Canggih dan Efisien! Ini Senjata yang Dipakai Israel Hancurkan Fasilitas Iran

Senjata yang Dipakai Israel Hancurkan Fasilitas Iran
Sumber :
  • lifeworks

Ketegangan antara Israel dan Iran kembali memanas pada pertengahan 2025. Dalam operasi militer besar bertajuk Operation Rising Lion, Israel meluncurkan gelombang serangan udara ke berbagai titik strategis di Iran. Mulai dari fasilitas nuklir, pangkalan militer, hingga peluncur rudal menjadi target utama. Di balik serangan tersebut, tersimpan kecanggihan teknologi senjata dan strategi biaya yang sangat efektif dari pihak Israel.

Lalu, senjata jenis apa saja yang digunakan Israel? Seberapa kuat dampaknya? Dan berapa estimasi harga dari masing-masing sistem senjata tersebut? Berikut ulasan lengkapnya.


JDAM & SPICE: Bom Murah dengan Akurasi Tinggi

Israel sangat mengandalkan senjata berpemandu presisi seperti JDAM (Joint Direct Attack Munition) dan SPICE (Smart, Precise Impact and Cost-Effective). JDAM merupakan sistem pemandu GPS yang dipasang pada bom konvensional agar menjadi bom pintar. Kelebihan utamanya adalah efisiensi biaya: hanya sekitar puluhan ribu dolar per unit, namun mampu memberikan akurasi tinggi.

Sementara itu, SPICE adalah sistem pemandu buatan Rafael Advanced Defense Systems, perusahaan pertahanan asal Israel. Teknologi ini mengubah bom biasa menjadi senjata canggih yang dapat mengenali dan menyerang target secara akurat, bahkan dalam kondisi cuaca buruk.

Dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan rudal balistik, kedua sistem ini menjadi tulang punggung serangan udara Israel.


GBU-28: Penembus Bunker Bawah Tanah

Untuk menghancurkan target yang dilindungi secara maksimal seperti fasilitas nuklir bawah tanah, Israel menggunakan bom GBU-28 Bunker Buster. Bom seberat 2.300 kg ini mampu menembus lebih dari 30 meter tanah atau hingga 6 meter beton, menjadikannya pilihan ideal untuk menyerang bunker atau terowongan militer.

Dipandu oleh laser dan GPS, GBU-28 dapat mencapai target dengan presisi tinggi. Namun, karena ukurannya besar dan teknologi canggih yang dimilikinya, harga per unitnya diperkirakan mencapai ratusan ribu hingga jutaan dolar.


Sparrow: Rudal Balistik dari Udara

Salah satu rudal strategis yang digunakan Israel dalam serangan ke Iran adalah jenis Sparrow, yang memiliki beberapa varian seperti Silver Sparrow, Blue Sparrow, dan Golden Horizon. Rudal ini termasuk dalam kategori Air-Launched Ballistic Missile (ALBM), yang diluncurkan dari pesawat tempur.

Dengan jangkauan antara 1.500 hingga 2.000 km, rudal ini memungkinkan Israel menyerang dari luar wilayah udara Iran. Beratnya sekitar 1.900 kg, dan panjangnya mencapai 6,5 meter. Senjata ini juga disebut digunakan dalam serangan pada Oktober 2024 lalu, yang menjadi tonggak awal strategi serangan jarak jauh Israel. Estimasi harganya mencapai jutaan dolar per unit, tergantung pada konfigurasi dan misi.


Spike NLOS: Rudal Kendali Jarak Jauh dari Drone

Teknologi modern yang juga digunakan adalah Spike NLOS (Non-Line-of-Sight). Rudal ini diluncurkan dari drone seperti Hermes 450 dan dapat mengenai target dari jarak jauh tanpa perlu garis pandang langsung. Fungsinya sangat cocok untuk menghancurkan peluncur rudal, radar, atau kendaraan militer dari jarak aman.

Keunggulan Spike NLOS adalah kemampuannya dikendalikan secara real-time oleh operator, sehingga risiko kesalahan target sangat kecil. Meski harga pastinya tidak diungkap ke publik, teknologi ini dianggap sangat mahal namun tetap sepadan dengan kemampuannya.


Efektivitas Senjata Israel: Kuat dan Hemat Biaya

Senjata Kekuatan Utama Estimasi Harga
JDAM / SPICE Presisi tinggi, cocok untuk target terbuka Puluhan ribu USD per unit
GBU-28 Tembus bunker bawah tanah Ratusan ribu – jutaan USD
Sparrow ALBM Rudal balistik jarak jauh Jutaan USD per unit
Spike NLOS Serangan jarak jauh via drone Tidak dipublikasikan

Dampak Strategis: Menyerang Tanpa Masuk Wilayah Iran

Dalam Operation Rising Lion, Israel mengerahkan lebih dari 200 jet tempur, termasuk F‑35I, F‑16, dan F‑15. Target mereka lebih dari 100 titik strategis di Iran, seperti fasilitas nuklir Natanz, pangkalan pertahanan udara, serta peluncur rudal balistik.

Hasilnya sangat signifikan: sekitar 120 unit peluncur rudal Iran dihancurkan, atau sepertiga dari total kekuatan misil Iran. Hal ini secara drastis mengurangi kemampuan Iran untuk melakukan serangan balasan.

Menariknya, sebagian besar rudal dan bom Israel diluncurkan dari wilayah aman, tanpa perlu memasuki wilayah udara Iran secara langsung. Beberapa pesawat tempur bahkan mengisi bahan bakar di Suriah sebelum melanjutkan misi mereka.


Perbandingan: Rudal Iran Lebih Mahal dan Kurang Efektif

Iran sendiri meluncurkan lebih dari 350 rudal balistik, termasuk jenis Kheibar Shekan dan Fattah-1, yang diklaim sebagai rudal hipersonik. Beberapa varian lama seperti Emad dan Ghadr‑110 juga digunakan, dengan jangkauan hingga 1.600 km dan warhead seberat 750 kg.

Namun, harga rudal-rudal Iran ini mencapai ratusan ribu hingga jutaan dolar per unit, dan hasil serangannya tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Serangan balasan Iran terbukti lebih mahal namun kurang efektif, terutama setelah sistem pertahanan Israel seperti Iron Dome dan David’s Sling berhasil menahan sebagian besar rudal tersebut.

Israel menunjukkan bahwa kekuatan militer modern tidak selalu bergantung pada rudal paling mahal, tetapi pada strategi penggunaan senjata presisi yang hemat biaya. JDAM dan SPICE yang murah namun akurat, serta GBU-28 dan Sparrow yang strategis, menjadikan serangan udara Israel sangat efektif.

Sementara Iran mengandalkan rudal mahal dengan daya rusak tinggi, kemampuan Israel dalam mengelola logistik, teknologi, dan strategi serangan dari jarak jauh membuat mereka unggul secara militer dan finansial. Teknologi seperti Spike NLOS juga membuka era baru perang tanpa risiko langsung bagi pilot atau pesawat.

Konflik ini bukan hanya perang senjata, tetapi juga perang efisiensi, teknologi, dan taktik.