Perang Gaza Tinggalkan Luka Batin, Puluhan Ribu Tentara Israel Butuh Terapi
- wiki
Dua tahun sejak perang di Gaza pecah, dampak konflik bersenjata tersebut ternyata tidak hanya terlihat dari kerusakan fisik dan korban jiwa, tetapi juga meninggalkan luka psikologis yang mendalam. Jumlah tentara Israel yang menjalani perawatan kejiwaan meningkat drastis dan kini menjadi salah satu krisis paling serius yang dihadapi negara tersebut.
Kementerian Pertahanan Israel mencatat lonjakan signifikan kasus gangguan mental di kalangan personel militernya. Tamar Shimoni, Wakil Kepala Departemen Rehabilitasi Kementerian Pertahanan Israel, mengungkapkan bahwa pada malam 7 Oktober 2023, atau hari ketika Hamas melancarkan Operasi Badai Al Aqsa, pihaknya menangani sekitar 62.000 kasus gangguan kejiwaan. Namun seiring berjalannya waktu, angka tersebut terus melonjak hingga mencapai sekitar 85.000 kasus saat ini.
Peningkatan ini disebut belum pernah terjadi sebelumnya. Shimoni menjelaskan bahwa hampir sepertiga tentara Israel kini menghadapi masalah psikologis serius. Mayoritas dari mereka mengalami syok berat, gangguan stres pascatrauma, serta tekanan emosional berkepanjangan yang berkaitan langsung dengan serangan mendadak dan pertempuran intens di Gaza.
Selain itu, beban sistem kesehatan mental Israel semakin berat. Jumlah terapis dan tenaga kesehatan tidak sebanding dengan lonjakan pasien. Dalam beberapa wilayah, satu terapis harus menangani hingga 750 pasien dengan gangguan kejiwaan. Kondisi ini tentu membuat proses pendampingan dan pemulihan tidak berjalan optimal. Akibatnya, banyak tentara yang membutuhkan bantuan cepat justru harus menunggu dalam waktu lama.
Di sisi lain, media lokal Israel mulai menyoroti krisis psikologis yang semakin meluas. Surat kabar Yedioth Ahronoth pada November lalu memperingatkan bahwa Israel tengah menghadapi darurat kesehatan mental. Disebutkan bahwa meningkatnya tekanan psikologis berdampak pada lonjakan kecanduan narkoba serta kebutuhan layanan kesehatan mental bagi hampir dua juta warga, termasuk prajurit aktif dan cadangan.
Tak hanya itu, laporan dari berbagai media juga mengungkap peningkatan kasus bunuh diri di kalangan militer. Surat kabar Maariv melaporkan bahwa seorang tentara Israel pada 6 Desember lalu mengakhiri hidupnya setelah menderita stres pascatrauma akibat penugasan di Gaza. Sebelumnya, seorang perwira cadangan dari Brigade Givati juga melakukan tindakan serupa setelah mengalami tekanan psikologis yang berat.