Cina Mundur Selangkah: Mobil Tanpa Pengemudi Tak Boleh Diproduksi Dulu!
- Dok. Lei Jun
Karena itu, pemerintah memutuskan untuk:
- Menunda izin produksi massal mobil otonom level 4–5
- Memperkuat standar keselamatan nasional untuk sistem ADAS (Advanced Driver Assistance Systems)
- Mewajibkan semua kendaraan otonom tetap memiliki pedal dan setir fungsional
- Memperpanjang masa uji coba terbatas hingga sistem terbukti 99,99% andal
Langkah ini sejalan dengan prinsip “safety-first” yang mulai diadopsi di berbagai negara maju, termasuk Jerman, Jepang, dan Uni Eropa.
Dampak pada Industri Otomotif Cina: Pukulan bagi BYD dan NIO
Keputusan ini menjadi tamparan keras bagi raksasa otomotif Cina yang telah menggelontorkan miliaran dolar AS untuk pengembangan teknologi otonom.
- BYD, yang baru saja meluncurkan “Blade Pilot” sebagai sistem otonom andalannya, kini harus menunda integrasi penuh ke model produksi.
- NIO terpaksa mengalihkan fokus dari “NIO Autonomous Driving (NAD)” ke penyempurnaan sistem Level 2+ yang masih mengandalkan pengemudi sebagai pengawas utama.
- XPeng dan Huawei juga mengalami penyesuaian roadmap produk, dengan penekanan pada fitur bantuan pengemudi seperti lane-keeping, adaptive cruise control, dan otomatisasi parkir bukan mengemudi penuh.
Investor pun bereaksi. Saham perusahaan otomotif Cina mengalami penurunan moderat usai pengumuman ini, mencerminkan kekhawatiran atas keterlambatan monetisasi teknologi otonom.
Namun, di sisi lain, langkah ini justru dipandang sebagai tanda kematangan regulasi bukan kemunduran teknologi.
Perbandingan Global: Cina Lebih Hati-Hati daripada AS?
Menariknya, keputusan Cina kontras dengan pendekatan di Amerika Serikat, di mana perusahaan seperti Waymo (Alphabet) dan Cruise (GM) tetap melanjutkan operasi taksi otonom di kota-kota besar meski menghadapi serangkaian insiden.
- Cruise sempat ditangguhkan sementara di San Francisco setelah mobilnya menabrak pejalan kaki yang tergeletak di jalan.
- Waymo juga dikritik karena mobilnya sering “bingung” di persimpangan kompleks.
Namun, regulator AS cenderung mengizinkan inovasi berjalan lebih cepat, dengan asumsi bahwa kesalahan akan memperbaiki diri melalui data dan iterasi.
Cina, sebaliknya, memilih mencegah risiko sejak awal meski berarti lambat dalam adopsi komersial. Pendekatan ini mencerminkan perbedaan filosofi:
- AS: “Fail fast, learn faster”
- Cina: “Perfect first, then scale”