Dibalik Serangan Presisi Israel: Inilah Rudal-Rudal yang Tak Pernah Gagal Mengunci Target

Raksasa Pertahanan Dunia Raup Untung di Tengah Derita Gaza
Sumber :
  • israel

Israel dikenal memiliki kekuatan militer yang sangat maju, terutama dalam hal teknologi rudal dan sistem senjata berpemandu. Dalam berbagai konflik di Timur Tengah, termasuk operasi di Gaza, Lebanon, dan Suriah, Angkatan Udara Israel (IAF) kerap mengandalkan kombinasi senjata canggih untuk melancarkan serangan presisi. Sejumlah rudal dan munisi berpemandu buatan dalam negeri maupun hasil kerja sama dengan Amerika Serikat menjadi tulang punggung kemampuan ofensif Israel.

Salah satu senjata utama yang sering digunakan adalah Popeye, dikenal juga sebagai AGM-142. Rudal ini termasuk dalam kategori air-to-surface atau rudal jelajah udara-ke-permukaan yang diluncurkan dari pesawat tempur. Popeye dirancang untuk menghantam sasaran dengan presisi tinggi, baik yang bersifat tetap maupun bergerak. Varian terbarunya, Popeye Turbo, memiliki jangkauan yang lebih jauh dan daya ledak yang lebih besar. Dalam sejumlah laporan, rudal ini disebut-sebut digunakan Israel dalam operasi jarak jauh, termasuk serangan terhadap fasilitas militer di luar wilayah perbatasannya. Keunggulan Popeye terletak pada akurasi dan kemampuannya menembus sistem pertahanan udara lawan.

Selain Popeye, Israel juga memiliki Delilah, salah satu rudal jelajah dan sekaligus loitering munition (munisi berkeliaran) buatan dalam negeri. Rudal ini mampu terbang di area target sambil menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Dengan panduan data-link, operator dapat mengubah arah terbang atau memilih sasaran secara real time. Fitur ini membuat Delilah sangat efektif melawan target bergerak seperti kendaraan atau instalasi yang berpindah lokasi. Dengan jangkauan mencapai ratusan kilometer, Delilah menjadi salah satu senjata yang fleksibel dalam operasi lintas batas.

Dalam dekade terakhir, Israel juga semakin sering menggunakan loitering munitions atau drone kamikaze seperti Harop. Jenis senjata ini berfungsi sebagai drone pengintai sekaligus rudal bunuh diri. Setelah menemukan target, drone akan menukik dan menghantam sasaran secara langsung. Teknologi ini memberikan keunggulan taktis di medan perang modern, terutama di wilayah padat seperti Gaza atau Lebanon Selatan, di mana target sering berpindah dan bersembunyi di area sipil. Kemampuan Harop dan varian serupa untuk bertahan di udara dalam waktu lama membuatnya menjadi salah satu andalan dalam misi penghancuran sistem pertahanan udara dan radar musuh.

Tak kalah penting, Israel juga memiliki keluarga rudal Spike yang diproduksi oleh perusahaan pertahanan Rafael Advanced Defense Systems. Rudal Spike dikenal sebagai sistem anti-tank serbaguna yang bisa diluncurkan dari berbagai platform, seperti kendaraan darat, helikopter, hingga kapal perang. Varian paling canggih, Spike NLOS (Non Line of Sight) atau juga dikenal sebagai Tamouz, memiliki jangkauan hingga puluhan kilometer dan bisa dikendalikan langsung oleh operator melalui kamera elektro-optik. Dalam peperangan darat, rudal ini terbukti efektif menghancurkan tank, kendaraan lapis baja, dan posisi artileri musuh tanpa perlu kontak langsung.

Sementara di medan laut, Israel mengandalkan rudal Gabriel, sistem anti-kapal yang juga dikembangkan oleh Israel Aerospace Industries (IAI). Gabriel telah menjadi bagian penting dari pertahanan dan operasi ofensif Angkatan Laut Israel sejak 1970-an. Dalam beberapa varian terbarunya, rudal ini dilengkapi dengan sistem panduan radar aktif yang mampu menarget kapal musuh dengan akurasi tinggi. Penggunaan Gabriel menunjukkan bagaimana Israel memadukan teknologi domestik untuk menjaga keunggulan di laut sekaligus mempertahankan keamanan garis pantainya di Mediterania.

Selain mengandalkan produksi dalam negeri, Israel juga memanfaatkan sejumlah munisi berpemandu buatan Amerika Serikat. Sistem seperti JDAM (Joint Direct Attack Munition), GBU (Guided Bomb Unit), dan AGM menjadi pelengkap utama dalam serangan udara presisi. Kit JDAM, misalnya, memungkinkan bom konvensional diubah menjadi senjata berpemandu GPS yang sangat akurat. Sementara itu, rudal Hellfire dan Maverick digunakan untuk menyerang kendaraan dan fasilitas militer. Israel juga mengoperasikan rudal anti-radar HARM, yang berguna untuk menonaktifkan sistem pertahanan udara lawan sebelum serangan besar diluncurkan. Integrasi antara sistem buatan AS dan teknologi lokal membuat IAF memiliki keunggulan dalam fleksibilitas misi dan efektivitas tempur.

Meski terkenal dengan kekuatan ofensifnya, Israel juga memiliki sistem pertahanan berlapis yang sangat canggih. Di antaranya adalah Iron Dome, sistem interseptor yang dirancang untuk menembak jatuh roket jarak pendek. Sistem ini menggunakan rudal Tamir dan telah terbukti efektif dalam melindungi wilayah Israel dari serangan roket yang diluncurkan dari Gaza. Lapis pertahanan berikutnya adalah David’s Sling, yang memakai rudal Stunner untuk menangkis ancaman rudal jarak menengah. Di tingkat tertinggi, Israel memiliki sistem Arrow, yang dirancang untuk mencegat rudal balistik jarak jauh. Meskipun bersifat defensif, ketiga sistem ini sering disebut dalam laporan konflik karena perannya yang vital dalam menjaga kestabilan dan keamanan nasional.

Dalam banyak operasi militer, Israel biasanya tidak hanya mengandalkan satu jenis rudal saja. Serangan sering kali dilakukan secara terpadu dengan kombinasi antara rudal jelajah jarak jauh, bom berpemandu GPS, dan drone kamikaze. Strategi ini memungkinkan militer Israel menyerang target dari berbagai arah sekaligus, sambil meminimalkan risiko bagi pilot maupun pasukan darat. Pendekatan seperti ini terbukti efektif dalam menekan perlawanan dari kelompok bersenjata maupun instalasi militer negara lain di kawasan.

Secara keseluruhan, sistem rudal Israel merupakan hasil perpaduan antara inovasi teknologi dalam negeri dan kerja sama strategis dengan Amerika Serikat. Perusahaan seperti IAI (Israel Aerospace Industries), Rafael Advanced Defense Systems, dan IMI (Israel Military Industries) menjadi tulang punggung industri pertahanan negara itu. Dengan kemampuan penelitian dan pengembangan yang kuat, Israel terus memperbarui arsenalnya agar tetap unggul di tengah lingkungan keamanan yang sangat dinamis.

Kemampuan tersebut menjadikan Israel bukan hanya kekuatan militer utama di Timur Tengah, tetapi juga salah satu eksportir teknologi pertahanan terbesar di dunia. Dalam setiap konflik yang melibatkan negara itu, rudal-rudal presisi tinggi seperti Popeye, Delilah, Spike, hingga Harop hampir selalu menjadi bukti nyata kecanggihan sistem senjata yang dibangun dengan filosofi: cepat, presisi, dan mematikan.