuhnya dipahami, termasuk kemungkinan AI mengambil keputusan tanpa kendali manusia atau menciptakan sistem yang tak lagi bisa dihentikan.
Seruan dari Future of Life Institute
Pernyataan terbuka ini diterbitkan oleh Future of Life Institute (FLI), lembaga nirlaba yang fokus pada mitigasi risiko global seperti senjata nuklir, bioteknologi, dan kecerdasan buatan. Lembaga ini sebelumnya pernah mendapat dukungan dari Elon Musk dan Vitalik Buterin, pendiri blockchain Ethereum.
Direktur Eksekutif FLI, Anthony Aguirre, menegaskan bahwa kecepatan perkembangan AI saat ini jauh melampaui kemampuan publik untuk memahami implikasinya. Ia menyoroti bahwa arah riset lebih banyak ditentukan oleh perusahaan dan sistem ekonomi, bukan oleh konsensus masyarakat.