Rahasia Intelegen Israel Mossad: Cara Diam-Diam Merekrut Orang Dalam di Iran

Cara Diam-Diam Merekrut Orang Dalam di Iran
Sumber :
  • lifeworks

Ketika berbicara tentang dunia spionase, nama Mossad hampir selalu muncul. Badan intelijen luar negeri milik Israel ini dikenal memiliki reputasi sebagai salah satu agen rahasia paling canggih dan tak terduga di dunia. Salah satu operasi paling kontroversial dan penuh misteri adalah bagaimana Mossad bisa merekrut orang dalam alias agen lokal di Iran—negara yang notabene merupakan musuh geopolitik terbesar Israel di Timur Tengah.

Meski dunia spionase bersifat tertutup, ada sejumlah laporan investigatif, kesaksian mantan agen, hingga dokumen yang bocor ke publik, yang memberikan gambaran tentang taktik licin yang digunakan Mossad untuk menyusup ke dalam struktur Iran dari dalam.

1. Menyasar Mereka yang Tidak Puas

Langkah pertama Mossad biasanya dimulai dengan mengidentifikasi celah. Di negara seperti Iran, celah itu sering datang dari individu yang kecewa terhadap sistem. Bisa jadi mereka adalah ilmuwan nuklir yang merasa jasanya tidak dihargai, anggota militer yang dikhianati, atau bahkan warga sipil dari kelompok minoritas seperti Kurdi atau Baha’i yang mengalami diskriminasi.

Dengan pendekatan halus dan penuh strategi, Mossad mencoba membangun koneksi personal dengan orang-orang ini. Setelah merasa cukup dekat, agen Israel mulai menggali apakah ada celah ideologis atau emosional yang bisa dimanfaatkan untuk merekrut mereka menjadi informan.

2. Perang Psikologis dan Rayuan Mematikan

Dalam dunia intelijen, yang disebut “honey trap” adalah metode klasik. Mossad tidak segan-segan menggunakan daya tarik seksual atau romantis sebagai senjata. Seorang agen wanita atau pria bisa saja mendekati target dengan rayuan dan perhatian penuh.

Setelah hubungan terjalin, kedekatan ini bisa digunakan untuk menggali informasi sensitif atau bahkan memeras target agar bersedia menjadi mata-mata. Ini bukan metode baru, tapi terbukti tetap efektif jika dijalankan dengan presisi.

3. Diaspora Iran Jadi Sumber Informan

Menariknya, Mossad tidak selalu bekerja dari dalam Iran. Mereka juga memanfaatkan warga Iran yang tinggal di luar negeri—di Eropa, Amerika Serikat, atau negara-negara Teluk seperti UEA dan Turki.

Kelompok diaspora ini dianggap lebih mudah didekati karena hidup dalam sistem yang lebih terbuka. Setelah direkrut dan dilatih, sebagian dari mereka bisa kembali ke Iran, berpura-pura sebagai warga biasa, padahal menjalankan misi intelijen.

4. Menyusup Lewat Identitas Palsu

Salah satu trik Mossad yang cukup sering disebutkan dalam berbagai laporan adalah menyamar sebagai jurnalis asing, kontraktor internasional, atau relawan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Identitas ini memberikan mereka akses untuk berinteraksi dengan pihak-pihak penting di Iran tanpa terlalu mencurigakan.

Setelah hubungan terjalin, pendekatan dilakukan secara bertahap. Perekrutan tidak pernah terjadi dalam satu malam—semua diproses secara bertahap, sabar, dan penuh kalkulasi.

5. Mata-mata Digital

Di era digital, Mossad juga tidak tinggal diam. Mereka menggunakan teknologi untuk memata-matai target sebelum melakukan pendekatan langsung. Dari menyadap email, memantau media sosial, hingga merekam pola komunikasi target, semua dilakukan untuk menemukan titik lemah.

Jika target terbukti punya kerentanan—misalnya utang, hubungan gelap, atau masalah hukum—informasi ini bisa digunakan sebagai celah untuk “mendorong” mereka agar mau bekerja sama.

6. Bekerja Sama dengan Musuh Dalam Negeri Iran

Iran punya banyak musuh dari dalam, dan Mossad tahu betul bagaimana memanfaatkannya. Salah satu contohnya adalah kerja sama dengan organisasi oposisi seperti MEK (Mujahedin-e Khalq) dan kelompok separatis Kurdi atau Arab.

Melalui jaringan ini, Mossad mendapatkan akses ke jalur distribusi informasi, logistik, bahkan jaringan orang dalam yang sudah lebih dulu menyusup ke lembaga strategis Iran.

7. Perangkat Rahasia dan Pembayaran Siluman

Agar tidak terdeteksi, agen lokal Mossad biasanya diberikan perangkat komunikasi canggih—yang sudah dienkripsi—agar tidak bisa disadap oleh intelijen Iran. Bahkan, sistem pembayaran pun dilakukan secara diam-diam, misalnya menggunakan mata uang kripto atau jasa pengiriman uang yang tidak terhubung langsung ke Israel.

Semua ini dilakukan untuk menjaga keamanan identitas dan memperpanjang umur operasi di lapangan.

8. Minim Kontak Fisik, Andalkan Orang Lokal

Hal menarik dari operasi Mossad di Iran adalah mereka sangat jarang menurunkan agen berdarah Yahudi-Israel ke wilayah tersebut. Risiko terlalu tinggi. Sebagai gantinya, mereka lebih suka merekrut warga Iran sendiri—baik yang tinggal di dalam negeri maupun yang pulang dari luar negeri.

Operasi eksekusi seperti pembunuhan ilmuwan nuklir bahkan dilakukan secara remote, seperti dalam kasus Mohsen Fakhrizadeh pada 2020. Laporan New York Times menyebut bahwa pembunuhan dilakukan lewat senapan otomatis yang dikendalikan dari jauh—dengan bantuan agen lokal.


Contoh Operasi yang Terungkap

  • Mohsen Fakhrizadeh (2020): Ilmuwan nuklir Iran ini tewas dalam operasi rumit yang diduga kuat melibatkan Mossad dan jaringan agen lokal di Iran.

  • Peretasan Fasilitas Natanz (2021): Mossad diduga berhasil meretas sistem pengamanan fasilitas nuklir utama Iran dengan bantuan orang dalam yang memasukkan virus ke sistem komputer.


Risiko Tinggi, Keberanian Lebih Tinggi

Yang perlu diingat, semua ini adalah operasi dengan risiko sangat tinggi. Jika seorang agen lokal tertangkap, hukuman yang menantinya bisa sangat berat—bahkan eksekusi mati. Tapi Mossad tetap melakukannya, karena mereka percaya: informasi adalah kekuatan, dan dalam geopolitik, kekuatan bisa menjadi penentu kehidupan dan kematian.