Mengapa Negara-Negara Arab Tampak Diam soal Palestina? Ini Penjelasannya
- lifeworks
Isu Palestina selalu menyentuh hati umat Muslim dan masyarakat dunia. Namun, banyak yang bertanya-tanya, mengapa negara-negara Arab seperti bungkam dan terlihat pasif dalam menghadapi agresi Israel terhadap Palestina? Apakah mereka benar-benar diam? Atau ada alasan tertentu di balik sikap mereka?
Ternyata, jawabannya tidak sesederhana yang terlihat. Ada banyak faktor politik, ekonomi, keamanan, dan kepentingan nasional yang membuat sebagian besar negara Arab terlihat tidak tegas. Berikut adalah penjabaran lengkapnya.
1. Berbeda Kepentingan, Berbeda Arah
Pertama-tama, perlu dipahami bahwa setiap negara Arab punya kepentingan nasional yang berbeda. Kini, banyak negara Arab lebih fokus pada isu dalam negeri seperti pembangunan ekonomi, stabilitas politik, dan hubungan internasional yang menguntungkan.
Misalnya, Arab Saudi sedang giat mendorong transformasi ekonomi lewat Visi 2030, yang menekankan modernisasi dan investasi global. Sementara itu, Mesir lebih mengutamakan stabilitas dalam negeri dan menjaga hubungan damai dengan Israel yang telah dibangun sejak Perjanjian Camp David 1979.
2. Normalisasi Hubungan Lewat Perjanjian Abraham
Sejak tahun 2020, beberapa negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan mulai membuka hubungan diplomatik dengan Israel lewat Abraham Accords.
Langkah ini diambil karena alasan ekonomi dan teknologi. Mereka percaya bahwa berdamai dengan Israel bisa membawa manfaat langsung, seperti kerja sama investasi, teknologi pertanian, hingga keamanan siber. Namun, hal ini juga membuat mereka terlihat menjauh dari perjuangan Palestina.
3. Kelelahan Politik dan Masalah Dalam Negeri
Tak sedikit negara Arab yang kini tengah dililit konflik dan krisis dalam negeri. Contohnya:
Suriah masih bergelut dengan perang saudara.
Yaman mengalami konflik berkepanjangan yang memicu krisis kemanusiaan.
Lebanon menghadapi krisis ekonomi dan ketidakstabilan politik.
Dengan kondisi ini, fokus mereka pun lebih banyak tertuju pada penyelamatan kondisi domestik dibanding intervensi luar.
4. Tekanan dari Negara Barat
Banyak negara Arab yang punya ketergantungan ekonomi dan militer terhadap Amerika Serikat dan sekutunya. AS sendiri adalah pendukung utama Israel.
Maka tak heran, negara-negara Arab cenderung berhati-hati dalam mengambil sikap, agar tidak kehilangan bantuan militer, dukungan diplomatik, atau investasi asing yang selama ini menopang perekonomian mereka.
5. Perpecahan di Dunia Arab
Dulu, dunia Arab sempat kuat dan bersatu di bawah panji Pan-Arabisme. Namun kini, perpecahan terjadi di mana-mana. Misalnya:
Arab Saudi dan Iran bersaing dalam pengaruh geopolitik dan keagamaan.
Perbedaan sistem pemerintahan, antara monarki dan republik.
Ketegangan antarblok, seperti antara Qatar dan negara Teluk lainnya.
Akibatnya, sulit membentuk front bersama untuk mendukung Palestina secara terorganisir.
6. Masyarakat Mendukung, Tapi Pemerintah Menahan
Fakta menarik lainnya adalah bahwa di banyak negara Arab, masyarakat umum justru sangat mendukung Palestina. Mereka menggelar aksi damai, menggalang dana, dan menunjukkan solidaritas di media sosial.
Namun, suara rakyat ini seringkali tidak sejalan dengan sikap pemerintahnya, yang lebih memilih bersikap moderat atau bahkan diam agar tidak mengganggu kestabilan politik dalam negeri.
7. Kerjasama Strategis dengan Israel dan Barat
Beberapa negara Arab telah menjalin kerjasama ekonomi, militer, dan intelijen dengan Israel secara diam-diam maupun terbuka. Kerjasama ini mencakup:
Keamanan perbatasan dan anti-terorisme
Investasi teknologi dan infrastruktur
Perdagangan strategis dan energi
Mendukung Palestina secara terbuka bisa dianggap merusak hubungan yang sedang dibangun dan berpotensi mengorbankan kepentingan strategis nasional.
Bukan Diam, Tapi Kompleks
Jika dilihat lebih dalam, negara-negara Arab sebenarnya tidak sepenuhnya diam. Mereka hanya memilih pendekatan berbeda yang seringkali tidak terlihat oleh publik.
Namun, tantangan besar tetap ada: bagaimana menyatukan suara dan aksi nyata dari dunia Arab untuk membantu rakyat Palestina secara lebih signifikan. Solidaritas dari rakyat memang kuat, tapi tanpa dukungan kebijakan resmi dari pemerintah, perjuangan Palestina akan tetap berjalan lambat.
Saat ini, harapan tertumpu pada kesadaran kolektif dan desakan dari masyarakat Arab sendiri, agar pemerintah mereka mulai bersikap lebih jelas dan tegas terhadap penjajahan yang terus berlangsung.