Eks PSM Makassar Anco Jansen Hina Sepak Bola Indonesia, Ini Faktanya

Kisah dan Kontroversi Anco Jansen
Sumber :
  • soccer

Meski ucapannya terdengar kasar, sebagian pengamat sepak bola menilai kritik Jansen bisa jadi mencerminkan kenyataan yang ia rasakan selama berkarier di Indonesia. Ia mungkin bermaksud menggambarkan ketimpangan sosial dan tekanan publik yang tinggi terhadap pemain asing. Namun, cara penyampaiannya yang frontal membuat banyak orang menilainya sebagai bentuk penghinaan.

Dalam konteks profesional, Jansen memang menghadapi situasi yang tidak mudah saat bermain di Indonesia. Kompetisi berlangsung di tengah pandemi COVID-19, stadion ditutup untuk penonton, dan atmosfer sepak bola nasional saat itu sedang tidak stabil. Hal-hal tersebut kemungkinan menjadi latar belakang pengalaman pahit yang memengaruhi persepsinya.

Kritik Lanjutan: “Sepak Bola Indonesia Tidak Ada Apa-Apanya”

Selain menyebut Indonesia sebagai negara miskin, Jansen juga menilai kualitas sepak bola nasional masih jauh dari standar Eropa. Ia menyoroti terbatasnya fasilitas, akademi, dan kualitas pelatih lokal.

“Fasilitas dan pelatih di sana sangat terbatas. Itu cukup menjelaskan semuanya. Para pemain naturalisasi memang populer dan punya jutaan pengikut, tapi sepak bola Indonesia sebenarnya tidak ada apa-apanya,” tegasnya.

Ucapan ini kembali memicu perdebatan di dunia maya. Beberapa pihak menganggapnya terlalu merendahkan, sementara sebagian lain menilai itu sebagai kritik realistis terhadap kondisi sepak bola Indonesia yang masih terus berproses.

Sepak Bola Indonesia Terus Berbenah

Terlepas dari komentar negatif Anco Jansen, sepak bola Indonesia saat ini tengah menunjukkan perkembangan signifikan. Di bawah kepemimpinan Ketua Umum PSSI Erick Thohir, berbagai upaya pembenahan dilakukan, mulai dari peningkatan kualitas kompetisi hingga pembenahan infrastruktur sepak bola nasional.

Program pembinaan usia muda juga terus diperkuat, termasuk kerja sama dengan federasi luar negeri untuk pelatihan pelatih dan wasit. Selain itu, kehadiran pemain diaspora seperti Jay Idzes, Kevin Diks, hingga Ole Romeny membawa harapan baru bagi prestasi sepak bola Tanah Air.

Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa Indonesia tak berhenti berbenah. Kritik seperti yang disampaikan Anco Jansen seharusnya menjadi dorongan untuk memperbaiki berbagai aspek, bukan malah dijadikan bahan perpecahan atau sentimen negatif.